[ficlet] jealous

466 59 31
                                    


Aku cemburu pada senar-senar gitar yang dibelai lembut jemarimu.

Aku cemburu pada angin yang bisa berbisik mesra padamu.

Aku cemburu pada hujan yang menyentuh kulit tanganmu.

Aku cemburu pada peluh yang menciumi dahi halusmu.

Aku cemburu pada daun jatuh yang tersangkut di antara helai rambutmu.

Aku cemburu pada salju yang punya kesempatan untuk digenggam olehmu.

Aku cemburu pada pijar bintang yang mendapatkan tatapan pesona dari matamu.

Myung Soo berulang kali membaca rangkaian tulisan tersebut yang tertuang di atas tujuh buah kartu berwarna lavender dengan motif bunga iris di sudut kanan bawah.

Bukan hal baru Myung Soo mendapatkan surat dan kartu ungkapan perasaan, juga hadiah-hadiah dari para pemujanya. Dan ia tak menganggap semuanya itu, sekali dibaca atau baru membaca satu dua kalimat atau bahkan tidak dibaca sama sekali pasti semuanya sama akan berakhir di tempat sampah.

Berbeda dengan yang ini, ia membacanya berkali-kali bukan hanya karena cara orang ini mengungkap perasaannya berbeda dari semua yang pernah mengungkapkan perasaan padanya tapi hatinya juga seperti terketuk hingga kartu-kartu yang sudah tujuh bulan diterimanya itu masih aman tersimpan. Setiap awal bulan Myung Soo mendapatkan sebaris kalimat dan kini sudah hari keenam di bulan ini, Myung Soo tak menerimanya lagi. Myung Soo jelas penasaran, hingga akhirnya usai kelas hari ini ia memilih tak langsung pulang melainkan membaca kembali semua rangkaian kata yang semuanya tentang cemburu itu.

"Dipikir-pikir, aku seperti mengenal tulisannya. Sedikit diubah tapi ada ciri khas yang membuatku mengenali bentuk tulisan ini. Lalu kalau ditelaah lagi isi tulisannya... Jelas dia bukan orang baru. Heol, diakah?"

Myung Soo segera berlari dari ruang kelasnya lalu menyusuri koridor sebelum akhirnya menapaki jalan menuju fakultas seni rupa.

Jurusan oriental painting menjadi tujuannya, ia menebak kalau orang yang dicarinya sedang berada di studio dan beruntunglah karena tebakannya benar. Studio yang dimasukinya begitu lengang, jejeran kanvas tanpa pelukis yang mengisi ruangan tampak rapi dengan jarak teratur antara satu dan lainnya. Hanya ada satu orang di ruangan itu, orang yang Myung Soo cari.

"Hei, Kim So Eun," sapa Myung Soo.

Pemilik nama tersebut mendongak ke arah suara, dia seorang gadis berusia dua puluh satu tahun dan merupakan mahasiswi jurusan seni rupa di Universitas Seoul. Myung Soo sudah lama berteman dengannya karena mereka tinggal di satu area pemukiman yang sama.

Wajah cantiknya kini terpoles beberapa gurat warna dari cat minyak yang sedang digunakannya. "Kau melukis dengan kuas atau jari tangan? Kenapa selalu ada cat yang mampir diwajahmu?" Myung Soo mengusap bagian wajah So Eun yang terkena cat membuat gadis itu terkejut lalu segera memalingkan wajahnya.

"Kuliahmu sudah selesai?" tanya So Eun setelah memastikan tangan Myung Soo tak lagi ada di dekat wajahnya.

"Bukankah kau hapal jadwal kuliahku?"

"Aish, memangnya siapa dirimu sampai aku hapal dengan jadwalmu."

"Aku teman dekatmu, 'kan? Maksudku karena rumah kita dekat." Myung Soo terkekeh.

"Lalu kau apa hapal dengan jadwal kuliahku?"

"Setidaknya saat aku mencarimu, aku sering tepat menebak kau ada di mana."

"Kebetulan saja kau beruntung," cibir So Eun. "omong-omong, kau mau apa? Kalau tak ada yang penting bisakah pergi? Aku harus menyelesaikan lukisanku."

Myung Soo bukannya pergi namun ia justru semakin mendekati So Eun, setelah tadi jemarinya mendarat di wajah So Eun kini giliran bibirnya ia dekatkan pada telinga gadis itu.
"Bagaimana tadi rasanya saat jemariku mengusap wajahmu?"

Kumpulan Drabble, Ficlet, OSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang