Friends? No, we are not!

2 0 0
                                    

Langkah kaki-kaki itu berderap cepat. Berbondong-bondong menuju satu tempat yang sama. Auditorium Seni Budaya. Bergerombol menonton satu pertunjukan kecil di atas panggung.

"Mereka lagi?" Tanya salah satu penonton pada teman di sebelahnya. "Kali ini karena apa?"

Yang ditanya hanya mengangkat bahu tak peduli. "Dah, yok! Mumpung pada kesini, kantin pasti sepi."

"Ah! Bener juga. Ada untungnya mereka sering begitu. Asal nggak di kantin aja. Haha.."

Kedua penonton itu dengan senang hati meninggalkan tempat pertunjukkan. Tapi belum sempat melangkah jauh, mendadak tangan keduanya dicekal.

"Mo kemana kalian?! Kalian lihat kan, tadi si Nenek Beku yang nyerobot antrean? Bantu sadarin tuh anak, dong." Seru gadis bergaya poprock yang memegang tangan keduanya.

"Wah... iya nih.. bantuin aku sadar dong. Soalnya dari tadi kayaknya aku ngeliat setan ngomel-ngomel." Yang dipanggil Nenek Beku menyahut dengan santai namun terdengar sinis.

"Bilang apa kamu? Setan?! Kamu yang setan, Mag!"

"Ups! Ada yang ngerasa."

Tangan penonton itu sudah bebas sekarang. Dua gadis yang tadi sempat berhenti beradu mulut itu kembali meneruskan aksi keduanya. Karena sudah terlanjur ikut terseret menjadi pusat perhatian, dua sejoli yang batal ke kantin itu terpaksa melerai dan membubarkan para penonton yang menonton adegan berantem dua senior tak punya malu itu.

"Kamu urus Magda. Biar Priskilla bagianku."

Setelah gadis bernama Magda dibawa pergi, kepala Priskilla dihadiahi beberapa kali jitakan. "Anak sialan! Kalo mau berantem, ya berdua aja. Jangan nyeret-nyeret kami! Malu, udah senior."

Si baju poprock mengaduh geram. Setelah memaki sebentar, ia beranjak pergi entah kemana. Kebiasaannya kalau belum tuntas marahnya.

Sedangkan di sisi lain gadis yang membawa Magda malah asik memakan siomaynya dengan lahap. Sudah lebih dari empat tahun Magda mengenal gadis tembam itu. Lebih aman bagi dirinya merelakan beberapa lembar uang di dompetnya untuk menyuap gadis itu dengan makanan agar diam, dibanding membiarkan mulutnya itu dipakai mengomel sepanjang hari sampai telinga Magda bengkak mendengarnya.

"Kalian nggak capek cekcok mulu?" Tanya gadis gembul itu disela-sela makannya. Ia sekilas melihat ke arah Magda, namun tak ada perubahan ekspresi disana. Dia diam saja menikmati cokelat batangan yang baru saja dibelinya.

Seperti biasa. Magdalena bukan gadis yang suka menjawab pertanyaan orang lain yang menurutnya tak penting. Meski penampilannya tampak seperti putri kerajaan yang anggun, tenang, bersih, rapi, serta penuh dengan tata krama, bagi orang yang sudah bersinggungan dengannya pasti akan sepakat mengakui kalau Magdalena adalah iblis angkuh dengan lidah berbisa.

Berbeda dengan gadis tomboy yang selalu menjadi satu-satunya teman beradu mulutnya, Priskilla. Meski tampilannya cukup feminim untuk dikatakan tomboy, sikapnya yang terkenal barbar dan lebih suka adu urat daripada harus duduk diam menyelesaikan masalah dengan tenang itu jelas berkebalikan dengan Magda. Magdalena yang angkuh dan Priskilla yang mudah tersulut. Keduanya memiliki kepribadian yang sangat tidak cocok jika disandingkan bersama. Tiada hari tanpa saling mencela jika bertemu. Itu berarti, tiada hari tanpa keributan di hidup mereka karena keduanya berada dalam satu kelompok tak resmi bersama dua gadis lainnya yang selalu mengekor dan diekori keduanya.

"Mana Priskilla?" Belum saja pantatnya menempel pada bangku kantin, gadis berambut ikal sebahu itu sudah ditembak pertanyaan.

"Biasa. Ntar juga kesini."

Dan benar saja. Beberapa menit kemudian, Si Tomboy yang tadi menghilang sudah datang menghampiri dengan ekspresi yang lebih cerah dan langsung duduk di samping Magda yang kosong. Yah, meski selalu berantem, bukan berarti keduanya saling menunjukkan rasa benci secara terang-terangan. Mereka sudah menginjak usia pertengahan dua puluh, sudah tidak pantas jika mereka memusuhi orang lain dengan begitu jelas. Mereka tetap bersikap biasa saja layaknya orang normal jika salah satu diantara keduanya tak ada yang membuka topik untuk diperdebatkan, seperti contohnya Magda yang tadi menyerobot antrean Priskilla yang hendak mengembalikan atribut teater yang mereka pinjam untuk latihan.

AbjadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang