sepuluh

1 0 0
                                    

"Ay" hanya Bagas yang menyebut nama Cahya seperti itu.

"Kenapa gas?"

"Gue minta maaf ya, ternyata gue salah paham"

"Iya gapapa kok"

"Nanti mau beli eskrim?"

"Gausah gas, di rumah udah ada kok"

"Oh gitu"
"Nanti mau jalan-jalan sore ngga, joging gitu"

"Gw sibuk gas"

"Sibuk ngapain?" Tanya Bagas kepo

"Gw lagi banyak masalah"

"Oh gimana nanti kita ke cafe, ngopi sambil Lo cerita-cerita, gw bisa kok menjadi pendengar yang baik buat Lo"

"Ayok deh, makasi ya gas"

---

"Cafe baru?" Tanya cahya

"Udah lama"
"3 hari"

"Dih itu baru lah Ucok"

"Weh kenapa kau manggil ku ucok-ucok, aduh saya ini tidak suka, tetapi kalo kamu yang manggil boleh lah itu"

"Haha, apa si gas Lo mah bikin gue ketawa Mulu"

"Gapapa lah nona ku yang mwanis sekali nih, gula pun iri dengan kau"

"Ih Bagas malu tau"

"Cantik banget si Lo" kata-kata itu langsung terbuka dari mulut Bagas

"Bisa aja Lo gas"

"Haha serius saya ini"

"Eh eh gas"

"Apa ay"

"Liat deh ada ashka sama nazwa"

"Oh kencan lah mereka ya"
"Iri saya"

"Ngapain iri, dih geli gue kaya gitu"

"Halah bilang aja kamu juga mau, ayo lah jadi pacar ku"

"Ih apa si Bagas kita cukup temenan aja ngga lebih"

Yahh friendzone yaa...

"Iya deh" jawab Bagas dengan kecewa

---

Tiba-tiba ada suara kerusuhan datang di meja ashka dan nazwa

"Woi anjir Lo" lelaki itu datang dengan penuh amarah

Mereka berdua pun bangun dari tempat duduk itu

"Loh ini siapa" tanya ashka

"A-aku bisa jelasin" jawab nazwa dengan muka panik

"Apa yang harus di jelasin hah, Lo selingkuh di depan mata gw nazwa" iya lelaki itu adalah pacar pertama nya

"Loh nazwa?" Suara itu dari mulut ashka

"Aku bisa jelasin ashka"

"Apa yang harus di jelasin?, Aku cuman jadi selingkuhan kamu"

"Maaf ashka, aku minta maaf"

"Ga perlu, kita putus" suara Azka yang penuh kecewa

Aku dan DiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang