SB - 9

1.8K 82 8
                                    

Keduanya sudah sampai disebuah parkiran dengan ukuran yang sangat luas, Dera bergeming sebari mempererat genggamannya di seat belt miliknya. Gadis itu merasa ini bukan tempat kesukaannya, bukan seperti tempat bermain.

"Om, ini tempat apa ya?" Tanyanya dengan nada benar-benar kebingungan, sebelum Aiden menjawab. Gadis itu kembali menyodorkan sebuah pertanyaan kembali, "Di dalam sana apa ada area bermain?' Sambungnya dengan kedua maniknya semakin mengitari area parkiran tepat dimana Aiden memarkirkan mobil mewahnya.

Aiden mengangkat satu tangannya dan mendarat tepat dipundak kanan Dera, "Apa kamu suka area permainan?"

Dera mengangguk tanpa membalas pandangan Aiden.

Dan gadis itu kembali menyambungkan ucapannya, "Sejak kedua orangtuaku meninggal, aku tidak pernah merasakannya kembali."

"Baiklah aku akan mewujudkan keinginanmu itu." Aiden melepas seat belt milik Dera dan menyuruhnya untuk ikut turun namun sentuhan lembut mengenai lengan kirinya, wajah gadis itu nampak sangat tidak percaya diri.

"Aku, disini saja om."

Nahkan gadisnya kembali berulah, wajah cerianya berubah menjadi begitu sangat murung, "Ada apa dengan wajahmu itu?"

Dera membulatkan kedua manik miliknya, tak percaya dengan ucapannya gadis itu segera meraih kaca untuk bercermin. "Ada apa dengan wajah Dera?"

"Nah liatkan, ada kucing yang habis kecebur, wajahnya jelek sekali kalau murung." Aiden sengaja meledek, "Kamu itu tidak cocok berwajah murung."

"Ish! Om menyebalkan, wajah Dera memang keliatan banyak beban bukan berarti murung."

Aiden meraih pergelangan tangannya, "Yaudah, ayo masuk."

Dera kembali menggeleng, wajah gadis itu kembali murung.

Merasa geram, akhirnya tanpa menerima persetujuan Aiden segera menggendong tubuh mungil Dera setelah sebelumnya ia keluar dari mobil terlebih dulu, pria dewasa itu segera mengambil langkah menuju pintu utama gedung pencakar langit yang sangat indah dari sudut pandang seorang Dera, gadis dalam gendongan Aiden itupun hanya mampu bergeming, merasa dilema dengan tiba-tiba degup jantungnya terasa berdetak tidak normal.

Dera hanya mampu memandangi wajah Aiden yang ditemani sentuhan kecil dari sinar matahari, memang tampan.

"Aku tahu, aku ini tampan." Aiden kembali menggoda karena merasa tak tahan terus diperhatikan.

Dera segera memalingkan wajahnya setelah ketahuan kembali tengah memperhatikan wajah milik Aiden, belum sempat mengelak di akhir undakan anak tangga, dengan sangat hati-hati Aiden menurunkan tubuh mungil Dera.

"Bisa jalan sendirikan?"

Dera mengangguk, "Maaf sudah merepotkan."

"Bukan merepotkan, aku hanya takut sakit pinggangku kumat." Aiden sejenak terkekeh setelah mengucapkan kalimat ambigu itu, bisa-bisa ia harus merendahkan harga dirinya untuk melihat seutas senyuman candu dari gadis kecilnya.

"Ya maaf, aku lupa kalau om udah berumur."

Sialan! Aiden merasa ingin mengumpat habis-habisan setelah ia kehilangan 50% harga dirinya yang ia rendahkan untuk membuat gadis kecilnya tersenyum justru mendapatkan sebuah ejekan yang semakin menamparnya, Aiden ingin menerkam mangsa dihadapannya untuk ia habiskan diatas ranjang, namun nyalinya tak seberani dulu, entahlah.

"Sudahlah, percuma bercanda denganmu!"

Aiden mengambil langkah, pria itu masuk kedalam dengan langkah kakinya yang tergesa,  Aiden sengaja memasang wajah tersinggung ia berharap jika gadis kecilnya itu sedikit peka akan kehadirannya, ia ingin gadisnya mulai memahami dan mengenali keinginannya. Namun sepertinya ia harus banyak berjuang untuk mengotori otak gadisnya yang masih polos.

Dera yang merasa tak enak hati karena sudah menyinggung Aiden untuk kedua kalinya merasa ia tak mampu mengimbangi langkah kaki Aiden yang lebar dan cepat, Dera berniat untuk sejenak mengambil nafas dan berhenti sejenak, tumit kakinya terasa ngilu.

Namun, setelah beberapa detik ia mengatur nafas pandangan dihadapannya menjadi kosong, sosok tubuh kekar itupun lenyap dari jangkauannya, mampus! Dera merasa seperti menjadi orang hilang.

"Tega banget ninggalin calon istri!" Rutuknya setelah beberapa saat lingkung, Dera memutuskan untuk melangkah kan kakinya kembali mengikuti intruksi hati kecilnya.

Menurut pandangan terakhirnya Aiden berjalan lurus kedepan dan melupakan jika disebelah kanan tubuhnya ada sebuah lift, Aiden masuk ke dalam lift dan Dera justru berjalan lurus kedepan.

Kedua manik miliknya benar-benar kewalahan, setelah tubuhnya belok ke arah kanan betapa terkejutnya Dera, ada banyak sekali orang di dalam.

"Lah, kenapa banyak orang." Dera menggaruk tengkuknya sesaat lalu kembali menolehkan pandangan mencari seseorang, sudah benarkan seharusnya ia hanya menunggu di dalam mobil sebari ditemani cemilan ia akan begitu tenang.

Dan sekarang ia justru seperti seorang anak yang hilang dilautan orang yang tengah sibuk bekerja, "Aku harus kemana ya?"

Dera menunggu seseorang untuk ia tanyai namun setelah niatnya membalikkan badan, Dera tanpa sengaja justru menabrak tubuh seseorang yang tengah membawa segelas minuman. Sontak Dera menutup kedua mulut melongonya dengan telapak tangannya.

"Aku benar-benar minta maaf." Ucap Dera dengan segera ia mengeluarkan sapu tangan miliknya dan berniat membersihkan sisa minuman yang menempel di pakaian seorang wanita yang berpenampilan seksi itu dengan sangat hati-hati.

"Sekali lagi saya minta maaf." Dera kembali mengulangi ucapannya namun bukan jawaban melainkan tangannya di tarik paksa untuk menjauh.

"Jauhkan tangan kotormu itu!" Wanita itu membentak dengan wajah yang sangat tidak bersahabat.

Dera merasa aneh, ia segera melihat kedua telapak tangannya. "Tangan saya bersih kok, lihat." Dera menunjukkan kedua tangannya.

Dan tangan mungilnya kembali mendapatkan tepisan kasar yang membuat tubuh Dera hampir terjatuh.

"Ada yang tahu dia siapa?" Wanita itu berteriak dan berhasil mengundang beberapa pasang mata untuk melihat ke arah mereka.

Wanita berpenampilan cantik itu mulai melihat Dera dari atas ujung rambut sampai ujung kakinya, dengan mimik wajah yang menahan jijik. "Hei kamu."

"Apa ini teman barumu?"

"Sepertinya iya, kamu cocok sekali bekerja sebagai tukang bersih-bersih di kantor ini." Cemoohnya.

Dera menggelengkan kepala sebagai bentuk protes bahwa ucapan wanita dihadapannya tidaklah benar, "Aku kesini bukan untuk mencari pekerjaan."

"Aku ingin menemui Aiden."

Hening sejenak.

"Apa kamu tahu, ruangan kerja Aiden?" Dera kembali bertanya, sungguh ia merasa sangat tidak baik-baik saja berada tepat di tengah kerumunan banyak orang.

Bukan jawaban yang Dera dapatkan, melainkan tawa penuh hinaan yang ia dapatkan, dan si wanita menyebalkan itu kembali berbuat ulah. "Masa iya manusia sepertimu ingin bertemu dengan bos kami? Sepertinya ia lupa untuk bercermin."

Semakin menjadi orang menertawainya, Dera nyaris meneteskan airmata. Sebegitu rendahkah pandangan mereka untuknya?

"Sudahlah sebaiknya kamu mengganti pakaianmu, dan segera bersih-bersih."

Wanita itu mendorong tubuh Dera sampai tubuh mungilnya tersungkur diatas lantai. Dera menghela napas berulang kali menahan amarahnya untuk tidak berperilaku bar-bar karena Dera tak mau nama baik Aiden tercoreng buruk karena ulahmya, namun tindakan yang mereka lakukan tidaklah benar.

Dera menoleh sekilas dengan tatapan mematikan.

"Lihatlah tatapan menakutkannya itu? Apa dia tengah mengancamku?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 13, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SUGAR BABY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang