3. Atap rumah sakit dan sepuntung Rokok.

13 1 0
                                    

Hari ini adalah hari Ibu dikremasi. Aku hanya bisa menangis sembari menatap kosong foto Ibu. Aku masih tidak percaya Ibu telah pergi.

"Sowon, makan dulu." Minsi datang membawa sup dan berusaha menyuapiku.

Aku menggelengkan kepala.

"Makan dulu sedikit, setidaknya Kamu harus kuat dan bertahan untuk tetap hidup Sowon."

"Bagaimana Aku bisa hidup Minsi? Jangankan makan, bernafas saja sangat sulit untukku."

Aku mengalihkan pandanganku setelah mengatakan hal itu kepada Minsi. Tampak dari sorot matanya, dia sangat menghawatirkanku.

Minsi mengelus pundakku dan memelukku tanpa mengatakan sepatah katapun. Lalu Minsi pergi keluar.

Tidak lama kemudian Minsi datang lagi, Namun kini Minsi tidak datang sendiri, dia berjalan dengan 2 Laki-laki asing.

"Sowon, ada yang mencarimu." Minsi membiarkan 2 Lelaki itu mendatangiku.

"Dengan saudari Sowon?"

Aku hanya mengangguk.

"Bisa ikut kami ke kantor polisi?"

"Kantor polisi? Untuk apa?" Tanya Minsi dengan nada yang mulai panik.

"Kamu ditangkap atas tindak kriminal yang Kamu lakukan, yaitu membunuh Ayahmu sendiri."

Aku menoleh.
"Apa dia sudah mati?"

"Dia meninggal ditempat setelah Kamu menghabisinya nyawanya." Jawab lelaki itu.

Aku tersenyum tipis seolah ada rasa lega pada diriku. Setidaknya orang yang membuat nyawa Ibu melayangpun ikut pergi meninggalkan dunia ini. Untung saja Tuhan tidak menyelamatkan nyawanya.

Aku berdiri dan menyodorkan kedua tanganku agar di borgol.

Minsi menarikku.

"Sowon apa yang Kamu lakukan? Kenapa Kamu menyerahkan dirimu?! Pak, Sowon tidak bersalah, dia hanya membela diri!"

Minsi berdiri tepat didepanku seolah dia menghalangi polisi yang akan membawa diriku pergi meninggalkan pemakaman ini.

"Jika Kamu menghalangi proses hukum, Kamu bisa terkena sanksi."

"Tapi Pak, Sowon memang tidak bersalah! Bapak lihat sendiri wajahnya penuh luka memar, begitupun tubuhnya. Tadi malam dia juga di aniaya oleh Ayahnya!"

"Minsi, Aku tidak apa-apa. Aku memang membunuh iblis itu, jadi Aku harus menanggung akibatnya. Kamu tolong disini hingga semua proses kremasi selesai. Dan tolong bawa abu Ibuku kerumah nenek." Aku melepas tangan Minsi yang sedari tadi memegangku dengan kencang.

Tanganku di borgol dan Aku pergi meninggalkan tempat ini menggunakan mobil polisi.

-----*3 tahun kemudian*-----

3 tahun telah berlalu. Hari ini adalah hari Aku dibebaskan dari penjara. Ya, Aku didakwa karna membunuh Ayahku. Hukumannya tidak terlalu berat karna Aku menyerahkan diri, dan mendapat belaan dari Jaksa yaitu Aku membela diri karna Ayahku terus melakukan penganiyaan terhadap istri dan anaknya.

Aku sudah punya rencana kemana Aku akan pergi sekeluarnya Aku dari sini.

Aku pergi kerumah sakit dimana Ibu meninggal waktu itu.

Namun bedanya kali ini Aku tidak pergi keruang ICU melainkan pergi ke atap rumah sakit.

Aku berdiri sembari menutup mataku di ujung gedung ini. Aku merasakan angin berhembus secara perlahan hingga membuat rambutku terbang mengikuti kemana arah angin pergi.

The Smile Has Left Your Eyes | TAEIL | [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang