02. Pertemuan

0 0 0
                                    

Valerina POV

Kakiku kini melangkah menuju gerbang utama sebuah rumah minimalis yang sangat sederhana tetapi masih terlihat mewah dan elegan. Seorang satpam membukakan gerbang dan menyapa seorang wanita di sampingku, ya itu adalah Nyonya Lily.

Di perjalanan menuju rumah tadi, kami sempat berkenalan dan saling bertukar cerita. Ternyata, Nyonya Lily seorang istri dari pengusaha terkenal di daerah Sumatera Utara di bagian material dan alat berat. Tadi empat kami berdebat kecil mengenai panggilan untuknya, dan dia tidak kau dipanggil Nyonya maunya Bunda saja, dan ya aku setuju saja.

"Ayo nak" lamunanku seketika buyar saat sebuah suara ajakan mengangetkan ku. Bunda Lily berjalan pertama di ikuti dengan satpam yang membuka gerbang dan di susul olehku sambil membawa sebuah koper berisi pakaian dan perlengkapanku. Ya, kami tadi pergi ke kostan ku, katanya biar gak ribet, ya aku iyain aja ya .

"Apakah dia ada di kamarnya, Ton?" Bunda Lily bertanya kepada satpam yang di panggil dengan Toni itu. Bunda menatap sekeliling rumah dan mulai menaiki tangga menuju lantai atas. Aku hanya mengikuti saja dari belakangnya takutnya kesasar.

Tok .. Tokkkk....

Bunda berhenti di depan sebuah sambil mengetuk pintu bercat coklat muda dengan sebuah gantungan nama 'Darrel'. Nama yang bagus dan aku berharap wajahnya sesuai ekspektasiku.

"Darrel, kamu di dalam kah nak?" Tanya Bunda sambil menempelkan telinganya ke daun pintu, aku hanya menatap lorong lantai atas ini. Di lantai atas ini terdapat 3 kamar dan ada sebuah ruangan seperti ruangan santai. Dan di luar sepertinya rooftop mini yang menghadap pemandangan kota Yogyakarta dan langit biru.

"Hmz" sebuah suara dingin menyahuti pertanyaan Bunda. Aku mulai penasaran, apakah anaknya Bunda ini masih anak SD? SMP? Atau bahkan SMA? Aku sih berharap anak SD yang unyu dan imut.

Bunda segera membuka pintu dan masuk disusul denganku di belakang. Kamar luas dengan dinding abu-abu di hiasi oleh beberapa kata motivasi, foto dan juga pajangan lainnya. Kamar yang sangat indah di pandang mata, tapi tidak dengan keadaan kamar yang berantakan. Aku mulai kecut melihat pemandangan kamar yang sangat berantakan ini, seperti habis terjadi gempa bumi saja.

Di dekat jendela kaca yang sangat besar dan tinggi, seorang pemuda duduk di sebuah kursi roda dengan menatap lurus menembus kaca. Earphone yang menempel di telinganya dengan sebuah kertas kanvas dan pensil di tangan kanannya.

Bunda menghampiri pemuda itu, ya seorang pemuda dan ini fakta yang sangat mengejutkan. Aku kira anaknya seorang bocah SD ternyata, seumuranku atau beberapa tahun di atasku, entahlah aku bingung dan sedikit shock.

"Darrel, lihat Bunda membawa siap?hm?" Bunda jongkok dan menggenggam tangan pemuda itu sambil tersenyum menatap wajah anaknya yang masih belum ku kenali.

Pemuda yang di panggil Darrel itu membalas tatapan ibunya dan membalikkan badan untuk melihat ke arahku.

Wajah itu. Tentu aku sangat mengingat jelas wajah yang dulu sangat aku kagumi dengan sejuta pesonanya. Aku mulai gugup dengan pertemuan ini, mencoba tersenyum untuk menutupi kegugupanku dan segera mendekat ke arahnya.

"Hai Darrel, namaku Daisy Valerina Tabitha. Kau bisa memanggilku dengan sebutan Lerina atau Bitha, terserah untukmu" aku mulai memperkenalkan diriku dan tersenyum ke arahnya. Sungguh, aku sangat berharap dia tidak mengingat ku dan atau bahkan melupakanku saja.

"Hmz." Jawabnya sangat singkat, oke tidak masalah. Darrel kembali menatap ke arah Ibunya, kali ini dengan tatapan sangat kesal dan jengkel.

"Mama kok bawa pembantu lagi sih?! Kan Darrel sudah bilang ma, aku gak butuh orang buat jagain aku! Aku tuh udah besar ma! Aku bisa jaga diriku sendiri, dan mama gak pernah ngerti itu" dia mengeluarkan kekesalannya sambil sesekali menatap tajam ke arahku.

Ku lihat Bunda hanya bisa tersenyum kecil dan mulai bangkit. Bunda mendekatiku dan membawaku untuk mendekati kursi roda Darrel.

"Dia gadis yang baik, dan Mama percaya kok, Bitha pasti bisa jaga kamu dan rawat kamu bang " Bunda mulai menjelaskan dengan tetap tenang, mencoba memberikan pengertian kepada Darrel.

"Bitha juga akan tinggal disini, jadi kamu gak akan kesepian lagi. Dari mulai perlengkapan kamu dan semua urusan kmu akan di kerjakan dan tanggung jawab oleh Bitha" Darrel sedikit tidak yakin dengan penjelasan Bunda dan segera menatapku.

"Berapa usia lo?" Tanya Darrel kepadaku, aku sedikit ragu menjawab pertanyaan nya dikarenakan tatapannya yang sangat tajam dan intens.

"24 tahun, Tuan" jawabku degan cepat , takut dia semakin menanyai ku.

"Masih muda, kenapa mau jadi pembantu hah?" Tanya nya lagi kepada ku, kali ini Bunda segera menatap lekat Darrel.

"Mungkin ini pekerjaan yang Tuhan kasih, Tuan. Jadi, saya harus menerima nya dan bertanggung jawab atas pekerjaan ku itu." Aku menjawab dengan tenang, ku lihat Bunda tersenyum ke arahku dan mengacungkan jempol nya.

"Yaudah terserah" kali ini Darrel memutus pembicaraan dan kembali melukis di kanvas yang sempat berhenti. Ku lihat di kertasnya, sebuah gambar seorang gadis yang sangat cantik.

"Baiklah, kalo gitu Bitha kamu bisa kembali ke kamar mu ya, ada di lantai bawah. Kamu sekarang bisa istirahat, dan untuk pekerjaan mu bisa kamu mulai dari sore saja." Aku hanya diam dan menganggukkan kepala saat Bunda berbicara dengan ku.

" Oh iya Darrel, Mama minta maaf ya sayang, gak bisa lama-lama disini jagain kamu. Sekarang kan udah ada Bitha yang akan jagain kamu. Kamu tahu kan nak kakak iparmu si Raisa akan melahirkan, jadi Mama harus ada di sampingnya dan jagain cucu Mama yang lainnya." Kali ini ku lihat wajah Tuan Darrel semakin dingin dengan tatapannya yang semakin tajam dan tangan yang mulai terkepal.

"Nanti sore jam keberangkatan pesawat Mama, jadi Mama minta maaf banget ya, nak. Kamu gak perlu khawatir nanti Mama akan usahakan untuk menjenguk kamu." Bunda mendekat dengan Tuan Darrel, kulihat Tuan Darrel semakin emosi.

"Udah biasa juga kali Ma, it's okay Ma no problem." Dari nada bicaranya, aku bisa melihat bahwa Tuan Darrel sangat marah.

"Kalo gitu, Mama langsung pergi ya. Bitha, Mama minta tolong ya buat kamu jagain si Darrel ini, kalo ada apa-apa kamu bisa hubungi Bunda" bunda segera memeluk ku dan juga memeluk Darrel bergantian, pergi keluar kamar dan menghilang di telan  waktu.

"Lo bisa keluar" oke, mulai sekarang perjalanan ujian hidup akan di mulai dan aku berharap bisa melewatinya.

"Permisi Tuan" pamitku dan segera berlari kecil menuju kamarku di lantai bawah.

✨✨✨

Gimana nih bagian 2 nya, suka gak? Penasaran? Yuk, baca cerita selanjutnya dan jangan lupa vote dan komen ya! Thank you 💕

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 15, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Can't Stop Loving  You !Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang