You

76 8 0
                                    

Yoongi sudah sampai di kantor agensinya dengan langkah cepat menuju ruangan pertemuan di lantai tiga. Hoseok memberitahukannya bahwa meeting tidak
akan berjalan jika Yoongi tidak datang. Mereka akan membahas kelanjutan kontrak yang dijalankan Liam untuk kedepannya
mengenal pria itu sebagai ia satu-satunya
artis dibawah naungan agensi yang selalu
berulah. Terpaksa Yoongi harus meninggalkan Jimin yang tertidur di apartemennya.

“Selamat siang, maaf saya terlambat.”
Yoongi terdiam sebentar saat melihat Liam.
Tangannya penuh memar, sebisa mungkin
Yoongi untuk tidak menghajarnya saat itu
juga.

“Baik, karena Pak Yoongi sudah sampai. Mari kita mulai?” Hoseok berdiri
kemudian menjelaskan kronologi kejadian yang menimpa Liam. Berkali-kali Liam
membuat ulah dengan menyerang salah satu wartawan yang tengah meliputnya.

“Kali ini apa yang terjadi, Tuan Payne?” tatapan Yoongi sangat tajam mengarah kepada Liam.

“Wartawan itu yang salah. Aku hanya
memberikannya pelajaran agar tidak
mengganggu privasi—-“

BRAK!

Semua orang dalam ruangan itu tertegun saat Yoongi menggebrak meja di depannya.

“Seharusnya kau bisa mengontrol
emosimu, kau ini public figure! Apa semuanya harus dengan kekerasan? Hingga kau memperlakukan orang yang tak bersalah dengan semaumu?!” deru nafas Yoongi tidak beraturan, kalau saja Hoseok tidak menenangkannya, ia akan mendapat serangan panik lagi.

“Liam, kau diskors sampai waktu yang
tidak bisa kita tentukan. Kau sudah terlalu
banyak mencoreng nama baik agensi ini.
Kontrak atas serialmu juga dihentikan oleh
pihak produksi. Semua selesai sampai disini. Silahkan kembali bekerja.” Yoongi tanpa menoleh kebelakang lagi meninggalkan ruangan tersebut. Liam hanya memandangnya dengan wajah yang sulit diartikan.

Waktu sudah menunjukan pukul enam
sore. Sebagian karyawan sudah bersiap-siap untuk pulang dari lelahnya bekerja. Yoongi
masih di ruangannya termenung melihat
keluar jendela memandang langitnya senja. Pintu ruangannya diketuk menyadarkan Yoongi dan menyuruh siapapun di luar untuk masuk.

“Kamu tidak pulang, Ngi? Jangan pulang terlalu larut. Oh! Apa kamu mau makan malam bersamaku dan Jungkook? Suamiku sudah masak banyak. Sudah lama kamu gak bergabung makan malam bersamaku dan Jungkook.” Yoongi menggelengkan kepalanya pelan.

“Tidak, Hose. Sepertinya aku tidak nafsu makan.” Hoseok menghela nafasnya pelan.

“Kamu ini, jangan kopi terus yang kamu konsumsi! Kamu benar tidak ingin pulang bersamaku?”

“Ya, kamu pulanglah. Jungkook pasti sudah menunggumu.”

“Baiklah. Jangan pulang terlalu malam.” Yoongi mengangguk pelan lalu Hoseok keluar dari ruangannya.

Yoongi memutuskan untuk membuat
kopi lagi di pantry. Ketika berjalan di lorong, ia mendengar suara samar-samar musik dari ruangan dance. Ia pun berjalan menghampiri ruangan itu dan mengintip dari luar. Ia melihat Jimin sedang menari dengan indahnya. Kali ini Jimin menari kontemporer salah satu keahlian dalam dirinya.

Yoongi bersandar di pintu memandang pria yang ia cintai menggerakkan tubuh indahnya yang mengikuti tempo musik dengan sangat baik. Musik sudah berhenti, Jimin terkejut saat Yoongi bertepuk tangan dan berjalan ke arahnya.

“Bravo!” Jimin menunduk malu
membuat Yoongi terkekeh.

“Kak? Kamu belum pulang? Pasti mau
pulang larut lagi.” Yoongi berdiri di hadapan Jimin lalu mencubit gemas pipinya. Jimin meringis kesakitan lalu menepis tangan pria di depannya. “Terus kamu ngapain disini? Sudah aku bilang kan kamu istirahat saja dirumah.”

“Aku tidak enak karena tidak mengikuti latihan hari ini. Pertunjukan Taehyung sebentar lagi jadi aku harus fokus. Lagipula, aku takut Liam pulang ke apartemenku. Jadi aku ingin menghindarinya dulu.” Yoongi meraup wajah Jimin sembari mengelus pipinya.

“Sudah tidak sakit?”

“Sudah lebih baik, kak.” Jimin
menunduk namun Yoongi kembali
mengangkat dagunya untuk bertatapan
dengannya.

Yoongi dengan perlahan memajukan wajahnya. Jantungnya berdetak kencang dan akhirnya ia menempelkan bibirnya ke bibir tebal Jimin lalu hanya beberapa saat Yoongi melepaskan bibirnya. Jimin menatap lekat pria didepannya lalu ia kembali menarik wajah Yoongi untuk menempelkan bibirnya satu sama lain membuat keduanya berciuman dengan penuh gairah. Yoongi mendekapkan tubuh Jimin lebih erat. Kesenjangan di antara mereka tertutup saat Yoongi mengangkat tubuh Jimin dalam gendongannya membuat Jimin memeluk pinggang Yoongi dengan kedua kakinya.

Yoongi menyandarkan punggung Jimin pada kaca di ruangan dance itu kemudian ia menggerakkan tangannya sepanjang sisi pinggang Jimin dan ia menempelkan bibirnya ke tulang selangka pria didepannya mengecupnya tanpa henti membuat Jimin mengerang pelan kemudian ia menggigit bahu Jimin sebelum menghisap kulit pucatnya. Pimpinan agensi itu tersenyum saat menatap wajah pria yang dicintainya memerah lalu menatap matanya yang terbakar dengan keinginan.

“K-kak,”

“Pulang bersamaku, ya?” Jimin mengangguk pelan. Malam itu Yoongi membawa Jimin pulang ke apartemennya. Mereka berdua melanjutkan pergulatan panas mereka disana.

YOONMIN - GHOSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang