Nana berjalan meuruni tangga menuju kelas aslinya untuk menemui Rara, dia harus memberi tahu gadis itu untuk berhati-hati dengan yuta. Tapi ketika dia hendak masuk, hatinya mendadak sesak melihat Rara yang sedang duduk berdua sengan Kun.
Hal yang selama ini dia impikan, duduk berdua dengan kun di kelas sambil mengobrol dan bercanda. Tapi impian itu di wujudkan oleh rara yang kini berperan sebagai dirinya.
Harus kah dia marah atau senang sekarang?
Kun juga tampak nyaman saja mengobrol dengan rara sangat berbeda sekali ketika pria itu dengannya, kun selalu tanpak canggung dan langsung kembali ke mejanya.
Apakah semembosankan itu Nana?
Mendadak hatinya sakit, mungkin jika itu nana kun tak akan bisa duduk dan mengobrol dengan sangat nyaman. Hanya rara yang bisa melakukan itu semua, sejak dulu rara lah yang selalu jadi pembawa suasana di rumahnya.
Nana yang terlalu kaku dan dingin tak pernah bisa membuat kedua orang tuanya tertawa lepas, hanya rara yang bisa mengambil peran itu.
Tak mau terlalu larut dalam sakit hati, nana memutuskan untuk kembali ke kelas rara.
Dia tak bisa terus melihat rara dengan kun, dia masih belum terbiasa dengan sakit hati yang baru saja dia rasakan.
Karina yang melihat Nana kembali ke kelas dengan wajah merah menahan tangisannya langsung khawatir, dengan cepat dia mendatangi gadis itu dan memeluknya.
Nana juga membalas pelukan karina, untuk kali ini dia membutuhkan pelukan karina.
"Hey, are you okay?" tanya karina, dia terus mengelus punggung nana dengan lembut.
Nana terisak pelan, ini pertama kalinya dia menangis di hadapan orang lain. Biasanya nana selalu menahan semuanya sendiri, dia akan selalu menangis sendirian di kamar tanpa gangguan dari siapapun.
"Kenapa sakit hati rasanya sakit banget rin?" ucap nana, dia masih terisak dalam pelukan karina.
Paham jika sahabatnya sendiri patah hati, karina langsung menatap gadis itu dengan pandangan lembut. "It's okay bae, patah hati emang sakit. Tapi jangan terlalu larut, hidup lo masih panjang buat mikirin sakit hati karna satu cowo yang ga penting-penting banget"
"Tapi sakit rin, dada gue sesek banget"
"Gue tau gue gau, udah sekarang mau gimana biae ga sakit lagi? Mau bolos aja?"
"Emang boleh?" tanya nana yang terdengar sangat polos di mata karina membuat gadis itu mendengus kecil.
"ishh! Udah gampang itu mah" karina langsung menyeret nana keluar kelas.
Mereka berdua langsung jalan ke belakang sekolah, karina dengan lihai langsung manjat tembok dan langsung turun ke luar sekolah.
Nana menatap ragu, ini pertama kalinya dia bolos dan manjat tembok. Jadi dia agak takut ketauan.
"Buruan na! Nanti keburu ada yang liat!" saut karina dari balik tembok.
Nana langsung ngambil ancang-ancang buat manjat, kaki kirinya bertumpu pada bangku yang biasa di pakai untuk manjat, sedangkan kaki kanannya mau naik ke tembok tapi ga sampe. Nana sampe hampir nyerah sebelum tiba-tiba aja ada orang yang ngangkat pinggangnya biar kaki kanan nana bisa meraih tepian tembok.
"Buruan naik! Gue juga mau manjat!"
Nana terkejut saat sadar kalo yang lagi mengangkatnya sekarang adalah yuta, dia terlihat kesal karna nana belum juga berhasil naik ke atas tembok.
"Tunggu bentar ini tinggi!" sewot nana.
Yuta yang kesal akhirnya kembali manaruh tubuh nana di atas kursi, kemudian yuta ikut berdiri di atas kursi itu dengan nana yang mebelakangi tembok berhadapan dengan yuta. Tanpa aba-aba yuta membopong tubuh nana mendudukkannya di atas tembok membuat nana terkejut sekaligus ngeri takut kalo-kalo yuta khilaf dan mendorongnya ke bawa.
KAMU SEDANG MEMBACA
BAD TWINS ✔
FanfictionLauna dan Laura, kembar indentik tapi memiliki sifat yang berbeda. Laura memiliki ide gila untuk bertukar peran dengan Launa. -------------------------------------------- Shor story : 2022 Status : Complete Date updated : 14/03/22 ...