Chapter 2

11 2 5
                                    

"Bruuukk!"

"Awwww!!"

"Kalau jalan bisa nggak sih pakai mata!"

Ku dengar suara ketus itu sepertinya suara khas milik cowok. Namun aku merasa asing mendengar suara itu. Ah sudahlah aku tidak mau terlalu memikirkannya. Saat ini aku tersungkur di lantai koridor sekolah lantaran tertabrak dengan seseorang. Lalu ku bangkit dan mendongakkan kepala, seketika mata kami saling menatap, sedetik kemudian ia memalingkan wajahnya dariku.

"Ngapain lo liat-liat? Baru tau ada cowok seganteng gue ya?" ujarnya penuh kepedean.

"Idih najis lo. Eh asal lo tau kalo jalan tuh pake kaki bukan mata!" ketusku.

"Nah, lo tau. Makanya mata buat liat biar nggak nabrak gue. Bikin kesel aja lo."

"Eh manusia kutub selatan! Lo pikir lo nggak bikin kesel apa? Lo itu spesies teraneh di dunia. Bahkan kingkong aja nggak seaneh lo. Bikin darting orang aja."

"Ya iya, terserah Anda deh." Ia bersedekap.

"Gaje lo!"

"Apa lo bilang? Lo ngatain gue gaje? Lo tuh yang gaje dateng-dateng nabrak gue. Sakit anjir."

"Gue juga sakit anjir. Barusan jatuh."

"Salah sendiri lo lari-larian. Oh jangan-jangan lo..." Belum selesai ia berbicara aku sudah saja memotongnya.

"Jangan-jangan apa?"

"Jangan-jangan lo telat terus manjat tembok ya?"

Sial. Kenapa dia bisa tahu kalau aku telat masuk sekolah? Padahal tadi sewaktu Rayn membantuku, aku tidak melihatnya sama sekali. Atau jangan-jangan dia cenayang. Dan itu membuatku semakin frustasi. Bagaimana kalau dia mengadukanku kepada Bu Ratih. Bisa-bisa aku diskors selama berhari-hari.

"Eh!" Ku menoyor jidatnya.

"Sotoy banget sih jadi orang. Orang gue habis dari perpus," alibiku.

"Dari perpus? Serius? Kayaknya sana arah pintu gerbang deh. Yakin sama kata-kata lo barusan?" selidiknya.

Oh Tuhan! Nah kan dia benar-benar seorang Cenayang. Mungkinkah dia dikirim oleh pihak sekolahan untuk memata-matai para murid di sekolah ini?

"Ribet banget sih ngomong sama lo. Apaan sih. Udahlah gue mau ke kelas sekarang. Daripada di sini gue makin gila ribut sama lo."

"Emang lo udah gila dari tadi. Dasar cewek penghuni rumah sakit jiwa!"

Aku tak memperdulikan ucapan terakhirnya. Ku langsung beranjak pergi meninggalkannya. Rasanya hampir gila aku berhadapan dengannya. Mengapa hari ini aku sangat sial. Belum mendapatkan keberuntungan sama sekali. Sudah bangun kesiangan, harus tutup mulut Mang Ujang, hampir ketahuan bu Ratih, lalu bertemu dengan manusia kutub selatan. Tuhan sabarkanlah hamba. Jauhkanlah hamba dari godaan setan yang terkutuk.

Langsung saja aku melangkahkan kaki ke ruang kelas di mana aku ditempatkan. Dan saat aku mengintip jendela dari luar kelas...'OMG! I'm wanna die!' Ternyata guru yang mengajar adalah Pak Kimpling. Pak Kimpling adalah guru fisika yang terkenal killer satu sekolahan. Sebenarnya nama asli beliau adalah Pak Hadi, tetapi karena kepalanya yang botak tanpa sehelai rambut pun makanya aku berinisiatif memanggilnya dengan sebutan Pak Kimpling. Ya tetapi hanya di belakangnya saja, jika di depannya mana berani aku memanggilnya seperti itu, bisa-bisa nilaiku di rapot berpredikat F. Sudahlah kembali ke topik. Aku harus bagaimana menghadapi permasalahan ini. Sial lagi. Hari Senin adalah hari paling bersejarah buatku. "Pelangi's Unclucky Day."


HAI BESTIE! GIMANA KABARNYA MALAM INI?

OH YA MAAF YA BARU UP CHAPTER 2

DI AWAL CHAPTER EMANG BELUM MUNCUL KONFLIKNYA. TAPI NANTI BAKAL MUNCUL JUGA KONFLIKNYA SEIRING BERJALANNYA WAKTU

DI AWAL CHAPTER EMANG BELUM MUNCUL KONFLIKNYA. TAPI NANTI BAKAL MUNCUL JUGA KONFLIKNYA SEIRING BERJALANNYA WAKTU

JANGAN LUPA VOTE & COMMENT NYA YAA

SEE YOU

FOLLOW JUGA INSTAGRAM AKU @miss.arneta

😍🥰😘🤗😊

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 09, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pelangi's StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang