Section Four

160 26 13
                                    


Taehyung mempercepat langkah ketika suara kericuhan yang berasal dari rumahnya terdengar kian menjadi-jadi. Dia mengabaikan Jungkook, turun dari batu dan berjalan pulang lebih dulu. Berdebat dengan seseorang yang masih tergolong asing baginya hanya berarti membuang-buang waktu berharga. Dia masih harus mengumpulkan daun-daun pinus untuk dicadangkan sebagai teh, serta kayu bakar untuk dijual ke desa esok hari. Namun dia malah menemukan beberapa manusia Alpha berkumpul di pintu rumahnya, sedang berteriak mengumpat karena tidak mendapat jawaban dari rumah yang kosong.

"Apa yang kalian inginkan?" Taehyung berseru. Kedua tangannya terkepal marah karena mengenali wajah-wajah itu sebagai orang-orang suruhan kepala desa yang menetapkan pajak untuk dia dan ibunya, sekalipun mereka tidak tinggal di dalam desa itu sendiri.

"Kami hampir membakar gubuk ini jika kau tidak juga muncul." Satu orang bertubuh gempal dengan raut menyeramkan di wajahnya mendekati Taehyung. "Apa kau baru saja kembali dari sungai? Seharusnya kau menungguku dan kita bisa mandi ber—"

"Buang omong kosong itu. Katakan kenapa kalian membuat keributan ini." Taehyung menangkap tangan menjijikkan yang hampir meraih pucuk kepalanya, mencengkeram erat sebagai peringatan. Kekuatan Lycan secara alami membuatnya lebih unggul dari kebanyakan manusia.

"Omega sialan." Alpha gemuk itu menarik tangannya gusar. "Kepala desa memberlakukan pajak tambahan di samping retribusi bulanan."

"Apa?" Mata Taehyung membola marah. "Kalian mengambil hampir sembilan puluh persen dari hasil kebun kami dan masih akan meminta lagi? Jangan bercanda, kotoran."

Dagu Taehyung kemudian dicekal oleh telapak tangan kasar dan lebar. "Perhatikan ucapanmu, orang rendahan. Ada lima Alpha dewasa di sini, jadi kau harus terlihat sedikit takut agar kami melepaskanmu."

"Kalau begitu, sekarang ada enam."

Suara Jungkook. Taehyung membeku dan melihat laki-laki yang hanya mengenakan celana katun kecoklatan itu telah berada di sampingnya, memberi tatapan berang pada Alpha yang tengah mengancamnya. Dia tetap tidak bereaksi ketika Jungkook menarik sekeliling bahunya ke belakang, dekapan yang sialnya, membuat ia merasa aman.

"Siapa kau?" Manusia itu mengerutkan kening dalam karena kedatangan Jungkook yang terlalu tiba-tiba dengan senyuman pongah terbit di wajahnya.

"Aku? Apa ini belum jelas? Kami adalah sepasang keka—"

"Tutup mulutmu," decak Taehyung sembari menyikut pinggang lelaki itu, sayangnya tidak menimbulkan rasa sakit yang cukup bagi Jungkook untuk menjauh. Jika orang-orang ini mempercayai apa yang keluar dari mulut Jungkook—tentang omong kosong bahwa dia adalah kekasihnya—Taehyung yakin hal buruk lain akan datang, entah bagaimana dan kapan.

Dia berjalan melalui semua Alpha itu dan masuk ke rumah, mengambil peti kecil berisi emas dan permata yang berasal dari hasil jerih payah berbulan-bulan, lalu mencukupkannya ke dalam genggaman. Berharap dengan ini, para suruhan pemungut upeti itu akan puas dan pergi. Tapi alangkah terkejutnya ia ketika hanya menemukan seorang Jungkook berdiri di pekarangan, sedang melambaikan tangan tinggi-tinggi dengan seruan mengejek. "Lekas sembuh, pecundang!"

Taehyung melangkah tergesa, panik sesaat karena melihat gerombolan Alpha yang mengintimidasinya beringsut menjauh, sambil memapah Alpha gemuk yang setengah merunduk dengan lengan yang tidak terlihat baik-baik saja.

"Apalagi yang kau lakukan?" Dia mengamuk pada wajah tenang Jungkook, hampir melemparkan koin-koin emas padanya jika lupa akan betapa sulitnya dia bekerja untuk mendapatkan itu. Belum terhitung dua puluh empat jam Lycan Alpha ini berada di sekitarnya dan dia telah membuat onar sebanyak yang Taehyung harap, tidak lagi bertambah.

Jungkook menggasak rambut di belakang kepala untuk menghilangkan sisa tetesan air. "Sekedar balasan kecil karena dia hendak memukulku. Manusia masih menyebalkan seperti biasa. Selalu merasa paling berkuasa." Dia menoleh pada Taehyung dan tersenyum lebar. "Kecuali ibumu, tentu saja."

"Ya Tuhan." Sontak rasa pening memenuhi kepala Taehyung. Lycan seperti Jungkook dapat dengan mudah mencelakai manusia. Padahal hanya beberapa menit Taehyung pergi ke dalam dan dia telah mematahkan tangan satu Alpha manusia, jelas membuat yang lainnya terkejut dan segera kembali ke desa untuk membawa kabar itu kepada tuan mereka. Cepat atau lambat mereka akan kemari lagi, beruntung jika hanya mengambil lebih banyak emas dan menganggap tuntas perkara. Bagaimana jika Jungkook ditangkap? Atau paling buruk, mereka bertiga?

Taehyung menyeret Jungkook ke dalam rumah. "Kau tidak bisa seenaknya, Jungkook. Mereka akan datang lagi untuk membuat perhitungan. Aku dan ibu telah terlalu banyak mengalami kesulitan karena pajak yang mereka tetapkan untuk kami, sekalipun kami tidak terhitung sebagai penduduk tetap di desa. Jadi kau harus secepatnya pergi—"

"Taehyung."

Jungkook memotong seluruh keluh kesah yang meluncur deras. Tatapan hangat dari sepasang safir hitam Alpha itu mampu membungkam Taehyung. Terasa seperti Jungkook akan dapat mendengar seluruh gaung di dalam pikiran dan hatinya yang jauh hanyut ke dalam mata itu. Buru-buru Taehyung menunduk. Jantungnya berpacu tidak keruan saat jari-jari Jungkook membingkai pipinya lembut.

"Kau takut? Atau hanya sedang membela manusia?" Pertanyaan itu terdengar bagaikan sebuah ejekan. Bagaimana bisa dia takut pada makhluk yang masih lebih lemah darinya. Atau bagaimana mungkin dia berada di pihak manusia yang telah membunuh kaumnya. Orang tuanya.

"Kau bahkan kehilangan kemampuan untuk membaui feromon." Tidak seharusnya dia lebur ke dalam rasa damai dari suara Jungkook. Dia pernah berpikir untuk membunuh Alpha itu di kali pertama mereka bertemu, hanya agar penyesalan yang menderanya selama ini dapat sedikit mereda.

Dia telah kehilangan masa lalu yang tentram bersama kawanan, kehidupan senyap di dalam hutan yang jauh dari pemukiman, berakhir hancur karena dia terlahir sebagai Lycan yang berteman dengan anak manusia. Rahasia persahabatan kecil mereka terbongkar, lalu orang-orang di desa bocah itu memburunya. Taehyung dalam wujud serigala kecil saat itu berlari hingga menekan batas yang dia miliki hingga terperosok di lereng bukit. Sedangkan gerombolan manusia lengkap dengan tombak, pedang, dan belati perak telah membabat habis tempat di mana kawanannya berdiam sementara.

Hanya ia yang dapat melarikan diri dari situasi itu setelah orang tuanya memaksanya pergi secepat mungkin. Dihibur oleh seuntai janji bahwa mereka akan berkumpul bersama lagi, yang sampai akhir tidak pernah ditepati.

Dia kehilangan segalanya dengan cara yang tidak adil, mengerikan, hingga sampai ke titik ia memutuskan untuk membenci seluruh dunia tanpa terkecuali. Taehyung bertahun-tahun bersembunyi di dalam goa, menyerang manusia atau Lycan sekalipun yang tanpa sengaja menemuinya di hutan.

"Kau tidak mengerti." Taehyung mendorong bahu lelaki itu setelah berhasil mengumpulkan kepingan hatinya.

"Aku melakukan semua ini, bertahan selama ini, hanya untuk ibuku."

Benar. Itu satu-satunya alasan bagi Taehyung. Wanita Omega yang dahulu berjalan sendirian di hutan dengan tas anyaman pengangkut buah, menemukannya dan memberi pelukan erat ketika Taehyung menunjukkan taring-taring yang siap melukai. Dia tergugu seketika itu, dihampiri cinta yang telah dia lupakan rasanya, kemudian jatuh ke dalam tangis pedih dengan cakar dan bulu-bulu yang menghilang. Membalas dekapan itu sama eratnya, dan pelukan itu tidak meninggalkan Taehyung sama sekali.

Jungkook terdiam. Segaris tekad mendorongnya untuk menggenggam tangan Taehyung, menyalurkan ketenangan yang hampir sedikit sekali Omega itu rasakan selama melewati banyak kepahitan. Mereka mungkin hanya dua Lycan yang sama-sama mengalami kesendirian panjang, tanpa sengaja bertemu di antara keheningan hutan, di mana keduanya masih menjadi asing untuk satu sama lain. Namun Jungkook tidak bisa menyangkal hatinya yang tergerak ingin melihat akhir dari seluruh getir juang Omega itu.

Walaupun, masih terlalu cepat untuk disebut jatuh cinta.

"Biarkan aku membantu kalian." Jungkook menelan seluruh risiko itu; masih terlalu cepat memang, tapi aku hanya tidak bisa meninggalkanmu secepat ini. "Setidaknya, hingga kau bisa mendapatkan wujud serigalamu lagi."



***

CEDRUS [KookV] PDF ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang