Myung Soo termangu di depan jendela, mendengarkan melodi dari gemercik air yang berjatuhan ke tanah. Hujan turun sudah lebih dari sepuluh menit dan tetesannya makin lebat. Berdentum bak orkestra dengan ritme yang menggugah dan itu bisa sedikit menghiburnya. "Aku bahkan tak bisa menangis, anggap saja langit mewakiliku untuk itu."
"Myung Soo-ya, mau sampai kapan berdiri di sana? Kemarilah, sup rumput lautnya nanti keburu dingin."
Myung Soo menyeret langkah menuju meja makan, memenuhi panggilan sang ibu. "Asapnya masih mengepul."
"Duduklah dan habiskan supnya. Saengil chukae."
"Hmm..."
"Wajah macam apa itu? Apakah mesti menekuk muka di hari ulang tahunmu? Eomma bahkan membuat kue ulang tahun dan memasak makanan favoritmu."
"Appa belum kembali?"
"Ayahmu baru akan kembali lusa."
"Ah, iya. Pekerjaannya jauh lebih penting."
"Ayolah, ada Eomma di sini. Setidaknya, kau tidak kesepian di hari ulang tahunmu. Terima kasih sudah tumbuh menjadi putra yang tampan dan membanggakan."
"Apa itu, menggelikan."
"Kalau bosan, undanglah teman-temanmu kemari."
"Libur adalah saatnya bersantai di rumah, hujan pula."
"Ini hari spesial, siapa tahu mereka bersedia datang."
"Spesial untuk siapa?"
"Kau sedang kesal, ya?"
"Aku akan makan." Myung Soo mengaduk-aduk sup rumput laut sebelum memakannya. Kesal mungkin tak seberapa mewakili apa yang dirasanya saat ini. Ada marah, kecewa dan juga kesedihan yang menyelubungi. Suasana hatinya sungguh buruk sejak semalam.
"Itu bunyi ponselmu, 'kan?"
"Biarkan saja."
"Tidak baik mengabaikan panggilan."
"Aku selesaikan ini dulu."
Usai menghabiskan semangkuk sup rumput laut, barulah Myung Soo mengambil ponselnya, itu pun dengan malas-malasan. Dua panggilan tak terjawab dan sebuah pesan.
Tolong aku, ini genting!
Myung Soo mendecih sembari menelepon kembali. "Hei, So Eun, segenting apa sampai kau tak punya muka untuk meminta tolong padaku?"
"Yah, kenapa kau bicara seperti itu? Pada siapa lagi aku meminta tolong? Kau teman terbaikku."
"Sudah kubilang aku tak mau lagi berteman denganmu."
"Hanya karena perdebatan kecil kemarin, kau seketus ini. Bisakah kau datang sekarang?"
"Apa hujan deras hanya turun di sekitar rumahku?"
"Aku tahu kalau sedang hujan, tapi ini sangat mendesak. Myung Soo, please."
Myung Soo geram pada dirinya sendiri karena tak pernah bisa tega pada So Eun. "Ada apa?"
"Aku ada di Inwansang dan kakiku sakit karena sempat terpeleset, jadi..."
"Tunggu, apa yang kau lakukan di sana? Di hari hujan seperti ini? Yang benar saja, So Eun."
"Tadi pagi langit terlihat cerah."
"Pagi jam berapa? Sekarang saja bahkan belum bisa dikatakan siang." Myung Soo melirik ke arah jam dinding, tampak jarumnya menunjuk angka sepuluh.
"Pokoknya aku mau pulang dan butuh bantuanmu."
"Merepotkan."
"Myung Soo, jemput aku, ya. Dingin sekali di sini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Drabble, Ficlet, OS
Fanfiction💜 serpihan kisah singkat tentang cinta 💜