#4

3.6K 39 0
                                    


°Cerita ini sudah tamat dan menghasilkan 4 season dengan harga 50 ribu versi ebook.

°Genre Bot Muscle, Bdsm, Gay, Femdom.

°Hubungi Wa untuk pembelian 30 ebook = 0895406159020

Setelah mulutnya leluasa tidak disumpal oleh apapun, Damian berteriak sekeras mungkin. Tapi sekuat-kuatnya seorang Damian Victor, pasti akan tumbang jika dihadapkan oleh dua orang body guard beringas sekaligus mesum yang tengah melecehkan dirinya sesuka mereka.

"Sedikit lagi ya Njing.... Tahan! Liat nih, dildo nya dikit lagi udah mau masuk sempurna di pantat mulus elu, hahaha!"

Dengan keringat yang membanjiri, body guard cepak itu sangat bersemangat membuat Damian yang terkenal akan kekejamannya tersebut menderita.

Rupanya body guard tersebut sangat ahli dalam menyodok pantat seseorang menggunakan dildo, benda laknat.

Tanpa body guard mesum itu sadari, ada sosok Doni yang mengintip dari balik pintu. Dengan mata tajamnya yang menyorot lekat ekspresi Damian, sedikit luka batinnya pun pulih detik itu juga.

Luka batinnya ada dua, membuat Damian menderita dan berhasil menunaikan misi balas dendam nya, dan juga membuat kenangan bersama kekasihnya dulu yang kini kembali terulang. Apakah Doni telah menaruh rasa pada sosok musuhnya sendiri?

Tidak! Doni tidak mau melibatkan perasaan, tapi gairahnya memaksa akal sehatnya untuk mengalah, membuat ia terpaksa memberi lawannya itu siksaan yang berbentuk pelecehan seksual.

"Sial. Seharusnya gak bakal begini. Seharusnya gua bakar dia hidup hidup. Tapi kenapa... Kenapa... gua malah membawa perasaan ke bajingan itu?" tanyanya dalam hati sendiri, masih dengan berdiri di ambang pintu, diam mematung namun tidak dengan penisnya. Penisnya perlahan tegak.

Body guard tersebut menjambak rambut Damian, membuatnya mendongak dan menampakkan wajah tampannya yang kini lusuh dengan berderai air mata dan lebam yang berada di mana mana.

Matanya nanar, namun saat body guard tersebut kelewatan dengan intruksi dari dokter Joseph, disitulah sepasang mata elang milik Damian melirik ke arah Doni.

Deg!

Sebuah ketukan di jantung Doni membuat tubuhnya sedikit tersentak. Mata itu menatapnya penuh iba, Damian untuk sekalinya pada saat ini, memancarkan tatapan dari seorang pria teraniaya yang membutuhkan pertolongan dari siapapun juga.

Doni mati kutu, karena kenangan masa lalunya kembali berputar, sampai ia membanting pintu tersebut dan menegur kasar kedua body guard yang menjaga ruangan ini selama 24 jam.

"Apa saya pernah meminta kepada kalian berdua untuk memperkosa dia? Dasar kaum homo, jika kalian berani berbuat lebih padanya... Saya akan memenggal kepala kalian berdua. Jangan pernah main-main, PAHAM?!"

Terkejut bukan main, kedua body guard tersebut langsung menghentikan aksi mereka ketika hendak memperkosa Damian. Malu, dan takut segera mereka rasakan. "Sekarang keluar dari sini, dan kunci pintu. Cepat!" Doni dengan diri angkuhnya mulai memerintah. Lalu dengan kaki kanannya, ia injak leher Damian yang kondisinya begitu lemah.

"Erghhhh!!! Uhuk... Uhuk!! Damian meredam erangannya, suaranya sudah serak basah, ia terbatuk batuk karena injakan dari kaki kanan Doni begitu kuat. Apa yang terjadi padanya sudah ia tak pikirkan lagi, yang penting adalah ia minum dan mendapat jatah makan.

"Gimana rasanya menjadi seorang budak yang di kurung di ruangan kumuh seperti ini? Mau makan sama minum?!" Doni mengangkat kaki kanannya, lalu berjongkok sedikit dengan lutut kirinya yang menumpu di lantai penuh debu.

Ia dengan cepat mencengkram rahang tegas Damian dan mengungkapkan apa yang terjadi pada masa lalu. Alasan kenapa ia bisa menjadi sosok yang seperti ini, sosok yang haus dendam.

"Adik gua dulu juga diberlakukan seperti ini. Dilecehkan, diperkosa, dia dikurung sambil ditelanjangi, tanpa ada makanan dan minuman!!!!" Doni mengungkapkan dengan mata yang berkaca-kaca. Suaranya bergetar begitupun tubuhnya.

Lu tau lu memperlakukan adik gua seperti itu kan?! Lu tau KAN?!" Doni yang memulai percakapan dengan tenang, pada akhirnya meledak juga ketika mengungkapkan nasib sang adik yang ia sayangi. Yang ia cintai sepenuh hati. Yang kini telah meninggal dunia.

Damian yang mendengar teriakan Doni hanya bisa terpejam sambil bergetar. Menggigit bibir bawahnya sampai berdarah, ia baru merasakan bagaimana rasanya dilecehkan, ketika sebuah dildo melekat erat di pantatnya. Mungkin rasa perih dan nyeri ia bisa tahan, tetapi rasa putus asa kehilangan harga dirinya, tak bisa ia redam sampai kapanpun juga.

"Kenapa elu menghancurkan seluruh keluarga gua termasuk adik perempuan gua, Dam! Kenapaaa?!!!! Apa salah mereka?!!! Mereka membunuh keluarga elu?! Menyakiti elu?! Atau apaaa, APA!?"

Doni memukul dinding dengan kepalan tangannya, pun kepalanya.
Ia benar benar gagal menjadi seorang pria sekaligus kakak dan anak yang melindungi seluruh anggota keluarganya.

Damian, yang terbaring lemah di kasur tipis kotor, terbelenggu rantai dengan tubuh bugil hanya bisa meringkuk sambil mengepal tangannya kuat-kuat.

"Elu bunuh gua!!! BUNUH GUA AJA!! lu bisa membakar gua hidup hidup sebagai bentuk pelampiasan balas dendam elu ke gua! Bunuh gua aja!" Damian berteriak nyaring, mencoba menahan isak tangisnya yang mengucur deras, membuat napasnya naik turun.

Hening sejenak, namun masih terdengar suara embusan napas kasar, erangan yang diredam sekuat mungkin dan juga tatapan yang tajam namun penuh duka dan amarah. "Gua adalah korban... Korban dari kekejaman lu semasa dulu!"

Doni kembali mendekat ke arah Damian, sambil menekan dildo yang telah tertancap di lubang keperjakaan mantan mafia tersebut. "Dan seenaknya lu bilang gua bakal bunuh elu?! GAK! gua akan buat elu merasakan siksaan setiap harinya. Dan detik ini juga, lu akan merasakannya!" Setelah puas membuat Damian mengerang kembali karena dildo yang semakin masuk ke dalam pantatnya, Doni mengambil beberapa lilin merah di sebuah lemari yang rusak.

"Ini buat elu... Lu tau ini apa? TAU GAK?! ini lilin... Lilin yang akan menetes sebanyak mungkin di tubuh elu!" Doni menjelaskan dengan nada keras di telinga Damian, sampai Damian memejamkan mata rapat rapat dan mencoba menahan amarahnya.

Doni bukanlah sepenuhnya antagonis , bisa mudah diketahui saat ia menyiksa Damian, suaranya parah bergetar, seakan bimbang ingin menyakiti seseorang atau tidak.

Namun demi keadilan keluarganya yang tewas, ia membulatkan tekad dan segera membakar beberapa batang lilin merah tersebut secara bersamaan.

Sumbu menyala oleh kobaran api kecil, yang dapat meneteskan bagian dari lilin merah tersebut. "Elu bisa menyiksa gua setiap hari, lu balas gua... Tapi lu bakal jadi seperti gua... Gak ada.. Bedanya.. "

Damian yang meringis, dengan mengatur napas kasarnya karena pahanya yang mulai ditetesi oleh lilin merah tersebut mencoba memberi tahu Doni, bahwa perlakuan ini hanyalah sia-sia. Rasanya perih, geli, kedua paha mulusnya yang berbulu merupakan bagian yang sensitif, dan kini tetesan lilin terus menerus ditumpahkan di sana.

Masih penuh amarah yang menggebu. Doni menghela napasnya saat mendengar apa yang Damian katakan. Otaknya mencerna apa maksud perkataan budaknya itu barusan, padahal andai dia tahu, Doni tak sepenuhnya membalaskan dendam.

Melainkan....

Orientasinya yang menyimpang, menjadikan Damian sosok pelampiasannya. Itu membuat Doni memutuskan untuk melakukan ini.

Lika Liku Seksual ( 4 season) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang