"Hey, bangunlah!" Samar-samar aku mendengar suara itu, diikuti tekanan pada dadaku. Indra penglihatan dan pendengaranku mulai berfungsi. Aku terbatuk, mengeluarkan air dari mulutku. Seseorang membantuku dengan menepuk punggungku. Aku mengarahkan pandanganku padanya. Moir, dia tepat di sampingku dan artinya ia adalah orang yang menyelamatkanku. Kenapa ia menyelamatkanku? Pertanyaan itulah yang terlintas dalam benakku.
"Moir dalam bahasa Irlandia berarti survive (bertahan). Aku dikirim untuk membantumu menemukan jawaban, apakah kamu ingin kembali ke dunia atau tidak." Moir tersenyum kepadaku. "Aku bahkan belum mengetahui jawabannya." Jawabku sambil menundukkan kepalaku, menatap kakiku. Moir menarik daguku pelan, mengarahkan pandangan mataku ke matanya. "Tentu saja kamu sudah tahu. Dengarkan kata hatimu. Ketika kamu kembali, ingatlah untuk mensyukuri hidup ini dan jangan lupakan aku." Ia mengakhiri perkataannya dengan mencium lembut keningku cukup lama. Awalnya aku terkejut dengan perlakuan itu, lama kelamaan aku mulai terbiasa dan mengantuk. Tak lama kesadaranku berkurang, warna hitam mengambil alih indra penglihatanku.
Seperti kupu-kupu yang menari di antara bunga. Seperti burung yang berkicau riang di dahan pepohonan. Aku tersenyum, melangkahkan kakiku menuju sebuah sinar. Sinar itu memanggilku untuk segera mencapainya, dengan begitu aku mempercepat langkahku. Aku tersenyum bahagia, ini semua tidaklah sia-sia. Ayah, aku akan membuatmu bangga suatu hari nanti. Ibu, tunggulah aku di sana, aku akan memperbaiki semuanya. Dan Moir, terima kasih karena telah mengizinkanku untuk bertemu denganmu dan mengingatkanku akan arti hidup ini. Dunia, aku datang kembali kepadamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Bawah Cahaya Rembulan
Cerita PendekBunuh diri, mungkin itulah hal yang ada dalam pikiran kita ketika masalah yang kita hadapi terasa sangat besar dan sulit diselesaikan. Bodoh, itulah orang yang memilih untuk bunuh diri dibandingkan menyelesaikannya satu-persatu. Aku sudah mengalamin...