stupid behavior

159 12 1
                                    

Hanna mengerutkan alisnya dalam ketika merasakan nafas hangat yang menerpa lehernya. Gadis itu membuka matanya dengan rasa pening di bagian kepalanya yang entah kenapa semakin menjadi.

Deg...

Tubuh gadis itu mematung ketika mendapati tubuhnya yang polos tanpa busana bersama dengan laki-laki yang masih tertidur pulas disampingnya.

"Shit, apa yang sudah kulakukan..." ujar gadis itu lirih sambil memandangi sekeliling untuk mencari kemana perginya semua pakaian yang ia kenakan kemarin.

Persetan dengan pakaian yang entah hilang kemana, gadis itu dengan buru-buru mengambil pakaian laki-laki asing disampingnya ini lalu dengan cepat mengenakannya. Meskipun pakaian kantor laki-laki itu terasa longgar ditubuhnya, Hanna tidak mempedulikannya karena ia harus segera pergi dari tempat ini.

Gadis itu mencari sebuah kertas untuk menuliskan sebuah pesan yang akan ia tinggalkan ditempat ini. Ketika usai, Hanna buru-buru keluar dari tempat ini sebelum laki-laki itu menyadarinya.

Sepanjang perjalanan Hanna hanya termenung dan mencoba mengingat-ingat apa yang terjadi kemarin hingga akhirnya ia berakhir telanjang bulat di hotel bersama laki-laki yang tidak ia kenal. Ia hanya berharap jika memang mereka melakukan hubungan ia seks laki-laki itu menggunakan pengaman, karena ia tidak ingin hamil karena perbuatan bodoh mereka.

Begitu sampai rumah, jantungnya tiba-tiba mencelos ketika mendapati sosok Peter kekasihnya yang terlihat begitu panik didepan rumahnya. Laki-laki itu terlihat sedang mencoba menghubungi seseorang namun gagal.

Sebuah perasaan bersalah itupun muncul di hati Hanna. Bagaimana ia bisa menemui kekasihnya itu setelah tidur dengan orang lain?

Ketika gadis itu hendak pergi, suara milik Peter menghentikannya.

"Hanna?" Hanna mematung ditempat. Tidak, ini sangatlah salah. Ia sudah mengkhianati Peter karena perbuatan bodohnya.

Laki-laki itu berjalan mendekat kearah Hanna dengan perasaan khawatir. Semalam ia tidak bisa menghubungi gadisnya itu. Dan ketika ia menanyakan keberadaan Hanna pada Elina, temannya itupun juga tidak mengetahui keberadaannya.

"Apa kau baik-baik saja? Apa kau terluka? Kenapa penampilanmu lusuh sekali?"

"Maaf." bertubi-tubi pertanyaan yang dilontarkan oleh laki-laki itu hanya bisa dibalas satu kata tanpa arti oleh Hanna.

Peter terdiam ketika Hanna mulai menangis. Ia tidak tahu apa yang sudah terjadi semalam, hanya saja Hanna benar-benar terlihat sangat kacau dan juga berantakan.

"Ayo masuk. Orang tuamu pasti sangat khawatir."

***

Laki-laki itu terbangun lalu mendapati sosok wanita yang bersamanya kemarin malam sudah tidak ada disini bersama dengan pakaian kerjanya yang juga ikut menghilang entah kemana.

Marco berjalan ke sisi kasur untuk mengambil ponsel miliknya, berniat untuk menghubungi Jarvis agar datang membawanya pakaian baru, karena alangkah tidak mungkin baginya berjalan keluar hotel menggunakan kimono. Sesaat ketika menunggu panggilan itu dijawab oleh asistennya, pandangan Marco tiba-tiba teralih pada secarik kertas di atas meja.

"Maafkan aku karena pergi dengan tidak sopan. Terima kasih karena sudah membawaku pergi dari club. Aku tidak tahu apa yang sudah kita lakukan semalam karena aku tidak ingat. Aku mengambil uangmu sedikit untuk membayar taksi. Aku berharap kita tidak bertemu lagi setelah ini."

Tanpa disangka laki-laki itu tertawa terbahak setelah membaca surat yang ditulis gadis itu dengan perasaan tidak percaya.

"Sir, apa kau baik-baik saja?" suara Jarvis kemudian menyadarkan Marco untuk sesaat.

PERFECT DEMONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang