The Land Where The Elves Live

82 12 5
                                    

Mendekati jam yang ditetapkan, aula akademi akhirnya menjadi semakin ramai. Entah itu berbincang dengan orang lain atau sibuk dengan dirinya sendiri, sejumlah siswa yang sudah tiba masih sibuk dengan urusan sendiri seraya menunggu kedatangan guru yang bersangkutan. Misalnya seperti seorang lelaki Elf berkulit abu-abu gelap yang mengucir rambut perempuan.

Singkat cerita, ada misi yang akan diberikan pada sekelompok remaja yang dikumpulkan di sini.

Di antara sekelompok remaja tersebut, ada seorang gadis bernama Chiquithe Estovan. Dia sudah berkumpul dengan kedua senior yang berada di tim yang sama dengannya. Masing-masing tim memiliki anggota empat orang, jadi masih ada satu orang yang belum datang. Tim tersebut tampak sangat hening karena tidak ada yang berbicara.

Senior perempuan dengan rambut keemasan yang diikat itu adalah ketua tim mereka, Minerva Aquerella. Netra safirnya menunjukkan kegelisahan karena kecanggungan di antara mereka. Pada mengalihkan perhatiannya ke pet contract miliknya. Bayi naga merah pucat yang dinamai Moora bertingkah manja di sekitar perempuan tersebut.

Senior lain di sebelahnya adalah adalah lelaki berkulit pucat yang tampak pendiam, Namanya adalah Nathan J. Fillion. Penampilan mereka agak mirip dengan rambut pirang dan mata biru jernih, tetapi Nathan memberikan kesan bertolak belakang dengan kelembutannya. Jelas terlihat bahwa dia bukan tipe seseorang yang dapat memulai pembicaraan setelah mereka terjebak dalam situasi keheningan ini terlalu lama.

Chiquithe tidak keberatan dengan keheningan, jadi dia tidak repot-repot untuk berbicara duluan. Ada sesuatu yang harus pikirannya selesaikan lebih dulu. Mata perak yang kontras dengan sklera hitamnya berkilat-kilat diikuti dengan tawa rendah.

Sisi apatisnya seperti itu justru membuat kedua seniornya makin canggung. Seolah sudah pasti bahwa pada misi kali ini, mereka pasti sulit untuk akur. Pada satu waktu, Chiquithe akan mengepalkan tangannya, kemudian membuka kepalannya kembali. Kuku hitam si gadis akan memanjang ke ukuran sekitar sepuluh sentimeter dan memendek kembali ke ukuran normal.

Ketika seorang pemuda bersurai panjang muncul dalam pandangannya, ekspresi gadis itu berubah menjadi lebih terkendali. Dia segera berseru, “Lin! Kita bertemu lagi, ah!”

Pemuda di hadapannya juga salah satu siswa dari angkatan yang sama dengan Chiquithe. Namanya adalah Lin Yun dari ras Humanyx. Surai hitamnya diikat separuh untuk mencegah helaiannya menutupi wajah. Sebuah kipas lipat putih terbuka di tangannya.

“Apakah kita pernah benar-benar bertemu?” Sorot mata Lin Yun menatap si gadis yang antusias sendiri. Bahkan Chiquithe mungkin lupa bahwa dia sudah memanjangkan kukunya sendiri hingga dua belas sentimeter. Ujung kipas lipat di tangannya mengetuk dahi gadis itu dalam satu ayunan. “Tidak ada yang bisa dihitung, Xiǎo Yú.”

Gadis Elf itu segera memendekkan kembali kuku hitamnya, mengusap bagian tengah dahinya yang terkena ayunan kipas lipat Lin Yunn. Selain sedikit sakit, tidak ada pengaruh apa-apa lagi. Tanpa peduli dengan keseluruhan kalimat yang diucapkan pemuda itu, dia justru menanyakan hal lain yang lebih menarik perhatiannya. “Apa? Kamu menyebutku apa barusan?”

“Hanya sebuah nama yang cocok untukmu.”

Chiquithe tidak lagi membalas. Gadis itu tidak terlalu keberatan dengan nama panggilan. Bagaimana pun, karena banyak yang kesulitan dengan pelafalan namanya sehingga mereka mengambil cara pragmatis memberi nama panggilan sendiri. Dia sudah memiliki banyak panggilan yan bervariasi. Namun, tidak seperti namanya sendiri, penampilan gadis Elf itu justru sangat eksentrik dan mudah dikenali oleh pihak lain.

Sebagai Aquatic Elf, kulitnya yang berwarna sian bertekstur halus dan licin untuk beradaptasi di darat maupun perairan dilengkapi dengan sirip senada menghiasi telinga runcing khas Elf. Rambutnya berwarna hijau lumut, memiliki helaian tipis, dan terlalu mudah acak-acakan terkena udara. Belum lagi seragam akademi dengan jas oranye khusus siswa asrama fiksi sains semakin menciptakan tabrak warna yang meriah.

Deep Under the Ocean PressureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang