Hai, pa kabar readersku? Semoga selalu baik. Oh ya, thanks buat yang udah baca ceritaku dan nantiin ceritaku update.
Kalo ada typo atau penempatan kata yang salah, ditandai ya guys.
Happy reading♡
_______________
Camellia bermulut pedas, tapi entah bagaimana dua makhluk bernama manusia itu bisa tahan bersahabat dengannya. Karena menurut mereka, meski pedas setidaknya Camellia sudah mengatakan kejujuran, daripada lemah lembut tapi aslinya zonk. Kadang saking pedasnya yang dikatakan Camellia bisa saja membuat lawan bicaranya kena mental. Jadi, hanya orang-orang terpilih yang bisa bertahab bersahabat dengannya.
Tawa Camellia dan Olivia masih saja belum mereda; menertawakan kehaluan Daisy yang sudah mencapai level max. Bagaimana bisa sahabat mereka bisa sepercaya diri itu mengakui Gary kini menjadi kekasihnya?
Daisy menatap jengah dan datar ke arah dua sahabatnya yang masih asik tertawa sampai mengeluarkan air dari sudut mata mereka.
Karena sudah merasa jengkel, Daisy menggebrak mejanya membuat beberapa orang di sekitarnya menatap dirinya heran. Setelahnya dia membungkukkan badan meminta maaf atas ketidaknyamanan yang diperbuatnya.
"Kalian ini ngeselin banget sumpah, nggak boong gue!" serunya kesal melihat wajah Camellia dan Olivia yang tidak bersalah sama sekali terhadap dirinya.
"Makanya jangan ngelawak gitu dong, Dai. Lawakan lo ngalah-ngalahin komedian yang gue tonton kemarin, gue lupa namanya siapa," balas Olivia seraya menghapus jejak air mata di sudut matanya.
"Yang ngelawak siapa? Yang mau jadi komedian juga, siapa? Gue nggak ada bakat ngelawak, jadi nggak cocok ikut kontes komedian!" Daisy masih kesal, kedua tangannya bersedekap dengan mata menatap tajam dua sahabatnya.
"Oke, oke, kita minta maaf. Lain kali, lo jangan ngelawak dengan lawakan yang sama lagi kayak tadi."
"Demi apa, kalian masih nggak percaya sama gue? Kalian nggak percaya gue sama Gary jadian?" tanyanya sedikit berbisik namun nadanya penuh penekanan.
Camellia dan Olivia menggelengkan kepala mereka serempak. Tidak mungkin mereka akan percaya setelah mereka tahu bagaimana tidak pedulinya Gary akan keberadaan Daisy di muka bumi ini.
Daisy merogoh saku bajunya, mengeluarkan ponselnya dan memaparkan room chatnya dengan Gary semalam.
Sekarang, tidak terdengar lagi tawa terbahak dari dua sahabatnya, yang ada hanya mata melotot tidak percaya dengan apa yang dibacanya dari ponsel Daisy.
"Gimana? Masih lucu? Masih terdengar seperti lawakan? Dan kalian masih nggak mau percaya sama gue?!" Daisy bertanya dengan sejuta kepercayaan dirinya dan berniat menyombongkan diri di hadapan dua sahabatnya yang sempat menertawakannya.
Tidak ada jawaban dari mulut Camellia maupun Olivia, mereka masih asik menatap ponsel Daisy yang kini sudah menampilkan layar hitam; layarnya mati.
Beberapa saat kemudian, suara bel masuk menandakan makan siang mereka sudah habis membuyarkan ketidak percayaan Camellia dan Olivia. Mereka saling memandang kemudian serempak menggedikkan bahu mereka.
"Dai! Daisy! Tungguin kita woy!" seru Camellia berteriak ketika Daisy sudah berjalan lebih dulu beberapa meter di depan sana.
Sesampainya di kelas, seperti biasa jika guru mereka belum hadir, Daisy, Camellia juga Olivia akan berkumpul berpisah dengan yang lain. Mereka akan membicarakan hal-hal yang entah. Mulai dari yang bermanfaat sampai yang unfaedah sekalipun.
"Apaan sih kalian natap gue kayak gitu?" tanya Daisy setelah mengalihkan tatapannya dari ponsel.
"Imppssible!" seru Olivia.
"Hah?!"
"Gimana ceritanya Gary tiba-tiba ngajakin lo pacaran padahal selama ini dia nggak pernah natap lo sekalipun. Dia ngajakin lo pacaran tanpa pendekatakan dulu? Please jangan mudah kemakan omongan cowok, Dai. Ini aneh banget menurut gue, pasti Gary punya maksud lain dibalik ini semua. Coba kek lo berpikir rasional dikit, Dai. Gue bener-bener curiga si Gary ada maksud lain," ujar Olivia serius.
Olivia bukan tidak percaya pada sahabatnya, hanya saja dia tidak ingin kedua sahabatnya dilukai oleh makhluk bernama pria. Apalagi Daisy yang jelas sangat tulus mencintai Gary, bagaimana jika nanti Daisy terluka karenanya?
"Thanks a lot udah ingetin gue. Lo emang sahabat paling baik. Tapi gue yakin kalo selama ini sebenernya Gary juga memendam perasaan yang sama kayak gue; yaitu rasa cinta." Daisy membalas dengan senyum-senyum tidak jelas seperti pagi tadi.
"Kalo emang itu adalah pilihan lo, kita sebagai sahabat lo cuma bisa dukung. Tapi ingat, bucinnya jangan sampai buat lo jadi orang tolol." Kali ini Camellia yang angkat bicara.
Camellia pun merasakan hal yang sama dengan Olivia, hanya saja dia tidak ingin membuat Daisy kecewa padanya. Tidak ingin membuat senyum yang jarang sekali terlihat merekah di wajah Daisy itu luntur seketika.
Daisy bersyukur berkali-kali sebab dipertemukan dengan Camellia dan Olivia. Bukan hanya sekadar ada disaat dirinya berada di atas, namun ketika Daisy berada di titik paling rendah sekalipun mereka selalu ada untuk dirinya. Mendekapnya erat, memberinya ringkihan peluk paling hangat, dan meyakinkan bahwa semua akan baik-baik saja.
Bukan hanya itu, mereka selalu berani menegurnya ketika melakukan perbuatan yang salah kemudian meluruskan kesalahannya dengan cara selembut mungkin tanpa membuat perasaannya tersinggung pun sakit.
Meski baru bertemu mereka enam bulan, tapi dia merasa persahabatan mereka benae-benar tulus. Bagi Daisy, mereka bukan sekadar sahabat, tapi lebih dari itu. Mereka adalah bagian dalam buku paling pentingnya. Isi di sebuah chapter yang ditulisnya dengan setulus hati.
Meski banyak perbedaan diantara mereka, tapi itu yang membuat mereka semakin dekat dan saling melengkapi.
____
Jam isturahat kedua, Daisy memilih untuk mampir ke kelas sang kekasih, Gary Zafindra. Sebelas IPS 5. Baru sampai di ambang pintu, dia sudah disuguhkan oleh pemandangan yang menyegarkan matanya; dimana Gary tertawa lepas dengan ketiga sahabatnya.
Kehadiran Daisy membuat keempat pria itu terdiam dan menatap Daisy dari atas hingga bawah.
"Hai, Gary," sapa Daisy.
Salah satu temannya menyikut pinggang Gary. Sedang Gary menatap Daisy heran dan asing.
"Lo ... siapa?"
___________
Bersambung ....
Akhirnya, chapter duanya kelar juga. Gimana-gimana? Semoga nggak ngebosenin sih harapku, hehe ....
Selalu jaga kesehatan kalian❤🌼

KAMU SEDANG MEMBACA
Daisy Gary
Ficțiune adolescențiBagi Daisy, Gary adalah segalanya; tanpa Gary, Daisy tidak bisa. Tapi bagi Gary, Daisy bukan apa-apa; tidak lebih dari sekedar orang asing yang mencoba merecoki hidup damainya. Daisy menganggap Gary O2, sedang Gary menganggap Daisy tidak lebih dar...