Under His Wings

102 18 2
                                    

  Pasca mendengar secara langsung tragedi yang terjadi pada Yuri selama ia menghilang dua kali itu, Kyuhyun tak bisa tidur. Ia sama sekali tak bisa beristirahat dengan tenang di malam hari. Bagaimana bisa sang ibu menyimpan dan menyiksa Yuri begitu hebatnya, di balik pengetahuannya, bersikap munafik di depannya dan membohongi semua orang? Putranya sendiri? Bagaimana ia berakhir bertunangan dengan Seohyun yang jelas-jelas tahu betapa biadabnya sang calon mertua namun tetap membiarkan Yuri disiksa sedemikian parahnya? Memilih untuk mematikan ponselnya alih-alih menghubungi dirinya yang saat itu masih berstatus sebagai suami sah Yuri.

  Belum. Ia belum sama sekali bertemu dengan sang ibu atau Seohyun lagi usai penahanan. Kabarnya, Hannah masih berusaha mengelak segala tuduhan, cerita, dan bukti yang mengarah kepadanya. Seohyun, di sisi lain, mengakui bahwa ia mengetahui penyiksaan tersebut namun tidak berniat membantu atau menyelamatkan Yuri. Ia mengaku ia memilih untuk bungkam dan menyimpan penyiksaan itu sebagai rahasia agar ia bisa mendapatkan Kyuhyun dan pria itu, kala mendengarnya, merasa begitu jijik. Bagaimana seorang perempuan bisa bersikap begitu rendahnya hanya karena obsesi dan cinta yang tak pasti dimiliki.

Pulang subuh, tidur hanya dua jam, lalu kembali berangkat menuju rumah sakit san menerjang lautan wartawan dan reporter di depan pintu sudah menjadi makanannya beberapa hari belakangan. Tak satupun pekerjaan yang ia ambil, setia menemani mantan istrinya yang di lubuk hati terdalamnya, masih sangat spesial baginya. Masih ia cintai begitu dalam. Yuri, yang masih lemah dan belum mampu menggerakkan beberapa anggota tubuhnya akibat efek samping obat serta racun mematikan di aliran tubuhnya.

Betul memang bahwa media mengabarkan berakhirnya hubungan pertunangan Kyuhyun dengan Seohyun, teman SMA mereka berdua. Santer kabar terdengar bahwa Yuri dan Kyuhyun kembali rujuk— namun tentu belum jelas kebenarannya pasal belum ada pembicaraan. Bahkan Yuri saja baru terbangun dan tak tahu menahu bagaimana reaksi media di luar sana perihal kabarnya yang diselamatkan dari penculikan, percobaan pembunuhan, dan bahkan ingatannya yang baru kembali setelah beberapa bulan menghilang pasca ditemukan kembali oleh Kyuhyun. Ia benar-benar tak tahu menahu bahwa dirinya menjadi perhatian satu negara, bahkan mungkin negara lainnya degan jumlah penggemar mereka yang tak sedikit.

"Selamat pagi."

Kyuhyun menyapa sang puan lembut sembari duduk di sofa, meletakkan beberapa barang yang sekiranya diperlukan Yuri untuk beberapa hari ke depan. Dari pakaian, skincare, hingga hal-hal kecil lainnya seperti teh favorit sang puan, hingga selimut yang selalu dikenakannya untuk menghangatkan kedua kaki yang sering membeku kedinginan tanpa alasan.

"Selamat pagi," ucap Yuri serak kala Kyuhyun menampakkan diri di depannya. Ia sunggingkan senyuman tipis di wajah sebelum melirik jam di dinding. "Seojin sudah masuk sekolah?" tanyanya pelan. "Belum. Dia di rumah, masih dengan psikolog anak untuk bimbingan dan pemulihan traumanya," balas Kyuhyun pelan. Ia kemudian beranjak dari sofa dan menyeduh teh lavender hangat untuk Yuri. "Maafkan aku. Seojin banyak menderita karena memiliki ibu sepertiku. Aku janji saat semua berakhir, aku tidak akan menyakiti hatinya lagi. Aku terlalu banyak menorehkan luka di hati putriku," ujar sang aktris lemah.

Kyuhyun tolehkan kepala lalu dengan cepat menggeleng. "Kau juga tak mau berada di posisi seperti ini atau mengalami kejadian mengerikan. Bukan salah siapa-siapa. Salahku karena tak bisa melindungimu dulu pula putri kita. Salahku karena tak tahu sama sekali perihal ini padahal ibuku yang melakukannya," ucap pria itu sedikit datar dalam nada dan intonasi. Yuri menghela nafas, "Aku juga merepotkanmu padahal kita sudah tak lagi bersama. Maafkan aku. Kalau kau sibuk, atau ada pekerjaan, Seora atau Yoonjin bisa bersamaku..".

Sang aktor menggelengkan kepalanya lagi. "Tidak, kau tidak merepotkanku. Aku rela melakukan semua ini untukmu. Status kita memang sudah bercerai, namun aku tak ingin kau sendiri. Ini bagian dari tanggung jawabku juga sebagai mantan suami, suami yang gagal, ayah dari anak kita, serta anak dari pelaku yang menyakitimu," ucapnya tegas sebelum membantu sang puan meneguk teh lavender hangatnya yang menyegarkan. Yuri tak mengucapkan sepatah katapun usai mendengar itu dari Kyuhyun.

"Bagaimana keadaanmu? Lebih baik?"
"Masih lemah tapi aku sudah bisa gerakkan tangan sedikit."

Jawaban itu membuat hati Kyuhyun merasa lega. Mendengar kondisi Yuri jauh membaik dibandingkan beberapa hari sebelumnya membuat rasa damai menyelimuti hatinya. Selama wanitanya itu bahagia dan merasa aman, disitu letak kebahagiaan abadinya. Bersama sang putri, Cho Seojin. "Aku perhatikan kau hanya tidur dua jam lalu kembali ke sini," ucap Yuri. "Iya, betul. Tak apa. Aku lebih suka disini dan memastikan kau benar-benar pulih dengan kedua mataku. Mengurusmu hingga sehat." balas Kyuhyun.

"Tidurlah. Kau butuh lebih banyak waktu tidur. Jangan sampai kau sakit dan tumbang di kondisimu yang seperti ini. Aku baik-baik saja dan menghabiskan hampir seharian di kasur untuk tidur. Berdiri dan menggerakkan tangan saja tak bisa, jadi kau tak perlu khawatir menemani atau membopohku setiap saat." Yuri memberitahu pria itu, membujuknya untuk beristirahat barang sejenak. "Aku tidak meminta banyak selain kau beristirahat. Itu saja. Bolehkah aku meminta hal itu darimu? Jika aku butuh sesuatu, aku akan bangunkan."

Pria itu tersenyum tipis. Diletakkan olehnya cangkir teh itu di atas meja lalu diusap olehnya punggung tangan sang puan yang tak ada selang infus dengan lembut, menggunakan ibu jarinya. Dikecupnya punggung tangan itu sekali sebelum Kyuhyun menatap wajah sang puan. "Nanti, bukan sekarang. Aku masih ingin memastikan beberapa hal saja."

Ia lalu mengeluarkan beberapa pakaian dalam yang dibutuhkan Yuri hari ini dan bertanya kepada sang puan apakah yang ia bawa sudah benar atau belum, tak lupa beberapa barang lainnya. Memastikan ia sudah membawa semua yang diperlukan sang aktris.

"Media mengetahui berita penculikan dan kronologisnya secara besar-besaran. Penculikanmu mengundang perhatian semua orang, bahkan dari negara tetangga sekalipun," Kyuhyun berucap. "Apakah aku mendapat izinmu untuk berbicara di konferensi pers dan meluruskan serta menjelaskan semuanya secara jujur?"

Yuri mengangguk. "Tapi apa itu baik-baik saja untukmu? Namamu? Reputasimu? Keluargamu? Seojin nanti di masa depan?" tanyanya. "Hujatan dan kontrakmu, bagaimana? Apa sudah kau pikirkan matang-matang? Aku tak mau hubunganku dan ibumj merenggang. Eommeonim pasti memiliki alasannya tersendiri—"

"Apapun alasannya, ia tak seharusnya melakukan itu padamu Yuri. Sadarlah! Jangan terlalu baik kepada orang yang menyakitimu. Hidup tak selamanya harus mengalah!"

Kyuhyun yang terbawa emosi menaikkan nada bicaranya, setengah berteriak. Sang puan lantas terdiam, begitupula sang adam yang menyadari kesalahannya. Persis seperti dahulu saat mereka bertikai hingga berakhir dengan perpisahan di antar keduanya; membuang segala janji suci dan mimpi yang terucap dan dibangun bersama. Impian pusae seketika terbawa emosi hati yang tak pasti. Emosi yang tak pernah lekat ada di dalam hatinya.

"Lakukan apa yang menurutmu benar. Aku akan kembali beristirahat. Kau juga, jangan lupa istirahat."

Yuri berucap pelan sebelum memalingkan wajahnya dan memejamkan kedua matanya, bahkan tak sempat bagi Kyuhyun untuk menggerakkan lidah kelunya mengucap maaf atas kesalahan yang baru saja ia perbuat juga dulu, hingga semuanya hancur berantakan seperti ini. Dengan perpisahaan yang entah bisa disatukan kembali atau abadi sampai akhir hayat masing-masing.

Kyuhyun melangkahkan kedua kakinya keluar kamar lalu duduk di salah satu bangku taman yang sepi. Ia mengusap wajahnya lalu menggigit bibir bawahnya, menahan isak tangis yang terus keluar dari dirinya. Tangannya meremas pakaiannya sendiri lalu memukul kayu bangku itu beberapa kali, kesal— marah; semua menjadi satu. Terlalu banyak luka yang ia dan keluarganya torehkan pada wanita itu? Sanggupkah ia membalas semua dosa-dosa itu?

to be continued.

Everything You Never HadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang