2. 6 Desember 2020

11 1 0
                                    

She's Fifah
A Story by Cyla

✨Happy Reading✨


Gue juga inget, lo itu buta arah.


Sudah menjadi rutinitas setiap hari Minggu, sepasang sahabat bak kekasih itu mengunjungi tempat-tempat wisata yang ada di kota mereka—Lampung Selatan.

Fifah, gadis yang memakai hoodie coklat muda dan rok hitam selutut itu tengah asyik memasukkan bola ke dalam ranjang yang ada di permainan itu. Di belakangnya ada cowok dengan kemeja jeans dan celana panjang jeans, memberikan arahan kepada Fifah.

"Nah, gitu!" seru Saga yang melihat Fifah yang memegang bola dengan benar. Itu berkat didikannya.

Fifah mengangguk. Ia kembali menatap ring di depannya. Mengambil ancang-ancang, bola yang dipegangnya ia angkat dan melemparnya secara perlahan tapi pasti.

Fifah menganga takjub, mata bundarnya terlihat senang. Akhirnya, gadis itu bisa memasukkan bola itu setelah berkali-kali ia berusaha memasukkan bola tersebut.

Fifah melompat-lompat kecil dan bersorak girang. Ia membalikkan tubuhnya dan ber-tos ria dengan Saga, "Gue berhasil!" serunya pada Saga.

Saga yang melihatnya pun ikut senang, "Gila! Hebat, Lo!" pujinya. Meskipun, nyatanya tidak sehebat yang Saga katakan.

Fifah tersenyum, memejamkan matanya, tangan kanannya ia letakkan di dadanya, lalu berkata dengan bangga, "Siapa dulu? Fifah!"

Tersenyum miring, tangan Saga menoyor dahi Fifah. Membuat sang gadis mengaduh kesakitan,  "Lo apa-apaan, sih?" kesal Fifah sambil mengusap dahinya. Bisa rusak penampilan cantiknya ditoyor Saga.

Saga memutar bola matanya, "Pelajaran buat gue, jangan pernah muji orang kayak lo," ucapnya, lalu pergi meninggalkan Fifah.

Fifah melongo ketika Saga meninggalkannya begitu saja. Ia segera menyusul sahabatnya itu, tetapi Fifah kehilangan jejak.

Sialnya, tempat yang kali ini mereka kunjungi adalah tempat baru bagi Fifah. Ia juga buta arah, tidak mengingat dari mana arah mereka datang ke tempat tersebut.

"Saga?!" teriaknya dengan kedua tangan yang membulat di mulutnya. Ia panik. Banyak sekali orang yang berlalu-lalang. Ia sulit menemukan Saga.

Ia kembali berlari, terus berusaha untuk mencari sosok Saga. Fifah tidak tahu jalan keluar, "Saga?!" teriaknya lagi, berharap Saga mendengarnya dan segera mendatanginya.

Kepalanya menoleh ke segala arah. Namun, tetap tidak menemukan sosok Saga, "Saga ... Lo di mana, sih? Gue takut," lirihnya. Fifah yang telah lelah pun duduk di bangku yang ada di dekatnya. Ia menunduk dengan kedua tangannya sebagai tumpuan kepalanya.

Fifah tersentak ketika ada benda berwarna pink di bawah wajahnya. Segera, ia mengangkat kepalanya dan melihat sosok Saga di depannya yang memegang 2 permen kapas berwarna pink.

Mata bundarnya membulat, ia bangkit, "Saga! Lo ke mana, sih? Kenapa ninggalin gue gitu aja? Lo, 'kan, tau gue itu buta arah!" Pada akhirnya Fifah mengeluarkan kekesalannya pada Saga. Bagaimana ia tidak kesal? Ia sudah takut setengah mati jika tidak menemukan Saga.

Kembali menarik permen kapas yang ia sodorkan tadi, Saga tidak langsung merespon. Cowok itu duduk di bangku, lalu menikmati permen kapas miliknya, "Gue cuma beli gulali. Gue juga beli buat lo," ucapnya setelah gigitan pertama. Cara bicaranya sangat santai dan tanpa rasa bersalah sedikitpun.

Hal itu membuat Fifah kesal dengan respon cowok di depannya, "Kan lo bisa bilang ke gue!" ujarnya kembali, masih tidak terima.

"Hm?" Saga mengangkat kedua alisnya, menatap Fifah. Ia sama sekali tidak berniat untuk merespon Fifah, "Lo mau nggak? Kalo nggak mau yaudah buat gue aja." Cowok itu mendekatkan permen kapas yang satu ke mulutnya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 09, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SHE'S FIFAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang