02• Jero dan hidupnya

707 78 5
                                    

JERO

Arin dengan pelan membuka pintu kamar Jero, terlihat sang anak sedang asyik merebah di atas kasur dengan ponselnya. Sepertinya dia sedang bermain game. Jero yang mulai menyadari ada sosok sang Bunda di ambang pintu kamarnya, segera terperanjat duduk.

"Bunda?" sapanya yang di balas senyum manis oleh Arin.

Arin kemudian masuk ke dalam menghampiri Jero, ia terduduk di samping Jero. Lalu Arin merapihkan rambut Jero yang sedikit berantakan "Bunda ganggu nggak?" Jero dengan cepat menggeleng membuat Arin tersenyum kembali.

"Jero gimana tadi di sekolahnya, baik-baik aja kan?" tanya Arin.

"Baik. Semuanya baik-baik aja Bun" jawab Jero.

"Syukur lah" ucap Arin lalu menggenggam tangan kanan Jero "Sebenernya ada sesuatu hal yang mau Bunda bicarain sama Jero. Makannya Bunda ke sini" jelas Arin.

"Tentang?"

"Kata Ayah, tadi pagi Jero bilang nggak mau di anter lagi sama Ayah ya? Mau bawa kendaraan sendiri?"

Jero menghembuskan nafasnya "Ayah ngadu lagi!" ucap kesal Jero.

Arin dengan cepat menggeleng "Nggak. Ayah nggak ngadu kok" jawab Arin.

"Mana mungkin Bunda tau, kalau Ayah nggak ngadu" kekeh Jero.

"Ayah beneran nggak ngadu, tapi Bunda yang tanya sendiri. Soalnya tadi Bunda liat Ayah ngelamun terus di halaman belakang. Terus Bunda tanya deh Ayah lagi mikirin apa. Ya, Ayah akhirnya jelasin kalau dia lagi mikirin kamu yang katanya nggak mau lagi di anter sama Ayah dan mau bawa kendaraan sendiri" jelas Arin membuat Jero terdiam.

Melihat anaknya yang tidak menjawab apa-apa lagi. Arin tertawa kecil, lantas tangannya mengelus-elus kepala sang anak "Bunda minta maaf ya, kalau Bunda belum bisa ngasih apapun yang kamu mau. Belum bisa ngasih kamu yang terbaik. Tapi untuk permintaan kamu yang satu itu. Bunda bener-bener minta maaf, maaf, maaf dan maaf. Bunda nggak bakal ijinin" jelas Arin dan Jero masih hanya menatap sang Ibu "Bukan tanpa alasan Bunda sama Ayah larang-larang kamu bawa kendaraan sendiri. Itu semua kita lakuin buat melindungi kamu. Itu semua terlalu beresiko buat kamu. Bunda tau, Bunda ngerti maksud kamu. Kamu pasti ngerasa nggak nyaman kan di anter terus sama Ayah ke sekolah? Kamu juga mau ngerasain bawa kendaraan sendiri kaya temen-temen? Kalau gitu Bunda sama Ayah bakal usahain cari supir pribadi buat anter-jemput kamu ke sekolah. Supaya kamu nggak ngerasa malu lagi kelihatan di anter-jemput terus sama Ayah. Sekali lagi Bunda sama Ayah minta maaf ya, karena belum bisa ngasih kamu yang terbaik. Belum bisa bikin kamu bahagia seperti yang Jero harapkan."

Jero dengan gerak cepat mengambil tangan Arin dan ia genggam, lalu Jero menggeleng beberapa kali "Nggak, aku nggak mau denger Bunda ngomong gitu lagi" serga Jero "Bunda sama Ayah selama ini udah melakukan yang terbaik buat aku. Kalian udah melakukannya lebih dari cukup. Jadi jangan pernah minta maaf ke aku lagi dengan alasan apapun. Kalian yang selalu ada di samping aku setiap kali aku butuh aja itu udah sangat berharga Bun. Kalian yang masih mau bertahan menyayangi aku dalam kondisi aku kaya gini aja, aku udah lebih dari cukup. Aku yang seharusnya minta maaf, karena aku masih harus menyusahkan kalian di usia yang udah dewasa kaya gini. Ayah yang masih harus anter-jemput aku setiap hari ke sekolah. Bunda yang masih harus memperhatiin kesehatan aku, anter aku check up, ingetin aku minum obat. Dan kadang aku yang suka bikin kalian malu, kalau aku kambuh di tempat umum. Aku minta maaf" ucap Jero panjang lebar.

J E R O ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang