8. Never Be Alone I

9 0 0
                                    

Agami terbangun di pagi hari, dan mendapati semua orang di seluruh dunia telah menghilang.
Hari itu, jam menunjukkan pukul 07.15, alarm berdering memenuhi seisi kamar. Dengan malas Agami bangkit dan segera menuju ke kamar mandi. Hari-hari yang membosankan segera dimulai kembali, pikirnya.
Namanya Agami, Agami Blaster. Ia adalah seorang remaja yang selamat dari musibah dahsyat yang sedang terjadi di muka bumi ini, wabah virus ZOMBIE. Terkadang, dia rindu dengan suara lembut Ibunya yang selalu membangunkannya di pagi hari.

Setelah selesai mandi, Agami langsung menduduki salah satu dari sekian banyaknya kursi di dapur. Ia mulai menyiapkan sarapan paginya, lalu segera menyantapnya.
Seperti biasanya, Agami tidak memiliki kesibukan apapun. Kegiatan yang selalu dia lakukan adalah melamun, dan terus melamun. Dalam benaknya, melamun adalah satu-satunya cara agar ia bisa bertahan hidup. Di setiap pagi hingga malam, ia selalu merasakan kegelisahan hebat. Kegelisahan itu tidak dapat ia bendung.
Agami mulai melangkahkan kakinya di jalanan kota Townsfell yang dingin. Dia menatap rumah-rumah yang kosong melontang berjejer mengitarinya saat ini. Pemandangan itu sudah biasa baginya. Suasana sepi nan sunyi selalu menyelimutinya, Tidak ada sepatah kata yang bisa ia ucapkan sekarang. Ia merasakan dirinya seperti mati ekspresi. Senang, marah dan gembira seolah-olah tidak ada lagi dalam dirinya.
Setelah berjalan sekitar 7 kilometer jauhnya, agami memasuki sebuah Mall berukuran sangat besar.
“TREEKK.. TEK.. TEEKK” suara koin yang dimasukkan Agami ke dalam sebuah mesin minuman.
Sepertinya rasa segar sedang meluputi tenggorokannya sekarang. Dia menatap ke segala penjuru mall. Ia mulai bangkit. Terdengar langkah kakinya menggema ke segala arah, saking sepinya.
Agami menatap barang-barang yang berantakan berserakan di mana-mana. Ia kembali merasakan kenyataan pahit yang dialaminya. Ternyata, dulu mall ini adalah tempat dimana keluarganya meninggal. Pekik tangis tak bisa ia bendung. Di setiap ia memikirkan keluarganya, di sanalah tempat di mana setetes demi tetes air bercucuran.

Suasana sepi masih mencekam. Agami terus melangkahkan kakinya ke arah sebuah lift.
“TUIIIII… GUBRAKK!!”
Suara lift yang dinaiki Agami berhenti seketika. Macat ya?
Sudah hidup sendiri di kota mati, sekarang? Malah terjebak di lift. Siapa yang mau menolongnya sekarang? Tak ada satupun. Benar malang nasibnya. Dia cuma bisa memejamkan matanya dan duduk jongkok dengan tangan memegang kaki. Berharap, Tuhan akan menolongnya.
TEK-TEK-TEK
bunyi itu membangunkan Agami dari tidur pulasnya. Ternyata dia tertidur paska kejadian tersebut.
Sungguh ajaib! Lift yang tadinya tertutup rapat tak mau dibuka, sekarang terbuka dengan lebarnya. Agami mulai bergegas keluar dari lift tersebut, dan menuju ke ruangan yang sebenarnya ia inginkan dari kemarin. Ruangan itu adalah tempat dimana pakaian tersedia. Ia mulai memilih-milih pakaian yang cocok untuknya. Ia bebas memilih. Dan yang pasti, semua yang ia inginkan gratis. Dari makanan, barang-barang, hingga kendaraan bisa ia dapatkan dengan cuma-cuma.

Agami mulai keluar dari mall tersebut. Ia berjalan kembali menuju tempat persemayaman pertamanya. Dia bertanya-tanya. Apakah hanya ada aku di kota ini? Atau hanya ada aku di dunia ini? Agami mulai gelisah. Ia menatap langit yang luas, langit yang tadinya biru sekarang berubah menjadi agak kejingga-jinggaan.
“Dulu kota ini adalah kota dimana para manusia berlindung! Kota dimana penuh dengan kebisingan, kegembiraan dan canda tawa! Coba saja musibah ini tidak terjadi, pasti nasibku tidak akan seperti ini!” Teriaknya.
“Namaku Agami. Remaja yang hidup sendiri di kota besar Townsfell. Kuharap ada orang yang mendengar pesanku ini”. Ucap agami pada sebuah telepon di gedung Townsfell.
“……….”
“KRSEEKK.. KRSEEKK”
“Halo? Apa ada orang? Aku Ray dan aku bersama Temanku Riona! Sekali lagi apa ada orang?!”

CrAZy ABsTraCt🙄💃Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang