1

2.5K 192 21
                                    

Best Friend With Benefits Part 1

Tok....

Tok....

Tok.....

Sebuah ketukan pintu membuat Akshara menoleh ke sisi pintu kamarnya.

"Bi, buka pintunya. Sudah tiga hari lo ngedekem di kamar aja. Emang lo nggak lapar?"

"Pulang aja ke Jogja, Nyet. Gue bisa hadapin semua ini sendiri," kata Aksara di sela-sela tangisannya.

"Ya nggak bisa gitu, terus kalo emak bapak lo tanya tentang kondisi lo, gue mesti jawab apa?"

"Jawab aja suruh siapin liang lahat," jawab Shara dengan sedikit berteriak.

Mendengar jawaban Shara, Adam memilih kembali turun ke lantai satu rumah Shara. Sudah tiga hari ini dirinya terpaksa ijin dari kantor dan mengerjakan pekerjaannya dari jauh. Sebagai seorang sahabat, Adam bisa memahami reaksi Shara ini. Bagaimana tidak, sudah berpacaran lebih dari satu dasawarsa dengan Dion namun semua berakhir sia-sia setelah Dion mengatakan jika keluarganya tidak bisa menerima pernikahan beda keyakinan. Shara yang selama ini berharap banyak atas hubungan ini menjadi shock dan tentunya hancur bagai butiran debu. Shara memang tidak berani menceritakan kepadanya langsung, namun ia bercerita kepada Angi, yang membuat Angi meminta Adam untuk menemani Shara karena ia tidak bisa datang untuk memeluk Shara dan memberikan semangat hidup untuknya.

Tiga hari lalu saat Adam tiba di rumah Shara, rumah ini laksana kapal pecah, semua guci-guci antik koleksi Shara sudah pecah seluruhnya di lantai, tisu-tisu bertebaran di mana-mana, yang lebih parah adalah kondisi Shara yang terlihat seperti zombie. Melihat Shara seperti itu, entah kenapa hati kecil Adam merasa sakit. Shara yang ia kenal periang, teman berdebat bahkan sahabat yang telah bersamanya sejak mereka masih SD bisa berubah seratus delapan puluh derajat. Akshara Blanca Tanarya, sebuah nama yang biasanya tidak terlalu berarti untuknya, namun ketika melihat Shara sehancur ini, hati Adam teriris iris.

Di waktu yang sama dan tempat yang berbeda, Akshara sedang menatap kamarnya dengan pandangan tidak percaya. Bagaimana bisa kamarnya yang lebih sering terlihat rapi, bahkan kini terlihat lebih kotor dan berantakan dari tempat pembuangan akhir sampah. Shara memegangi kepalanya lalu ia segera berjongkok di dekat ranjang. Beberapa menit Shara hanya bisa menangisi kebodohannya selama ini.

Betapa bodohnya dirinya bisa percaya begitu saja kepada Dion yang akan mengalah dan mengikuti keyakinan yang ia anut. Betapa bodohnya ia yang rela begitu saja pindah ke Jakarta dan memulai kariernya di sini dengan meninggalkan keluarganya di Jogja. Lebih bodohnya lagi, Shara menolak ketika orangtuanya menawarkan untuk mengambil jurusan kedokteran dan memilih mengambil jurusan akuntansi. Lebih dari semua itu, hal yang paling ia sesali adalah keputusannya untuk memberikan mahkotanya kepada Dion beberapa tahun lalu. Kini, ia yakin bahwa tidak akan ada lagi laki-laki yang mau menerimanya apa adanya, apalagi ketika mengetahui masa lalunya. Saat pikirannya kalut dengan realita hidup yang sedang ia hadapi, tiba-tiba Shara mendapatkan sebuah motivasi dalam dirinya.

"Okay, nggak masalah gue pernah bertindak bodoh dan ceroboh. Cukup sekali aja itu terjadi. Sekarang gue yakin, bahwa gue akan tetap bisa hidup tanpa Dion. Semua itu dimulai dengan gue harus menghapus Dion beserta kenangannya dari hidup gue, selamanya," kata Sahara dengan keyakinan pasti lalu ia bangkit berdiri untuk menuju ke kamar mandi yang ada di dalam kamarnya.

Saat berada di dalam kamar mandi, Shara menatap wajahnya yang sungguh tidak layak untuk di lihat khalayak ramai. Rambut panjang acak-acakan, wajah pucat, tubuh tidak terawat. Cukup sampai di sini. Kini ia menundukkan kepalanya dan segera membuka laci di bawah wastafel. Ia keluarkan sebuah gunting baru dari dalam kemasannya. Segera ia memegang rambutnya yang panjang, hitam dan lurus ini.

Best Friend With Benefits (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang