3

230 31 27
                                    

Zian tengah bersemangat untuk menonton TV yang akan menampilkan Ayah yang ia sayangi, Zian tak sendiri karna Tiara juga duduk disamping Zian.

Tiara baru 2 tahun terakhir kembali aktif Medsos ataupun menonton Televisi, Itupun sangat jarang Tiara lebih banyak menghabiskan waktunya dengan Zian, kalaupun Menonton TV Tiara hanya menemani Zian saja, itupun kalau Anrez tidak ada dirumah seperti sekarang, karna Anrez tidak mengizinkan Zian menonton Televisi.
sungguh tega Anrez pada darah dagingnya.

"Bunda... Ayah Bunda... Ayah ada di TV..." Seru Zian girang, ia seakan lupa kalau Anrez tidak pernah menerimanya selama ini, Jika orang lain melihat tentu mereka akan mengira Anrez adalah Ayah yang sangat menyayangi anaknya.

"Ya Allah Zi... Kamu tetap aja menyayangi Ayah kamu sepenuh hati, walaupun kamu selalu diperlakukan tidak baik Nak...." Tiara tersenyum tipis menatap wajah antusias Zian saat melihat wajah Ayahnya di Televisi, Tapi yakinlah dibalik senyum itu ada sayatan luka yang amat dalam di hati Tiara.

"Anrez Adelio... Aktor terkenal yang sudah wara wiri di Layar Kaca juga Layar Bioskop..." Zian mendengar dengan seksama perkataan Presenter Acara TV itu sambil tersenyum, anak itu tersenyum bangga menatap wajah Anrez yang begitu dekat disorot kamera dengan senyuman, beda sekali jika Anrez dirumah, memang Zian sering melihat wajah Anrez dari dekat namun pada saat Anrez membentak ataupun menyiksanya dan tentu saja wajah Anrez sangat menyeramkan.

"Sebelum kita membahas tentang perjalanan karir Seorang Anrez, kita akan membahas kehidupan pribadi Anrez yang jarang tersorot kamera.... Kalau gak salah Kamu sudah punya anak kan... Tapi sudah meninggal...." Seru Presenter itu, Anrez terlihat tersenyum di layar kaca tapi tidak dengan Tiara yang kaget, ia benar benar tidak tahu kalau selama ini Anrez mengaku kalau anaknya telah meninggal.

"Zi... Bobo siang yuk..." Ajak Tiara, ia tak mau Zian mendengar lanjutan percakapan 2 orang di Televisi.

"Masih ada Ayah Bun... Zian mau liat Ayah dulu..." Tiara gugup, ia tak mau mendengar kelanjutan percakapan itu.

"Iya... 5 tahun yang lalu saya dan istri memang sudah dikaruniai seorang anak tapi saat lahir anak itu sudah diambil lagi oleh Allah..." Jawab Anrez santai.

"5 Tahun cukup lama ya... Belum ada rencana buat tambah momongan gitu...?" Tanya presenter itu lagi.

"Belum sih Kak.... Saya dan istri masih pengen berduaan dulu... pacaran dulu... tapi kalau nanti diberi kesempatan untuk punya anak kami pasti senang sekali...." Seru Anrez tersenyum.

"5 Tahun... umur Zian kan 5 tahun... apa yang dibilang Ayah itu Zian ya...." Batin anak itu, matanya mulai berkaca-kaca, Zian bukanlah anak yang bodoh, Zian adalah anak yang pintar dan peka keadaan sekitar.

"Kita ke kamar yuk..." Ajak Tiara yang suaranya sudah mulai bergetar.

"Zian gak papa kok Bunda..." Zian tersenyum tulus.

" Bunda... Mungkin kalau Zian punya 2 tangan kayak Bunda pasti Ayah sayang Zian kan Bunda... Ayah pasti benci banget sama Zian... Ayah malu punya anak yang cacat kayak Zian.... Ayah kan artis terkenal pasti Ayah pengennya anak yang sempura..." Zian mengucapkan itu sambil menatap dalam mata Tiara, Tiara yang sudah lama berusaha bertahan tentu saja menangis mendengar penuturan Putra tunggalnya, tapi Tiara mencoba menahan tangisnya.

"Nggak sayang... Nggak gitu...." Tiara menarik Zian kepelukannya karna ia sudah tidak sanggup menahan air mata yang sudah penuh dipelupuk matanya dan siap tumpah.

"Kenapa ya Bunda Zian harus lahir kalau hanya untuk dibenci...." Tiara benar benar bingung dengan anaknya ini, darimana Zian mendapatkan kata-kata yang tidak seharusnya diucapkan anak seusianya dan kata-kata itu selalu mampu membuat Air mata Tiara terkuras.

Tiara tak mampu menjawab perkataan Zian, ia terus saja menangis dengan posisi yang sama, memeluk Zian.

"Bunda... Zian tau Ayah sayang banget sama Bunda... Dan Zian juga tau Ayah nanti pasti mau terima Zian sebagai anak Ayah, tapi nanti kalau Zian udah gak ada disini sama Bunda, Bunda harus janji akan selalu tersenyum ya... Bunda udah sering banget nangis gara gara Zian...." Cukup, Tiara benar benar tidak sanggup mendengar kata demi kata yang keluar dari bibir mungil Zian.

"Zian... Zian gak boleh ngomong gitu nak... Zian anak hebat... Zian kuat... Zian anak Bunda itu Kuat... Gak boleh ngomong gitu..." Tiara menangkup wajah tampan itu dengan tangisnya yang semakin menjadi.

"Tapi Bunda harus janji sama Zian..." Dengan mata berkaca-kaca Zian tersenyum tulus dan lagi-lagi itu menambah sayatan baru di hati Tiara, ia Sampai tak habis pikir dengan Anrez yang tega memperlakukan Zian yang hatinya bak malaikat ini dengan perlakuan biadabnya.

"Bunda harus janji apa...?"

"Bunda harus janji... kalau Zian nanti gak ada sama Bunda lagi Bunda harus selalu senyum.... Jangan sedih sedih lagi..." Tangan mungil Zian terulur menghapus air mata yang membasahi wajah Tiara.

"Zian harus tau kalau Zian adalah segalanya untuk Bunda... Zian yang selalu menjadi penguat Bunda...." Tiara kembali membawa tubuh mungil itu ke pelukannya, berusaha mengalihkan pembicaraan Zian.

"Zian juga sayang Bunda..." Air mata Zian akhirnya tumpah didalam pelukan hangat sang Bunda.

***

"Kenapa sekarang kehidupan kita jadi seperti ini sih Kak... dulu aku membayangkan akan hidup bahagia dengan kamu dan keluarga kecil kita Kak... aku selalu berharap itu terjadi... Tapi kenapa kebahagian itu hanya berlangsung 1 tahun Kak... Mana janji kamu dulu..." Tiara menatap bintang yang sangat indah di langit malam itu, air mata Tiara juga menemaninya dikeheningan malam.

"Mana janji kamu Kak..." Gumam Tiara.

"Ti...." Anrez memeluk pinggang Tiara dari belakang, dan hal itu membuat Tiara semakin terisak.

"Hey... jangan nangis... kenapa kamu nangis...? pasti karna anak itu kan...?" Dengan tidak tahu dirinya Anrez menuduh anak yang baik itu padahal dirinyalah yang menyebabkan Tiara seperti sekarang.

"Kenapa selalu menyalahkan Zian sih...? Zian itu anak yang baik... Zian yang selama ini membuat aku tersenyum dan Aku bisa bertahan disini sekarang karna Zian..." Tiara menatap Anrez tak suka, sedangkan Anrez tak mengerti apa yang diucapkan Tiara.

"Kak... Kalau bukan karna Zian mungkin aku udah lama pergi dari sini... Aku sudah sering menyerah dengan kehidupan aku dan ingin pergi jauh dari kamu... Tapi Zian.. anak yang kamu benci itu..." Tiara menarik nafasnya perlahan.

"Anak yang kamu benci dan selalu kamu perlakukan gak baik itu selalu menolak ajakan aku untuk pergi... dia masih berharap Ayahnya mau, menerima dia sebagai anak..." Bentak Tiara, Anrez berdecih.

"Dan kamu... semenjak ada anak itu kamu berani membentak aku...." Seru Anrez menekan setiap huruf yang diucapkannya.

"Aku bentak kamu karna kamu kasar Kak..." Bentak Tiara.

"Aku gak pernah pukul kamu... Aku gak pernah kasarin kamu...." Seru Anrez lembut.

"Aku memang gak pernah kamu kasari... Tapi ZIAN... anak itu selalu kamu siksa Kak... kamu siksa Zian sama aja kamu siksa aku... Aku ibu Zian.. Zian itu seperuh nyawaku kak..." Seru Tiara meluapkan emosinya, mengungkapkan apa yang selama ini ia ingin katakan, Anrez memang tak pernah kasar padanya selama ini karna Anrez begitu mencintainya.

"Kenapa selalu aja anak itu sih Ti... Dan kenapa dia masih hidup sampai sekarang... Aku benci sama dia.... Aku pengen dia MATI!!!" Bentak Anrez.

"Kamu Gila Kak... dia anak kamu...."

"Dia itu aib Ti... AIB!!!" Teriak Anrez.

"ZIAN BUKAN AIB...!!! Dia anak aku...Dia itu titipan Allah Kak... Hadiah dari Allah yang harus kita jaga... Kenapa kamu gak pernah bisa terima dia...." Bentak Tiara.

"Aku capek debat sama kamu tentang anak itu..." Anrez keluar dari kamar dan Tiara tau pasti Anrez pergi ke ruang kerjanya, meninggalkan Tiara yang sudah terduduk lemas di lantai, memeluk lututnya yang gemetar, ia menangis sejadi jadinya, rasanya ia sangat lelah menjalani ini semua, ia bosan menghadapi Anrez yang keras kepala dan Egois, ia tak sanggup jika harus melihat buah hatinya yang selalu diperlakukan tak adil oleh Ayah kandungnya sendiri.

Ngefeel gak sih...? Menurut kalian gimana...?

Aku Menyayangimu AyahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang