Chapter 4

10 3 0
                                        

Sepulang dari Cafe, Haechan memilih untuk pergi ke suatu tempat untuk menemui seseorang. Tapi sampainya di sana. Dia melihat pemandangan yang tidak mengenakan.
 
Ternyata, Xiaojun sedang berciuman dengan Ru Xue yang diakuinya sebagai sepupu. Haechan memilih untuk mengendap-endap mendekati mereka lalu sembunyi.
 
“Gege, sampai kapan kita terus menyembunyikan hubungan ini? Aku tidak mau seperti ini terus. Aku ingin kepastian darimu.” Kata Ru Xue.
 
“Sabarlah sayang, Gege akan segera menikahi Hyeon Ae, setelah itu aku ambil alih hartanya dan ceraikan dia.”
 
“Kalau begitu, nanti perutku membesar dulu. Kau harus segera menikahiku Gege, aku sedang mengandung anakmu!” kesal Ru Xue.
 
“Hey jangan merajuk seperti itu, nanti kecantikanmu luntur.” Ucap Xiaojun sambil mencubit pipi Ru Xue membuat wajah gadis itu merona.
 
Haechan amat sangat terkejut mendengar percakapan mereka. Dia juga sudah merekamnya sebagai bukti.
 
KRASAK
BRUG!
 
“Yak! Siapa itu?!” seru Xiaojun.
 
Haechan yang tidak sengaja menginjak ranting dan jatuh tersandung akar pohon. Akhirnya ketahuan.
 
“Hae–haechan?! Se–sejak kapan kau di situ?”
 
“Dasar brengsek! Aku kira kau benar-benar mencintai Hyeon Ae tapi ternyata, kau hanya menginginkan hartanya saja, ya? Bahkan kau berbohong, kalau Ru Xue adalah sepupumu tapi ternyata benar, dia selingkuhanmu.”
 
“Ka–kau mendengar semuanya?!”
 
“Iya, bahkan aku sudah merekamnya sebagai bukti, kalau kau bukan orang yang baik! Permisi!” Haechan segera pergi.
 
“Yak! Lee Haechan!” teriak Xiaojun begitu ketakutan dan panik. Dia ingin sekali mengejarnya tapi Ru Xue menahannya.
 
“Biarkan saja dia pergi, Gege.”
 
“Ta–tapi, bagaimana kalau dia mengatakan semuanya pada Hyeon Ae?”
 
Ru Xue tersenyum sinis. “Tenang saja, itu tidak akan terjadi.”
 
‘Aku tidak akan membiarkanmu merusak rencanaku, Lee Haechan.’ batin seseorang sambil menyeringai.  
 
Haechan sampai di rumah, dia langsung meneguk air yang di ambilnya dari lemari pendingin sampai habis.
 
“Dasar baj***an! Berani sekali dia menghianati Hyeon Ae. Ya, aku harus memberitahunya besok, sebelum pria brengsek itu melamarnya.” gumam Haechan sambil meremas botol air mineralnya.
 
-“””-
Hari ini langit begitu gelap, udarapun terasa sangat dingin.  Haechan berencana menemui Hyeon Ae sepulang kerja.
 
“Sepertinya akan turun hujan. Tidak, aku tidak boleh diam saja. Aku harus menemui Hyeon Ae.” gumamnya lalu bergegas pergi.
 
“Tunggu Chan, apa tidak terlalu terburu-buru? Tidak mungkin kan datang ke rumahnya hanya untuk memberitahukan tentang hal itu? Hyeon Ae pasti akan terkejut dan tidak percaya begitu saja.” Kata Jaemin yang baru saja mendengar semua cerita Haechan tentang apa yang terjadi kemarin.
 
Terdengar hembusan napas begitu berat dari lawan bicaranya itu. “Kau benar. Tapi, bagaimana kalau Xiaojun berhasil melamar Hyeon Ae dan menyampaikan niatnya untuk segera menikahinya?”
 
Jaemin memegang bahu Haechan. “Kau harus tenang dulu, baru bergerak. Aku yakin Tuhan akan memberikan yang terbaik.”
 
Haechan mengangguk.
 
“Ayo pulang, sebelum hujan turun.” Ajak Jaemin. “Kau tidak membawa motor, kan? Aku antar sampai rumah.” Tambahnya lagi.
 
Pagi ini, Haechan pergi ke supermarket untuk membeli beberapa keperluan bulanannya. Iya, kemarin habis gajian dan kebetulan ada beberapa kebutuhannya yang habis, seperti sabun dan lainnya.
 
Sesampainya di rumah dan belum juga masuk. Ponsel Haechan bergetar tanda pesan masuk.  
 
(“Haechan, bisakah kita bertemu di taman Kota? Ada hal penting yang ingin aku sampaikan.” Hyeon Ae.)
 
Dia segera pergi menemui Hyeon Ae. Di perjalanan Haechan membeli makanan kesukaan sahabatnya. Sampai di taman Kota, Ia langsung menghampirinya.
 
“Bagaimana kabarmu?”
 
“Aku baik-baik saja. Kau lihat, kan?”
 
Hyeon Ae menatap tajam. “Kenapa kau tidak memberitahuku waktu kau sakit? Kau sudah tidak menganggapku teman baikmu lagi, iya?”
 
“Eh? I–itu karena_”
 
“Lupakan. Aku mengajakmu bertemu untuk memberikan kabar gembira.” Hyeon Ae memperlihatkan jarinya manisnya. “Xiaojun melamarku kemarin dan kami juga sudah merencanakan pernikahan.”
 
DUAAAR!
 
Bagaikan tersambar petir, kabar tersebut membuat jantung Haechan seolah berhenti sedetik lalu hancur. Bukan kabar gembira baginya, tapi kabar buruk.
 
“Bagaimana? Cocok tidak cincinnya? Aku senang sekali, akhirnya setelah bertahun-tahun dan sempat putus, kami akan menikah.”
 
Haechan bergeming sambil menatap lamat wajah Hyeon Ae dari samping.
“Aku turut bahagia. Tapi ... apa kau yakin dengan akan menikah dengan Xiaojun?”
 
“Kenapa kau bicara seperti itu? Kami sudah lama berpacaran dan dia begitu sangat baik. Tentu saja aku yakin.”
 
“Bagaimana kalau dia hanya pura-pura baik dan mengincar sesuatu darimu? I–ini hanya perumpamaan,”
 
Gadis itu memberi tatapan tidak suka pada ucapan Haechan.
“Aku tahu betul bagaimana Xiaojun. Dia bukan orang seperti itu!”
 
Haechan mendengkus dan berniat memperlihatkan rekaman itu. Tapi, dia urungkan saat Hyeon Ae mendapatkan telepon.
‘Aku tidak bisa membiarkan Hyeon Ae terjebak oleh kepalsuan Xiaojun.’
 
“Haechan, Xiaojun ingin ke sini menjemputku.”
 
“Begitu ya? Kalau begitu, aku pulang. Aku ada janji juga dengan Doyoung Hyung.”
 
“Yaah ... kenapa harus pulang? Padahal kan kita bisa ngobrol sama-sama. Ya sudah hati-hati ya!”
 
Haechan mengangguk lalu pergi. Saat di perjalanan, Dia merasa ada orang yang mengikutinya. Sesekali dia menoleh kebelakang untuk memastikan. Tapi, zonk!
 
Dia terus berjalan menuju rumah Doyoung Hyung. Beberapa meter lagi sampai di rumah tersebut. Tiba-tiba seseorang menabraknya.
 
BRAAK!
 
Haechan terpental membentur tembok rumah, kondisinya sangat memprihatinkan. Darah segar langsung menbanjiri jalanan.
 
Ia berusaha untuk teriak tapi tidak bisa. Tubuhnya sudah terasa remuk. Matanya membulat saat melihat seseorang berdiri di depannya.
 
“Inilah akibatnya, kalau kau terlalu ikut campur urusanku.” Ucap orang itu sambil tersenyum sinis lalu pergi.
 
Mendengar suara gaduh, pemilik rumah langsung keluar dan betapa terkejutnya Kim Doyoung, saat melihat ada seseorang tergeletak di depan rumahnya.
 
“Hae–haechan?!” tanpa pikir panjang, Doyoung langsung membawanya ke rumah sakit.
 
Sudah cukup lama Doyoung menunggu di depan IGD dengan perasaan cemas dan tak karuan. Jaeminpun datang saat mendapat telepon darinya.
 
“Hyung, bagaimana kondisi Haechan?” tanya Jaemin yang baru saja datang.
 
“Dokter belum keluar. Semoga saja Haechan bisa_” kalimat Doyoung belum selesai.
 
Dokter keluar dan segera di sambut oleh kedua pemuda yang menunggu sejak tadi.
 
“Dokter, bagaimana kondisi adikku?” tanya Doyoung.
 
Terlihat raut wajah tidak menyenangkan di wajah Dokter bernama Dong Min. Dia membuang napas berat.
“Kondisinya sangat parah. Masuklah, Pasien ingin bertemu kalian.” Ucapnya.
 
Doyoung dan Jaemin langsung masuk. Haechan terlihat begitu lemah dengan alat bantu pernapasan.
 
“Hyung, Jae–min.” ucapnya dengan suara berbisik.
 
Doyoung langsung mengganggam tangan Haechan. Jaemin tidak kuat menahan air matanya.
“Chan, maafkan Hyung. Kalau saja, aku keluar saat kau memintanya. Mungkin kau_”
 
Haechan menempelkan jarinya ke bibir Doyoung.
“Bisakah aku minta tolong?”
 
“Iya katakan, kau mau apa huh?”
 
“Ambilah surat dan recorder kecil di laci mejaku di kamar. Berikan itu pada Hyeon Ae di hari pernikahannya.”
 
“Iya, aku akan melakukannya tapi kau harus_” ucapan Doyoung terhenti saat Haechan batuk dan mengeluarkan darah kemudian genggamannya melemah.
 
Panik langsung menghampiri Doyoung dan Jaemin. Perawat dan Dokter yang ada sedari tadi mengawasi segera bergerak.
 
“Haechan-ah, bangun ... buka matamu, hyung mohon.”
 
“Hyung, aku sangat lelah, aku ngantuk, biarkan aku tidur.” Bisik Haechan.
 
Doyoung melihat Dokter. Dia menggeleng memberi isyarat bahwa sudah tidak ada harapan lagi.
 
“Iya, k–kau boleh tidur, istirahatlah dengan tenang.”
 
TUUUUUUUUUT .... monitor berbunyi menunjukan garis lurus.
 
Jaemin terduduk di lantai sambil menangis. Doyoung menggenggam erat tangan Haechan sambil menangis.
 



Gimana, sudah nangis belum bestie? 🥺, maaf author gak sediain tisu karena habis di pake sendiri 😭. Menjelang part terakhir nih ... sedia tisu ya untuk part terakhir.

Terima kasih sudah mampir ke ceritaku ini dan sudah kasih semangat juga ❤💚

GOOD PERSON  (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang