Dera menjadi asik menguping, sepertinya Aiden akan segera pergi maka hal itu menjadi kesempatan untuk Dera beristirahat, gadis itu kembali membenarkan posisi duduknya ketika tubuh Aiden mulai kembali melangkah ke arahnya.
"Aku harus pergi, kamarmu ada di samping kanan." Aiden acuh pandangannya hanya fokus ke arah ponsel itu dan pergi begitu saja.
Tubuh kekar itu lenyap beserta suara dentuman pintu, Dera menarik napas dengan sangat pelan. Apa yang harus ia lakukan saat ini? merapikan kamar Dera sudah sangat yakin pasti banyak maid yang bekerja di sini lalu membereskan barang-barang? ia bahkan hanya membawa diri beserta kaos yang melekat di tubuh rampingnya.
Kedua maniknya sedikit penasaran untuk melihat berbagai bingkai foto yang berderet rapi di atas meja nakas berukuran cukup panjang, jemari tangannya menelusuri seirama dengan manik miliknya sampai terhenti di satu bingkai foto seorang wanita tengah berfoto mesra dengan seorang pria yang tak lain dan tak bukan adalah Aiden sendiri.
Dera tebak jika itu kekasih Aiden, lalu kenapa? gadis itu sedikit mengingat kembali ucapan Aiden jika dirinya harus menjadi kekasihnya ralat mengaku jadi kekasihnya jika pria itu sudah jelas-jelas memiliki kekasih.
Huh! rasanya Dera mulai tak nyaman tinggal di sini baru beberapa menit saja perasaannya terasa selalu gelisah, Dera masih melihat bingkai foto dan mematut bentuk tubuhnya di depan cermin yang tak memiliki jarak jauh darinya, untuk masalah surai ia memiliki surai panjang, lalu tubuhnya tidak terlalu pendek juga tidak terlalu gemuk. Dera menyampingkan postur tubuhnya, lekukan pinggang terbentuk tak mengecewakan, dan ukuran buah dada untuk seusianya kebilang normal tapi ketika manik itu menatap tepat bagian bokongnya, Dera merenung.
Memang tepos!
Ah! Dera menghentak-hentakan kedua kakinya, kenapa kepikiran ucapan Aiden yang sudah sangat jelas jika itu body shaming tapi melihat wajah wanita dengan bentuk tubuh sempurna Dera seperkian detik merasa minder.
🌸🌸🌸
Dera mengucek kedua matanya dan segera mematikan alarm di atas nakas, ia menguap lalu merentangkan kedua tangannya di udara. Sinar matahari menyambutnya dengan cahaya yang cukup terang. Dera menoleh sekilas ke arah balkon, rupanya bukan mimpi jika ia tengah berada di dalam kamar dengan ukuran sangat luas, mungkin satu kamarnya saja bisa sama dengan luasnya apartemen milik Dera.
Mengingat apartemen, Dera merasa rindu padahal baru sehari ia meninggalkan tempat semua kenangan beserta memori memilukan ia simpan di sana. Dera berniat untuk pulang sebentar dan akan segera kembali ke tempat mansion Aiden.
Sebelum keinginannya tercapai, Dera mengendap-ngendap menuju balkon kamarnya ini masih pagi dan ada seseorang yang sudah berenang? meski jam sudah menunjukkan pukul sembilan tetap saja untuk Dera itu masih sangat pagi di hari weekend.
Mata polosnya menangkap pamandangan indah dari makhluk ciptaan Tuhan yang sangat sempurna, Dera terkagum-kagum melihat Aiden bertelanjang dada keluar dari kolam renang dengan tetesan air yang membasahi surainya, jika di pikir-pikir meski sudah berumur wajah serta tubuhnya sudah tak di ragukan lagi, pantas saja pria itu tak bergairah melihatnya sudah jelas tipe wanitanya pasti yang memiliki tubuh bahenol dan seksi.Dirinya? cocok hanya sebagai pajangan saja.
Tunggu dulu! ada yang salah dengan ucapan batinnya, kenapa ia merasa kecewa karena ucapan Aiden akan bentuk tubuh tipisnya itu tak menggairahkan. Kau mengharapkan apa Dera? segera gadis itu menggeleng cepat menolak membenarkan atas otak mesumnya yang sedikit berulah.
Cukup lama memandang ke arah Aiden tanpa sadar jika manik pria itupun menoleh ke arahnya dan berhasil membuat Dera mengerjap cepat lalu menutupi rona merah di area wajahnya, ketahuan lagi!
Aiden mengudarakan satu tangannya dan memberi kode jika dirinya harus segera menghampirinya, Dera mengangguk tanpa protes lalu menjauh dari balkon dengan setengah berlari untuk menghampiri Aiden.
Sampai di tempat yang Aiden maksud, Dera masih memberikan jarak aman ketika Aiden masih bertelanjang dada dengan hanya memakai celana ketat mempertontonkan miliknya yang tengah berdesakan di dalam. Manik itu tak berhenti berulah lancang sampai suara deheman berhasil membuyarkan pikiran kotornya.
"Kemari." perintahnya.
Dera menggeleng pelan, "di sini aja om, cukup kok."
"Kemari!"
Dera salah tingkah, jika intonasi suara Aiden sudah membentak Dera merasa ketakutan. Pria itu jika menatapnya dengan manik membunuh membuat Dera mau tak mau melangkahkan kedua kakinya.
"Kenapa?"
"Maksud om?" Dera balik bertanya perasaannya merasa awkward kenapa sekarang tatapan Aiden tengah memperhatikan reaksi wajahnya.
Akhinya Aiden tersenyum tipis setelah mengamati wajah Dera, "nampaknya kamu ketakukan, om gak gigit kok."
Menyebalkan! Dera mengumpat baru satu hari bersama pria itu ia sudah banyak sekali mengumpat, terdengar kekehan renyah dari arah lawan bicaranya. Menurut Aiden ucapannya sangatlah lucu, sedangkan untuk Dera ucapan itu terdengar seperti ledekan.
"Sini temani Om," katanya dengan menepuk pinggiran kolam di samping tubuhnya.
Dera menurut, ia segera duduk lalu mencelupkan kedua kakinya ke dalam air kolam.
"Kamu bisa berenangkan?"
Belum sempat Dera menjawab Aiden terlebih dulu menyeburkan diri serta menyeret tubuh Dera untuk masuk ke dalam secara bersamaan baju kaos tipis beserta celana pendeknya ikut basah kuyup. Mereka berdua berenang bersamaan dengan posisi Dera mengalungkan kedua tangannya di tengkuk Aiden.
"Jangan salah paham, aku takut tenggelam." Dera segera mencari pembelaan atas perbuatannya yang spontan mengalungkan kedua tangannya.
'Serius Dera takut tenggelam!' Dera membatin mengulangi.
Aiden tak merespon, wajahnya datar dan tak begitu peduli dengan ucapan gadis kecilnya, ia hanya menggendong tubuh tipis Dera untuk mengitari kolam, ide jahilnya pun tiba tanpa aba-aba Aiden menenggelamkan tubuhnya beserta Dera dalam gendongannya.
Sontak gadis itu berusaha untuk naik ke permukaan sesegera mungkin mencari pasokan oksigen, ini gak lucu! ia belum ingin mati muda di tambah belum menikah pula.
Kedua kakinya tanpa sengaja menapak dasar kolam, untungnya kolam itu hanya sebatas dagunya setidaknya ia masih mampu menghirup udara dan tak berakhir mati mengambang di atas kolam.
"Menyebalkan!" gumamnya dan Dera berharap jika Aiden tak mampu mendengarnya.
"Om!"
Protes gadis itu ketika tiba-tiba saja tubuhnya terangkat cukup tinggi ke permukaan kolam, kedua tangan kekar milik Aiden memeluk erat kedua pahanya dan repleks kedua tangan Dera mencengkeram kuat kedua pundak Aiden.
Aiden kembali terkekeh garing melihat ekspresi menggemaskan dari gadis kecilnya, sampai tawanya terurai ketika tanpa sengaja kedua manik miliknya melihat pemandangan yang berhasil mengalihkan tawanya, bra berwarna merah tercetak jelas di balik kaos tipis milik Dera menyuguhkan dua gundukan piramida yang menggebul saling berdesakkan.
'Shit! buah dadanya besar juga.'
___________________________
Hayo siapa yang ngebatin di akhir? 😎😎
KAMU SEDANG MEMBACA
SUGAR BABY
RomanceDERA & AIDEN "Dera gak sengaja Om, serius deh." dengan kedua puppy eyes miliknya. "lagian Om kenapa bengong di pinggir jalan? jadi minuman itu tumpah kena jas Om." Dera tak memperhatikan bagaimana rahang kokoh pria itu mengetat saking sibuknya menge...