Section Three

198 32 17
                                    


 "Apa kau suka sup daging itu, Tuan?"

"Tentu saja, anda memasak dengan sangat baik. Dan Jungkook, cukup memanggilku begitu, Nyonya."

"Maka kau bisa berhenti memanggilku Nyonya. Bibi, terdengar lebih akrab."

Bercengkrama ringan selepas menyantap makanan, Taehyung menghadapi kebingungan kecil oleh bagaimana Jungkook memiliki komunikasi yang terlampau baik dengan ibunya. Selain keseluruhan figur dan parasnya yang menyihir mata, seluruh sikap tubuh dan caranya berbicara telah berulang kali membuat Taehyung kehilangan fokus untuk hal-hal di sekitar mereka. Semua yang terlihat adalah gelak tawa Jungkook, kelopak matanya yang menyipit samar tiap kali pipinya naik oleh seberkas senyum, dan gelombang hangat di dalam suaranya. Taehyung tidak yakin dia pernah melihat kesempurnaan sejenis ini dari orang-orang yang telah dia temui.

"Maaf, Jungkook. Itu adalah salah satu kebiasaan buruknya setiap kali bertemu dengan orang baru." Lamunan Taehyung dibuyarkan oleh ibunya yang menggelengkan kepala, menunjukkan penyesalan pada Jungkook yang justru telah balas menatapnya lebih dulu. Taehyung memerah, tidak dapat mengelak dari simpul bibir Jungkook yang menertawai kecerobohannya. Kebiasaan memalukan miliknya adalah akan menatapi seseorang yang baru dia jumpai dengan intens, tanpa sekalipun mengalihkan pandangan dan masih belum tersadar sekalipun telah ditatap balik.

"Bukan masalah, itu manis sekali," tanggap Jungkook, terkekeh ringkas. Sama sekali tidak terganggu dengan tatapan memindai Taehyung yang sekarang memilih mengunci mulut rapat.

Suasana lengang sesaat, dicairkan oleh ibu Taehyung yang kali ini menatap meminta penjelasan. "Kuharap aku dapat tahu hal buruk apa yang menimpamu tadi malam." Wanita itu menatap dengan dua bola mata kecoklatan teduh. "Taehyung yang membawamu kemari setelah menemukanmu di antara akar-akar pohon. Sekarat. Lukamu terlalu krusial, seluruh punggung dan kakimu diliputi darah dan daging yang terkoyak dalam. Kami pikir kau tidak akan bertahan melewati itu, Jungkook."

"Tapi sekarang aku di sini." Jungkook tersenyum lagi, seolah dia telah melalui hal yang lebih mengerikan sebelumnya dan ini masih bukan apa-apa.

"Benar. Kita bersyukur untuk itu." Ibu Taehyung mengangguk-angguk. "Lycan memang memiliki kemampuan menyembuhkan diri, paling cepat dalam satu malam, aku tahu dan baru melihatnya kali ini. Tapi, Jungkook. Apa yang kulihat darimu tadi malam adalah suatu bencana terburuk dari hutan ini. Apa yang sebenarnya telah kau hadapi?"

Apapun itu, Taehyung mengerti mengapa ibunya terlihat sangat terguncang ketika dia membawa Jungkook yang masih dalam wujud serigala, bernapas sangat lemah dan kelopak mata besarnya terpejam setengah, tanda bahwa dia menemui celaka yang begitu besar dan berbahaya. Jika Lycan Alpha seperti Jungkook bahkan tidak bisa menanggungnya dan berakhir terluka demikian buruk, sesuatu itu bisa berkibat lebih fatal untuk Taehyung. Mereka harus tahu dan berhati-hati.

"Aku harus mulai dari betapa mengejutkannya melihat Lycan lain dibesarkan oleh seorang manusia," jawab Jungkook tenang, melepaskan kebisuan yang muncul setelah mendengar pertanyaan ibu Taehyung. "Anda benar-benar Ibu yang hebat," ungkapnya tulus sembari menatap Taehyung dan ibunya secara bergantian.

"Lalu seperti yang kau ketahui, Bibi. Lycan tidak membutuhkan herbal apapun seperti manusia, kami hanya akan berdiam di suatu tempat tertutup hingga semua cedera itu pulih dengan sendirinya. Jika saja aku masih memiliki sedikit kekuatan untuk berjalan mencari goa. Namun aku telah mencapai batas dan nyaris tidak sadarkan diri di bawah akar-akar pohon. Jadi terima kasih, Taehyung, untuk menemukan dan membawaku bersamamu." Dia tersenyum di ujung penjelasan yang belum tuntas.

Air mukanya keruh beberapa saat. "Aku berlarian malam itu, masuk ke dalam teritori harimau yang sedang mengawasiku dari atas tebing rendah. Dia tidak membiarkanku lewat, menghadang dengan taring-taring yang dilebarkan karena terusik. Aku tidak memiliki pilihan selain mengadu kekuatan dengannya agar perjalananku kembali bebas. Lalu, kami sama-sama mendapatkan bekas perselisihan yang mengkhawatirkan. Aku baru dapat bertolak setelah harimau itu mendengus-dengus keras dan meringkuk di atas keempat kaki yang terlipat."

CEDRUS [KookV] PDF ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang