Bab 17 : Kebenaran Satu Arah

5.2K 596 40
                                    

🍟🍟🍟

Ketika makan malam berlangsung, Bibi Deja tersenyum puas merasakan masakan Ruby yang persis sekali dengan buatannya Bibi Dorren. "Aku ingat ketika Dorren memasak makanan sendiri untuk satu rumah. Semua orang ada di meja makan tanpa terkecuali."

Untuk alasan itu, Becky dan Violet setuju jika Oma mereka cerdas dalam memasak. Namun untuk hal lain mereka akan memilih kabur ke rumah Simon—karena Oma Dorrin tidak suka anjing.

Onyx mendelik ketika piringnya diambil Ruby dan diisikan makanan oleh perempuan itu. Laki-laki itu mengulum senyum melihat sahabat masa kecil atau mantan tunangannya itu mengisi makanan ke semua piring. Hanya saja, cukup disayangkan ketika Ruby tak banyak bicara selepas makan malam itu.

"Mau kuantar pulang?" tawar Onyx selepas putrinya masuk ke kamar tidur.

"Tidak perlu aku sudah pesan taksi online. Kau juga besok harus pagi-pagi ke kantor, kan?" Perempuan itu tersenyum, menepuk pelan lengan kokoh lawan bicaranya. "Jangan lupa untuk selalu menggantungkan kamper di lemari pakaian. Decan nampaknya mudah melupakan hal semacam itu."

Onyx tersenyum dan mengangguk sekali. Ruby pun balas mengangguk, tapi tak beranjak dari posisi berdirinya.

"Dan jangan terlalu sering menghadap komputer jika tidak ingin pinggangmu sakit. Sekarang orang kebanyakan sudah rematik sebelum waktunya."

Laki-laki itu tertawa dan mengiyakan sekali lagi. Barulah setelahnya Ruby pamit seraya melambaikan tangan. Taksi yang sudah menunggu sejak sepuluh menit lalu akhirnya berangkat juga. Onyx mengembuskan napas dan tersenyum melihat kepergian taksi itu dari depan rumah.

Mengingat ucapan Ruby tadi, mendorong laki-laki itu untuk mendatangi kamar putrinya. Dulu biasanya Emma mengajaknya untuk mengucapkan selamat tidur pada Becky dan Violet, tapi beberapa tahun belakangan Onyx tidak pernah melakukannya lagi. Alhasil, setelah mengunci pintu rumah ia kemudian mengetuk pintu kamar mereka.

"Decan langsung masuk aja." Terdengar suara Violet yang menyahut. "Oh, Ayah?"

Keduanya beranjak dari tempat tidur masing-masing kala mendapati Onyx yang datang. "Apakah ada barang Tante Ruby yang tertinggal?" tanya Becky dari atas. Onyx tersenyum dan menggeleng pelan. Laki-laki itu kemudian menyisir seisi kamar dengan matanya dan mendapati seberapa kacaunya sebagian sudut kamar.

"Ini semua barang-barangmu, Hanna?" tanya Onyx sebelum duduk di kursi belajar sambil menghadap anak-anaknya.

"I-iya, Tante Ruby justru suka, tapi dia tetap mengajak kami untuk membereskannya besok. Atau kapan-kapan."

Setelah itu, keadaan menjadi sunyi. Keduanya hanya membalas tatapan Onyx. Bahkan Violet tak dapat bertelepati dengan Becky karena mereka tidak bisa bertukar pandang dalam posisi atas bawah seperti ini.

"Ayah, kenapa Tante Ruby ingin kembali ke Singapura? Apakah Ayah tahu tentang suaminya?" tanya Becky akhirnya.

Onyx menghela napas sesaat dan menggeleng pelan. "Ayah tidak tahu apa-apa."

"Kenapa Tante Ruby pergi dari kalian semua? Apakah itu akibat pertunangan kalian yang batal?" Violet merasa ini saat yang tepat untuk menanyakan kebenaran menurut versi ayahnya.

Onyx menundukkan pandangan dalam waktu yang cukup lama. Seharusnya dialah yang menanyai ini-itu pada putrinya untuk menjalin kembali hubungan mereka, tapi otaknya terlalu kosong untuk mengetahui hal apa saja yang harus ia tanyakan. Laki-laki itu butuh otaknya Emma atau Ruby saat ini. "Ayah rasa kalian belum cukup paham untuk mendengar kebenarannya."

"Oh ayolah, Tante Ruby saja sudah menceritakan kebenarannya pada kami," karang Becky. Becky kadang menggunakan jurus ini untuk mengulik jawaban yang ia inginkan.

We Start With The End [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang