03. Istirahat

71 11 0
                                    

𖡼

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

𖡼.𖤣𖥧𖡼.𖤣𖥧

Lumine menyelimuti sosok Klee dan Paimon yang telah terlelap dengan selimut tebal. Kedua manik madunya memandang kedua sosok imut itu dengan pandangan teduh, tangannya mengelus lembut kepala mereka. Sang puan terkekeh lembut tatkala Klee dan Paimon menggeram dalam tidur akibat kontak fisik yang diberikannya.

Klee dan Paimon tampak amat kelelahan. Yah, itu hal yang wajar mengingat keantusiasan mereka saat bermain lempar bola salju tadi. Lumine masih ingat jelas kompetisi yang terjadi antara keduanya, dan hal tersebut membuat ia terkekeh pelan.

"Mereka sudah tertidur?"

Bisikan suara maskulin dari belakang membuat Lumine terjengit kaget. Ia langsung menolehkan kepalanya ke belakang, mendapati Albedo yang tengah tersenyum tipis.

"Kau membuatku kaget," lirih Lumine dengan diakhiri helaan napas, pandangannya kembali beralih ke arah Klee dan Paimon yang tengah tertidur. Ia kembali tersenyum. "Dan ya, mereka sudah terlelap. Tidur mereka nyenyak sekali."

Albedo tersenyum. "Begitu, ya."

"Apa kau tidak tidur, Albedo?" tanya Lumine sambil bangkit dari posisi jongkoknya, wajahnya kini bertatapan dengan si pemuda bermata teal.

"Aku tidak memerlukannya," jawab Albedo ringan, yang mana membuat Lumine teringat akan identitas alkemis muda itu. Meski demikian, sang puan tetap keras kepala.

"Tetap saja, kau harus istirahat walau hanya sebentar--"

Perkataan Lumine tersebut terpotong oleh kekehan Albedo. Gadis pirang itu pun mengernyitkan dahi, tangannya bersedekap di depan dada. "Apa ucapanku tadi lucu?" tanyanya dengan nada kesal.

Sang alkemis menggeleng. "Tidak, sama sekali tidak."

"Lalu, mengapa--"

"Karena, kau terlihat menggemaskan saat menceramahiku seperti ini," balas Albedo dengan nada memuji, bibirnya menoreh senyum jahil.

Lumine lantas memalingkan wajah, menyembunyikan kedua pipinya yang merona. Ia mendengkus jengkel. "B-Berisik."

Albedo hanya membalas dengkusan sang puan dengan senyuman. Reaksi yang diberikan oleh Lumine tiap kali ia menjahilinya membuat sang alkemis candu. Rona merah yang mewarnai pipi porselen itu membuat si gadis pengembara tampak lebih manis.

"Lumine," panggilnya.

"Apa?"

Albedo tersenyum, lalu melontarkan sebuah pertanyaan, "Apa kau belum mengantuk?"

"Hm, belum," jawab Lumine sambil melirik kedua manik teal Albedo. "Kenapa?"

"Aku membutuhkan bantuanmu," balas pemuda itu dengan pandangan serius.

Sepasang iris sang pengembara memandang Albedo dengan penuh selidik. "Jangan bilang, kau meminta bantuanku untuk menjadi subjek penelitian ramuanmu lagi."

𝐀𝐍𝐎𝐃𝐘𝐍𝐄 || 𝙰𝚕𝚋𝚎𝚕𝚞𝚖𝚒Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang