Tante Marta jahat, tante Marta sadis. Itulah yang Dera umpatkan saat ini seharusnya ia bahagia? sangat jelas seharusnya ia bahagia, bagaimana tidak? sebuah bangunan megah itu sudah berdiri tegak di depan mata. Ya, Dera sudah setengah jam pergi dari toko tante Marta setelah dengan mudahnya wanita itu menerima uang satu koper dengan wajah semringah, rasanya Dera ingin membunuhnya saat itu juga!
Jika bukan karena tubuh kekar milik pria bernama lengkap Aiden Alesandrio itu memanggul tubuh nya layaknya karung beras, bersikeras memberontakpun percuma tenaganya seperti sebuah cubitan kecil di tubuh Aiden.
Dera masih berdiri mematung sebelum suara deheman seksi itu mengejutkan tubuhnya, "belum pernah lihat mansion semegah itu ya?" tanyanya.
Dera mengangguk menyetujui ucapan pria di sampingnya, "iya om."
Apa?dia bilang om? setua itukah wajahku? batin Aiden protes. "kau panggilku apa tadi?"
"Om." Dera mengulangi lagi ucapannya, "om Aiden." kali ini ia memberanikan diri untuk menatap manik Aiden lalu seperkian detik kemudian Dera memalingkan wajahnya.
'aku tinggal di tempat seperti ini? kayanya hanya mimpi.' Dera kembali membatin tak percaya. "emmmmph om Dera pamit untuk pulang."
"Kata siapa kau boleh pulang? sekarang masuk!" Aiden menarik cepat pergelangan tangannya tanpa aba-aba sedangkan Dera melangkah terseok-seok mengikuti dari belakang.
Di dalam interior mansion itu benar-benar mengagumkan, Dera tak mampu berbohong untuk tidak mengaguminya, memang benar selama hidupnya hanya mansion ini yang pertama kali Dera lihat, sejauh ini gadis itu hanya keluar dari rumah hanya untuk bekerja dan terus bekerja.
"Om, kita mau kemana?"
"ke kamarku." Aiden menjawab dengan to the point.
Dera melongo tak tahan, untuk apa ke kamar lalu hanya berdua? Ayolah, otak mesum jangan menguasai! sudah cukup Dera segera menyingkirkan pikiran kotornya, suasana nampak kikuk saat bokong teposnya sudah mendarat di tepi kasur. "kita mau ngapain om?"
"Menurutmu?" Aiden menyeringai menakutkan dengan membuka satu persatu kancing kemejanya setelah menanggalkan jas itu entah di mana.
"Kenapa om buka kemejanya?"
"Kenapa om buka baju?"
"AAAAAAAA!!!" Dera berteriak ketika tubuh Aiden setengah telanjang menampilkan dada yang sangat seksi untuk di nikmati, sayangnya Dera segera menutup kedua matanya agar tidak terkontaminasi oleh otak mesumnya.
Aiden terkekeh cukup nyaring, banyak wanita yang menginginkan situasi seperti ini tapi lihatlah bagaimana gadis yang baru ia bawa tiga puluh menit yang lalu berteriak ketakutan ketika ia bertelanjang dada, sangat menggemaskan. "buka matamu."
"Tidak!"
"Buka matamu!" Aiden meninggikan intonasi suaranya.
Dera menggeleng, "tidak om!"
"Aku tidak suka melakukannya tanpa bertatapan muka, Dera!"
Dera menelan salivanya, rasanya buliran bening itu sudah akan memenuhi pelupuk matanya, haruskah ia merelakan keperawanannya saat ini? Tidak! itu ide yang buruk, Dera menepis kepasrahannya. "memangnya om mau apain Dera?"
"Tentu saja mengobrol untuk menggantikan uang empat milyarku tadi, sekarang buka matamu aku sudah berpakaian kembali."
Mendengar ucapan Aiden, akhirnya Dera menurunkan kedua matanya dan memang benar pria itu sudah mengganti pakaiannya, Aiden menatap aneh ke arah Dera. "apa yang kau pikirkan? kemarilah." Aiden menepuk-nepuk sofa kosong di sebelahnya.
Dengan ragu-ragu Dera menuruti ucapan Aiden, gadis itu duduk di sofa yang sama namun Dera benar-benar memilih jarak aman mengingat pria di sampingnya itu pria yang sudah sangat dewasa, "aku tidak memiliki uang sebanyak itu om."
"Aku menginginkan hal lain untuk menggantinya," bisik Aiden tepat di telinga Dera.
Kedua mata gadis itu membulat tak menyadari jika posisi Aiden sudah sangat dekat dengan tubuhnya, "maksud om?" dengan takut-takut Dera memberanikan diri untuk bertanya.
"Aku butuh bantuanmu, karena tidak mungkin kau menghangatkan ranjangku. Tubuhmu terlalu kurus dan jelas-jelas tidak berisi."
"Om itu namanya body shaming! seenaknya ngehina tubuh orang!"
Aiden kembali tertawa renyah mendengarkan ucapan gadis itu tapi memang benar tubuhnya terlihat kurus, buah dada yang kecil dan bokong yang tepos sangat-sangat tidak menyelerakan napsu biologisnya. Aiden memijat dahinya, "jadi kau mau menjadi penghangat ranjangku? nampaknya kau tak terima dengan keadaan tubuhmu itu."
"Memangnya Dera harus ngapain untuk jadi penghangat ranjang om?" Dera kembali bertanya dengan wajah polosnya.
Aiden menahan tawanya, gadis itu benar-benar menggemaskan sekali. "kau masih perawan?"
"Kenapa bertanya begitu?" nada suaranya terdengar takut-takut bahkan tanpa sadar Dera sudah menyilangkan kedua tangannya untuk memeluk dirinya sendiri.
"Kau pikir menjadi penghangat ranjang itu bagaimana? tentu saja berhubungan intim Dera." Aiden tak kuasa menahannya lagi gadis itu benar-benar polos sampai akhirnya Aiden tertawa lebar sembari memegangi perutnya.
"Apanya yang lucu om? mana Dera tahu apa maksud om."
"Berapa umurmu?" Aiden kembali dengan tatapan seriusnya.
Dera meneliti raut wajah pria dewasa di depannya memang sangat sulit untuk di tebak. "sembilan belas om."
"Berhenti panggil Om!" protesnya dengan tegas, Aiden sudah habis kesabarannya, memangnya sudah setua itukah?
"Lalu harus di panggil apa? lagipula wajah om Aiden itu sudah nampak menua." Dera menggodanya dengan puppy eyes khas miliknya.
Aiden bungkam usianya memang sudah tak lagi muda, tiga puluh dua dan Aiden sudah bosan terus menerus di tagih untuk segera menikah.
"Aku ingin memberikan suatu penawaran, jika kedua orangtuaku berkunjung kau menjadi kekasihku sedangkan jika mereka sudah kembali pulang kau menjadi pelayan pribadiku dan hutangmu lunas." Aiden berkata panjang kali lebar sebari menyesap red wine yang telah ia goyang-goyangkan dalam gelasnya.
"Tapi Dera masih boleh punya kekasih? kekasih asli yang Dera cintai?" tanyanya serius kali ini.
Aiden menggeleng pertanda bahwa pria itu tak setuju.
"Kok gak boleh?" Dera berniat protes.
Aiden memilih untuk beranjak bangun lalu melenggang pergi menuju balkon, satu tangannya merogoh sesuatu dalam celananya dan sebuah ponsel bermerk mahal sudah berada dalam genggamannya, "hallo sayang?"
"Baiklah, aku akan segera menjemputmu."
______________________________
Jangan lupa dukungannya ya, biar author semakin semangat 😒😒😒😒
KAMU SEDANG MEMBACA
SUGAR BABY
RomanceDERA & AIDEN "Dera gak sengaja Om, serius deh." dengan kedua puppy eyes miliknya. "lagian Om kenapa bengong di pinggir jalan? jadi minuman itu tumpah kena jas Om." Dera tak memperhatikan bagaimana rahang kokoh pria itu mengetat saking sibuknya menge...