Modus Keenan

243 82 17
                                    

Mata Lino terus mengawasi kakaknya yang sibuk mencari sesuatu di lemarinya. Awalnya Lino tak begitu penasaran dengan tingkah kakaknya hingga mata kepalanya menyaksikan betapa gusarnya sang kakak yang selalu menjadi kesukaannya. Ia yakin ada yang salah dengan Keenan.

Tebakan Lino tak salah karena tak lama kemudian Keenan mengambil kemejanya dari dalam lemari lalu menjatuhkannya dan menaruh kucing Lino di atasnya hingga kemeja yang sudah bersih kini memiliki motif paw si kucing dengan sempurna.

Kelakuan Keenan sekarang benar-benar seperti orang stress. Lino penasaran dari mana keanehan sang kakak ini berasal. Apa Keenan stress akibat pekerjaan yang selalu lelaki itu keluhkan atau Keenan habis makan makanan basi. Atau jangan-jangan kakaknya sedang jatuh cinta? Kata orang hanya cinta yang bisa membuat orang sepintar Keenan menjadi bodoh.

"Jangan tanya dan jangan bilang mama." Keenan sudah membungkam Lino yang memang ingin bertanya kenapa kakaknya aneh.

"Kalo lo nggak mau gue bilang mama kasih tau kenapa lo jadi aneh." Keenan dan Lino bukanlah jenis saudara yang saling tolong menolong dalam kesulitan dan kerahasiaan seperti layaknya Lara dan  Biru. Hubungan mereka adalah SWF, siblings with benefit. Kali ini Keenan bisa disebut beruntung karena Lino tak meminta uang seperti biasanya. Ia hanya ingin Keenan mengisi cangkir penasaran milik Lino saja.

"Kenapa?" tanya Lino mengulang pertanyaannya.

"Mau gue bawa ke ibu laundry." Alis Lino naik, di rumah mereka ada ART kenapa harus repot-repot pergi ke laundry jika di rumah saja baju Keenan sudah bisa terurus.

"Kenapa?"

"Laundry-nya bagus," jawab Keenan sekenanya ia harus segera membungkam Lino sebelum mamanya kembali dari jadwal gibah bersama tetangga.

"Laundry bagus itu yang gimana sih? Baju lo jadi ada serbuk emasnya?" Pertanyaan Lino semakin menit semakin mengganggu Keenan, tapi lelaki itu berusaha untuk tak terpancing pada si pembuat onar ini.

"Serah lo!"

"Ah gur tau, lo lagi deketin tukang laundry ya?" tebak Lino.

"Anaknya!" Lino tersenyum menang, kakaknya secara spontan menjawabnya.

"Cantik?" tanyanya.

"Iya." Mulut Keenan spontan menjawabnya, sepertinya lelaki itu perlu mengontrol mulutnya karena si pembuat onar ini sangat pintar memancing emosi.

"Cie, udah tau cewek cantik sekarang," goda Lino.

"Diem deh. Nggak usah kepo. Udah diem aja, kalo mama nanya bilang aja gue pergi ke tempat temen."

"Oh ternyata masih dianggep temen?" Lino tak akan menyianyiakan kesempatan ini untuk mengolok-olok sang kakak. Dia suka melihat Keenan marah.

"Gue sama dia udah pacaran ya!" Keenan ngegas sepenuh hati sekalipun perutnya belum terisi.

"Oh ya? Kok pake cara begini buat nyamperin? Kalo pacaran langsung datenglah. Nggak usah sok bawa laundry. Atau jangan-jangan dia terpaksa nerima lo jadi pacarnya?"

"Darimana lo tau?" tanya Keenan sedikit kaget dengan adiknya yang tahu tentang hal itu.

"Keliatan dari muka-muka fakir asmara kayak lo." Keenan menatap adiknya horor dan Lino tahu bahwa sekarang kakaknya sudah dalam tahap bisa melempar kucing Lino ke wajah Lino sekarang juga.

"Oke. Oke udah gue salah jangan bunuh gue nanti mama sedih dan lo jadi anak durhaka. Turunin Chici sekarang. Gue nggak bakal ganggu lo." Keenan menurunkan Chici, si kucing yang tak berdosa.

"Tapi, saran gue mending lo cari cewek lain. Dia nggak—ampun! Ampun!" Lino langsung kabur ketika Keenan mulai melemparkan barang-barang fi sekitarnya.

"Kalo aja lo bukan adek gue, gue kirim lo ke Azkaban," gumam Keenan sebelum memasukkan seluruh pakaian kotor ke dalam tas laundry. Ia harus segera sebelum ibu suri pulang dan memulai wawancara dadakan.

-o0o-

Langkah kecil dan cepat milik Lara terus terpacu ketika ia mendengar suara mobil Keenan. Gadis itu langsung keluar begitu saja entah apa yang ia pikirkan saat mendengar suara mobil Keenan.

Senyum Keenan merekah ketika melihat Lara berdiri di pintu yang disusul dengan mama Lara yang tersenyum menggoda Lara. Wanita tua itu sedang menikmati ekspresi wajah si sulung.

"Malam Tante, malam Lara." Keenan menghampiri dua wanita itu untuk memberi salam.

"Malem, nak Keenan."

"Kok kamu ke sini? Aku kan bilang tadi aku lagi nggak mood nerima tamu. Nanti kamu aku jutekin." Lara memang melarang Keenan untuk datang karena dia masih dalam mood yang buruk karena Sagar dan ia tak ingin Keenan terkena imbasnya.

"Ah aku ke sini mau ngelaundry." Keenan berbalik untuk mengambil tas laundry dari dalam mobilnya dan membawanya di hadapan Lara dan ibunya.

"Laundry? Serius? Aku yakin di deket rumah kamu ada tempat laundry." Mama Lara sedang menahan tawa sekarang, kisah anak muda di depannya ini sungguh lucu.

"Ya ada, cuma di sana nggak ada kamu." Bila ada Biru di sana mungkin lelaki itu akan bergidik ngeri dengan ucapan Keenan yang baginya terlalu cringe.

"Sebenernya sekalian, aku mau memperbaiki mood kamu. Itupun kalo kamu nggak keberatan. Kalo kamu keberatan anggap aja aku cuma mau ngelaundry." Keenan selalu menutup seluruh pernyataannya dengan senyuman.

"Mending kamu sama nak Keenan aja Lara. Siapa tau mood kamu jadi bagus. Mama suka pusing liat kamu hela napas terus mana tiap ditanya bilangnya nggak apa-apa." Lara tampak berpikir keras hingga akhirnya dia menyetujui ajakan Keenan.

"Kamu tunggu bentar aku ganti baju." Keenan mengangguk, dia rela menunggu lama jika Lara yang memintanya.

"Ma, jangan ngomong macem-macem sama Keenan!" Lara memberi peringatan kepada mamanya sebelum masuk ke dalam kamar.

"Anak itu. Lara itu tiap ada masalah mukanya jutek, nanti kalo ditanya selalu bilang nggak apa-apa terus sok senyum. Heran banget Tante dia nurun siapa." Mama Lara memulai acara berceritanya.

"Mungkin Lara nggak mau bikin Tante khawatir." Keenan memberi tanggapan yang diplomatis, siapa tau nanti mama Lara mengadu pada Lara.

"Iya. Tapi, tante pengen dia itu punya sandaran. Beban dia udah banyak. Tante sebagai orang tua cuma mau dia hidup seneng." Tentu Keenan juga paham dengan keinginan itu.

"Saya harap saya bisa jadi sandarannya Lara."

"Makasih ya Keenan." Tak lama kemudian Lara datang dengan penampilan yang siap diajak pergi kemana pun.

"Ayo. Ma, Lara pergi dulu sama Keenan. Kalo Biru nyariin—"

"Tenang aja Mama yang bakal bilang sama Biru. Titip Lara ya Keenan."

"Iya Tante. Permisi." Keenan tak melupakan tata krama dengab salim kepada mama Lara kemudian menggiring Lara pergi ke mobilnya.

"Siap untuk ngedate?" Lara tersenyum kecil kemudian mengangguk.

"Ay ay captain," kata Lara ada orang yang mengawasinya di dalam mobil sedan yang terparkir di seberang rumahnya.

"Telat. Lo telat lagi Gar." Sagar kembali mengumpat pada dirinya sendiri yang telat muncul.

-o0o-

Siap buat ngikutin date Keenan bareng Lara?

Biasanya kalo orang ngedate itu ngapain sih?

White LotusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang