2

1K 129 2
                                    


Best Friend With Benefits Part 2

Bagi wanita tidak ada masalah kecil ataupun besar, semua masalah dianggap adalah masalah besar, itu pemikiran Adam selama ini. Apalagi ia yang hidup lebih dari tiga puluh tahun bersama sang Mama dan Papa. Adam memilih tetap tinggal di rumah orangtuanya karena adiknya tinggal bersama sang suami, kini hanya ia saja tempat kedua orangtuanya mencurahkan perhatian dan sekaligus juga meluapkan rasa jengkelnya jika tingkah Adam membuat mereka mengelus dada. Tiada hari tanpa omelan dari Mama. Tiga hari bersama Shara pun walau tidak mendapatkan omelan dari sang Mama, namun Adam tetap mendapatkan omelan dari Shara.

"Sumpah ya, Nyet Lo bikin gue jadi malu," omel Shara berkali kali sejak mereka memasuki mall sejam yang lalu.

"Emang kenapa sih, Bi? Cuek ajalah, lagian kita makan juga bayar, bukan minta."

Shara menghela nafasnya dan memutar kedua bola matanya.

"Nyet, tiap gue angkat kedua tangan gue buat makan, ketiak gue juga ikutan mangap."

"Bagus, tinggal lo suapin aja sekalian, biar kenyang," kata Adam santai lalu ia kembali melanjutkan mukbangnya.

Shara memilih menutup mulutnya dan mulai makan. Namun sungguh pemandangan di depannya membuatnya ingin melempar Adam dengan piring yang ia gunakan untuk makan.

"Ngi, lihat nih, enak banget, Ngi. Di sana mana ada sambal beginian. Nih, nih, nih, colek...nampol rasanya."

Shara memohon dalam hati agar Tuhan memberikan dirinya kekuatan untuk menghadapi Adam. Sungguh, satu-satunya pria yang ia blacklist untuk menjadi suaminya adalah Adam. Walau Adam sempurna bagi orang di luar sana, namun bagi Shara, Adam bukanlah sosok lelaki idamannya.

"Ngi, udah ya, gue doain Joe cepetan bisa bikin Lo bunting. Kalo Lo bunting, ponakan gue nambah lagi. Bye, Ngi," setelah mengatakan itu semua, Adam menutup video tersebut dan segera mengirimkannya kepada sepupunya, Angi.

Shara hanya menatap Adam sambil memainkan sendok yang ada di tangannya. Pikirannya sudah berkelana memikirkan masa depannya yang baru saja kandas. Impiannya untuk segera berumah tangga pupus sudah. Ia tak pernah menyangka Angi yang sudah mengikrarkan diri untuk melajang seumur hidup setelah Raja meninggal dunia justru menikah lebih dulu daripada dirinya maupun Adam. Bagi Shara, Angi cukup beruntung karena akhirnya bersanding dengan Joe yang notabennya benar-benar telah memperjuangkannya hingga titik darah penghabisan. Joe yang Agnostik bisa menjadi seorang mualaf dengan proses yang panjang. Sungguh, pahala Angi tidak bisa di hitung dengan jari menurut Shara.

"Bi, lo ngapain sih melamun?"

Shara menghela nafas dan menggelengkan kepalanya.

"Cerita sama gue, lo ada apa?"

"Cuma lagi mikirin Angi."

"Lo kangen?"

"Kangen iya, tapi lebih ke bagaimana beruntungnya hidup Angi. Setelah ditinggal Raja berpulang lebih dulu, dia justru menikah sama Joe. Joe sempurna gitu kan jadi laki-laki apalagi jadi suami. Idaman para wanita yang mengagungkan duit apalagi punya suami se-hot Joe."

Kini Adam menatap Shara lekat-lekat. Sungguh wajah Shara semakin terlihat tirus setelah putus cinta dengan Dion. Itu semua terkesan mengenaskan bagi Adam.

"Lo suka sama Joe?"

"Suka," jawab Shara singkat yang langsung mendapatkan tatapan nyureng dari Adam. Bukannya takut, Shara justru tertawa cekikikan.

"Gue suka sama dia itu sebagai teman aja. Apalagi dia suami sahabat gue. Inget Gimana dia curhat sama gue karena Angi selalu cuek ke dia dan nggak pernah anggap dia ada apalagi nyata."

Best Friend With Benefits (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang