DI PAKSA GAK PAPA

12 1 0
                                    

Moana membuang napas berat, matanya memperhatikan rumah sederhana milik keluarganya. Ia tidak memiliki minat masuk kedalam, dirinya lebih memilih pergi tanpa berpamitan. Entah apa yang tengah Moana pikirkan, ia hanya menatap lurus kedepan dan berjalan ke sembarang arah.

Moana kini berhenti di depan mini market yang terlihat tidak begitu ramai. Tanpa sadar dia sudah berjalan cukup jauh dan tenggorokannya terasa kering. Dia memutuskan membeli minuman cincau kesukaannya.

"Ada lagi yang mau ditambah kak?"

"Gak mas, ini aja udah." Jawab Moana sambil mengeluarkan uang dari dalam tas.

"Totalnya sepuluh ribu kak."

"Ini ma..s, lo lagi?"

Suara Moana membuat mereka saling melotot. Ternyata Dewa bekerja sebagai kasir di mini market itu. Moana sangat terkejut, moodnya seketika berubah saat bertemu cowok slenderman ini.

"Lo ngikutin gue?"

"Dih enak aja, rumah gue itu ada di gang ujung sono. Eh bentar, bukannya lo tadi belok pas di persimpangan yah? Kenapa sekarang bertransformasi jadi mas-mas kasir di sini?"

"Lah kocak, ini mini market punya mak gue. Dan lorong sebelum rumah lo itu lorong rumah gue. Dan masalah gue belok, lurus, muter-muter. Bukan urusan lo." Jawab Dewa dengan nada dingin khasnya.

"Lo kenapa dah sengak banget kalau gue ajak ngomong. Ha? Ha? Gue nanya juga baik-baik kali, dan gue adalah pembeli jadi lo harus memperlakukan gue seperti ratu!" Moana merebut kantong plastik yang sedaritadi Dewa bawa.

Dewa hanya diam tak memperdulikan Moana. "Bayar dulu."

Moana memberikan selembar uang sepuluh ribu dan menutup kembali tas sekolahnya. "Iya iya, takut banget gak gue bayar."

Moana keluar dari mini market sambil membuka kaleng minumannya, dia duduk di bangku yang sudah di sediakan dan menikmati es cincau kesukaanya . Dari dalam mini market Dewa memperhatikan Moana. Entah mengapa mata Dewa tidak bisa berhenti memandangi cewek itu, tubuhnya terlihat sangat rata seperti tengkorak berjalan.

"Gue knp mikirin cewek freak itu sih." Dewa tersadar dari lamunnya dan bergidik geli dengan dirinya sendiri.

***

Pukul setengah sebelas, saatnya menutup mini market. Dewa mematikan seluruh lampu dan memastikan semua pintu terkunci. Mata Dewa terpaku dengan seseorang yang masih tidur di bangku depan tokonya.

Dewa mencoba membangunkan orang itu dengan menepuk bahunya pelan. "Kak, maaf mini marketnya udah tutup. Kak?"

Merasa tidak ada jawaban, Dewa melihat jam tangannya dan mengawasi keadaan sekitar. Dia bingung harus membangunkan orang itu dengan cara apa. Akhirnya Dewa memutuskan duduk di samping orang yang ternyata adalah Moana.

"Lo gak punya rumah ya?" Ucap Dewa dengan sangat pelan.

Sebenarnya cowok jangkung itu ingin segera pulang, namun harus berakhir menjaga Moana yang terlelap. Moana sangat menyusahkan dirinya, ia bersumpah tidak akan pernah mau bertemu gadis sepertinya lagi. Bagi Dewa, bertemu Moana adalah bencana sekaligus beban.

Tiga puluh menit sudah berlalu, dan tidak ada tanda-tanda Moana membuka mata. Dewa sudah sangat lelah dan frustasi. Haruskah dia mengguncang tubuh Moana agar sadar. Gadis yang masih mengenakan seragam sekolah itu mengerjapkan matanya, pada akhirnya Moana terbangun.

"Woah.. Lo belum pulang?" Tanya Moana dengan polosnya sambil menguap.

Dewa hanya dapat membuang nafas beratnya berkali-kali, benar-benar butuh tenaga ekstra untuk meredam emosinya saat ini. "Gue anter lo pulang, udah jam sebelas gak mungkin lo balik jalan kaki sendiri."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 10, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MoanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang