awal

50 50 43
                                    

[Aziya]

Danau, ya aku disini. Tempat yang kutemukan kemarin. Sekarang pukul 5.21 masih terlalu pagi, sungguh udara yang masih menyejukkan. Tumbuh tumbuhan yang terlihat basah karena embun, membuat siapapun akan terasa nyaman disini.

Akhirnya ku putuskan untuk kemari, karena aku tak memiliki tujuan selain kemari.

Acaranya mungkin belum mulai jika sepagi ini. Yang ku dengar kemarin malam —karena ku tak sengaja mendengar nya— dimulai jam sembilan. Masih terlalu lama, tetapi ku putuskan pergi sepagi ini karena ku tak ingin jika Bagas akan bertanya, itu nama ayah Lilian. Ibu mungkin tak akan peduli jika aku pergi, bahkan jika sepagi ini. Ini adalah hari bahagianya, aku harus pergi, pikir ku.

Tak lupa dengan alat yang kubawa pastinya, alat menggambar ku dan juga sebungkus roti.

Aku mulai menyusun tempat, mencari dimana letak yang mungkin nyaman untuk ku duduki saat ku menggambar nanti.

"Disini deh." Seru ku saat menemukan tempat yang tepat.

Mulai ku ambil buku dengan pensil, ku buka buku tersebut dengan pensil yang ku genggam. Tangan ku mulai menari-nari di atas buku yang polos itu, hingga menjadikan goresan goresan yang cukup indah. Entah apa yang akan ku gambar, aku hanya melihat objek yang ada di depanku. Danau itu indah.

Terlalu sibuk dengan apa yang ku lakukan sampai ku tak melihat ke arah sekitar.

Matahari pun mulai naik ke atas dengan perlahan membawa sinar yang cerah dan membuatnya siapapun yang merasakan akan merasa panas, akan semakin panas jika sudah sampai tepat di atas kepala.

Tiba tiba suara aneh terdengar tepat di arah belakang.

Krekk

Refleks dengan cepat ku menoleh ke arah belakang. Sungguh, aku sangat was-was, bisa saja jika itu adalah hewan buas yang tak sengaja menginjak dahan kayu.

"Siapa di sana?" Tanyaku, memberanikan diri. Aku tidak menghampiri sumber arah suaranya.

Tidak terdengar suara jawaban, dari sebrang sana.

Ku lanjutkan aktivitas ku. Mungkin berfikir positif adalah yang terbaik menurut ku.

Tak lama setelahnya, seseorang datang menghampiriku.

"Maaf, tadi membuatmu terkejut"

Ini adalah suara orang, ya. Aku lantas menoleh dan benar itu adalah seorang laki laki, dengan yang cukup berantakan. Wajahnya yang berantakan dedaunan di rambutnya, kacamata yang ia kenakan sedikit miring, nampak seperti orang yang baru saja jatuh di dekat pepohonan. Atau mungkin, dia tersesat.

Namun ada yang membuat sedikit menarik, ia membawa pancingan di tangannya dengan sebuah ember.

"Dia mau mancing?" Batinku.

Orang itu menghampiri dimana sekarang aku duduk, ia mendekat dan duduk tepat di sampingku. Aku tidak bangkit dari dudukku, yang ku yakin orang ini pasti tidak akan macam-macam denganku. Aku tak bertanya kepadanya, sedari tadi aku hanya memperhatikannya.

"Maaf sekali lagi. Saya izin duduk di samping kamu," ia mengambil alat pancingnya memasang cacing yang dibawanya sebagai umpan. "Saya hanya ingin memancing ikan disini, tidak akan macam-macam" lanjutnya.

"Formal banget, cara ngomongnya"

Aku mengangguk, tidak menjawab ucapannya. Namun seakan-akan ia mengerti apa yang batin ku tanyakan.

Aku tak mempedulikan laki-laki itu memancing. Aku melanjutkan aktivitas menggambar ku yang sempat tertunda.

Tak ada perbincangan yang kita lakukan, kami sibuk dengan fokus masing masing. Sampai aku telah menyelesaikan aktivitas menggambar ku.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 28, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bersamanya [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang