Bab 8 : Pengawasan

6.4K 704 18
                                    

🍟🍟🍟

"Jadi kami menipu sekretaris Papa untuk membuatkan kartu Trans Musi, dan menyelinap pergi ketika pengasuh kami tak sadarkan diri," celoteh Becky panjang lebar mengenai kronologi mereka bisa terus-terusan ke McD bahkan sampai melakukan pertemuan keempat dengan perempuan bernama Namira itu.

Namira tertawa meski Violet tahu betul jika tawa itu lebih terdengar miris. "Tidakkah kalian tahu apa yang baru saja kalian perbuat?"

"Tindakan kriminal?" tanya Becky dengan santainya.

"Apa kami bisa dipenjara karena hal ini?" Meski Violet tahu jawabannya tidak, gadis itu tetap membutuhkan validasi dari orang dewasa.

Dan benar saja, Namira menggeleng seraya terkekeh geli. "Nggak, nggak dipenjara kok. Tapi kalian sempet mikir nggak, kalo ibu kalian masih hidup, perasaannya nanti seperti apa waktu tahu kalian kayak gini?"

"Bangga," celetuk Becky cepat. "Ibu dulu yang sering kucing-kucingan ngajakin kami makan di McD padahal ayah udah ngelarang. Jadi penyakit jantungnya sering kambuh deh."

Namira hampir tersedak mendengar hal itu. Dia bahkan sampai terpaksa meminum soda yang ia pesan tapi tak ingin ia teguk.

"Waktu itu Ibu sering keluar masuk rumah sakit." Kini Violet yang angkat bicara. "Dia ngerasa waktunya nggak lama. Jadi daripada dia ngabisin waktu sama bubur campah dan sayur hambar, dia sering kabur dan bawa kami ke sini."

Namira terenyuh seketika mendengar hal itu. Dahinya perlahan berkerut dengan tenggorokan yang terasa mencekat. "Itu sebabnya kalian ke sini."

"Ya, satu-satunya kenangan menyenangkan bersama Ibu adalah tempat ini," ucap Becky dan langsung ditimpali oleh Violet. "Sebenarnya banyak kebahagiaan di rumah bersama Ibu tentunya. Hanya saja sekarang rumah terasa begitu dingin dan..." kalimatnya menggantung dan si kaca mata kemudian menatap kakaknya yang ternyata juga tengah meliriknya.

Namira menghela napas panjang mendengar hal itu. Bibirnya mengerucut ke samping setelahnya. "Kalian terlalu anak-anak untuk menghadapi hal ini."

"Kata Becky kami sudah remaja."

"Hei!" Untuk kali pertama pipi Becky memerah ketika Violet membenarkan pernyataannya sendiri.

"Sebelas tahun masih tidak cukup—"

"Dua belas," ralat Becky.

"Dua belas tahun juga masih terlalu jauh untuk mengerti masalah orang dewasa."

"Maksud Tante Masalah Orang Dewasa seperti Cece Norah yang bergonta-ganti pacar setiap dua minggu?"

"Atau seperti Farnzizka yang memutuskan Aiden di lembah Guronafildes gara-gara kedapatan mencium bibir Konstantina?" timpal Violet di saat yang bersamaan.

Namira menggelengkan kepala menanggapi pertanyaan ganda dari anak ganda ini. Dia kemudian menjelaskan jika hal dewasa yang dimaksudkan adalah kematian ibu mereka yang sulit untuk dipahami.

"Satu-satunya yang tidak paham akan kematian Ibu adalah Ayah." Violet kembali tertunduk dan memainkan kentang gorengnya seperti manusia lidi.

"Yeah, Tante pasti mengira, tidakkah ayah kami khawatir dengan kebandelan kami? Jawabannya Tidak! Ayah marah, iya, tapi Ayah khawatir adalah sesuatu yang terdengar konyol. Dia lebih peduli apakah tower didirikan di pedalaman OKU Timur atau tidak, dibandingkan apakah kami melarikan diri ke OKU Timur atau tidak."

Bibir Namira semakin mengerucut sehingga si kembar mengira perempuan itu hendak menghilangkan bibir dari mulutnya.

Tidak seharusnya dia menyeret kedua anak ini dalam perbincangan yang kembali menggoreskan luka bekas bagi mereka. Untuk itu, Namira mengalihkan topik secara halus. "Bagaimana dengan pengasuh kalian? Aneh rasanya pengasuh kalian tidak tahu gelagat mencurigakan remaja dua belas tahunan."

We Start With The End [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang