Chapter 5 (END)

14 3 0
                                    


Special untuk chapter ini, bisa sambil dengerin lagunya ya, judulnya Good Person - Haechan NCT. Yuk langsung aja kita simak chapter endingnya.

-Seminggu kemudian-

Hyeon Ae tampak bahagia menatap cermin. Balutan gaun putih terlihat begitu serasi dengan badannya membuatnya semakin cantik.
 
Hari ini dia akan menikah dengan lelaki pujaan hatinya, Xiao Dejun. Berkali-kali dia menghubungi seseorang tapi ponselnya tidak aktif. Iya ... sudah seminggu ini. Dia sulit menghubungi Haechan, bahkan tidak ada kabarnya dan batang hidungnya juga tidak terlihat di Cafe.
 
“Dasar kejam! Kenapa menjelang hari bahagiaku, kau malah hilang bagai di telan bumi, Lee Haechan! Awas saja, kalau kau tidak datang. Persahabatan kita berakhir.” Gerutunya sambil melihat foto Haechan dan dirinya.
 
“ Hyeon Ae, ayo cepat. Xiaojun sudah menunggu di altar.” Ucap sang Ayah.
 
Hyeon Ae berjalan bergandengan dengan sang Ayah menuju altar. Terlihat Xiaojun dengan tuxedo hitam membuatnya terlihat semakin tampan.
 
Acara pemberkatan berjalan dengan lancar. Kedua mempelai berdiri di pelaminan cukup lama kemudian berbaur dengan para undangan terutama teman-teman kerja keduanya.
 
Hyeon Ae melihat Doyoung di kejauhan. Pria itu melambaikan tangannya memintanya untuk menghampiri.
 
Keduanya sudah berada di tempat yang cukup sepi dari para undangan.
 
Hyeon Ae melihat kesekelilingnya seolah mencari seseorang.
“Kau datang sendirian? Mana Haechan?”
 
Hati Doyoung terasa begitu sakit dan sesak mendengar ucapan gadis itu.
“Iya, aku sendirian. Haechan tidak bisa hadir, maaf.”
 
“Kenapa? Apa dia tidak menganggapku sebagai sahabatnya eoh?! Menyebalkan! Sahabar macam apa dia, di hari bahagia aku, dia tidak datang. Menyebalkan!” cerocosnya dengan sangat kesal.
 
Doyoung diam, dia tidak bisa mengatakan apapun saat ini. Kemudian memberikan sepucuk surat dan recorder kecil pada Hyeon Ae.
 
“Haechan menitipkan ini untukmu.”
 
Hyeon Ae menerimanya, lalu membuka surat tersebut dengan perasaan tidak enak yang hadir saat itu juga.
“K–kenapa Haechan memberikan ini? A–apa ter–jadi sesuatu padanya?” tanyanya sambil menatap Doyoung dengan sendu.
 
Dear
Seo Hyeon Ae
 
 
Bagaimana kabarmu hari ini? Kau pasti sudah bahagia menikah dengan pria yang kau cintai, kan? Selamat ya.
Maaf, mungkin selama ini, aku tidak bisa bersamamu dan menemuimu. Karena, aku harus pergi. Oia, mulai sekarang, kalau kau sedang terluka dan menangis, aku tidak lagi bisa mengatakan.
 
“Apa yang terjadi hari ini?”
“Wajahmu terlihat seperti baru saja menangis?”
“Apakah dia menghancurkan hatimu?”
 
Hahaha ... kau pasti bosan, kan, mendengarnya? Tapi, Saat kamu tersenyum, aku juga menyukainya.
Dan saat kau merasa kecewa, aku selalu memberimu kopi dari mesin penjual otomatis. Dan kau tahu kenapa? Karena aku menyembunyikan hatiku di dalamnya.
 
Apakah kau masih ingat, waktu dimana kita duduk istirahat di depan sekolah temanku, Na Jaemin saat SMA, dulu?
 
Saat Jaemin bercanda, bahwa kita terlihat seperti sepasang kekasih. Aku merasa sangat bahagia mendengarnya dan bodohnya, aku berharap itu menjadi kenyataan.
 
Hyeon Ae, aku ingin kau tahu. Bagiku, Kau adalah hal yang paling berharga di dunia.
 
Saat kau mengatakan (“Terima kasih, kamu orang yang sangat baik.”)
Aku hanya bisa tersenyum mendengar kata-kata itu. Tapi aku sangat bahagia.
 
Oia, aku punya lagu yang bagus untuk masuk ke list musikmu. Lagu favoritku yang ku nyanyikan ulang. Kalau kau merindukanku, dengarkan saja lagu ini. Judulnya ‘Good Person’
 
Aku sering memutar lagu ini di Cafe dan teman-temanku bilang mereka bosan denganku, karena aku selalu menyanyikan lagu yang sama.
 
Hyeon Ae, Aku mencintaimu. Aku tahu itu kalimat yang bodoh karena, jelas sekali kalau kau sudah menjadi milik orang lain. Tapi ... itulah hatiku yang tulus.
 
Mulai sekarang, kau harus baik-baik saja. Karena aku tidak bisa lagi ada di dekatmu.
Aku hanya bisa melihatmu dari titik yang sangat jauh di belakangmu. Dan saat orang itu membuatmu menangis, kau harus kuat! Atau dengarkan lagu itu. Karena hanya itu, yang bisa aku lakukan untuk menghiburmu.
 
Selamat tinggal Seo Hyeon Ae, semoga kau bahagia selalu.
 
 
Dari orang yang baik,
Lee Haechan
 
Selesai membaca surat itu, Hyeon Ae menoleh ke Doyoung.
“Kenapa Haechan memberikan surar ini padaku? Memang, dia pergi kemana? Kenapa dia tidak berpamitan padaku? Sahabat macam apa dia, pergi di saat hari bahagiaku!” berbagai pertanyaan melesat dari mulut gadis itu dengan nada sedikit kesal.
 
Doyoung yang sedari tadi berusaha menahan air matanya, akhirnya terjatuh tapi segera ia menyekanya.
 
“Kau ingin tahu, di mana Haechan sekarang, iya?”
 
Hyeon Ae mengangguk.
 
Gadis itu terduduk lemas di depan makam sahabat terbaiknya. Matanya sudah membengkak karena terus menangis. Mulutnya begitu sulit untuk mengucapkan kata-kata untuk sekedar menyapa.
 
Doyoung dan Jaemin yang mengantar dan menemaninya, hanya bisa diam. Mereka tahu dan sangat tahu bagaimana perasaan Hyeon Ae saat ini, karena merekapun merasakannya. Kehilangan, itu intinya.
 
Malam sudah semakin larut, tapi Hyeon Ae masih terduduk di sana. Doyoung dan Jaemin juga masih setia menemani walau jujur, mereka sudah merasa lelah bahkan Jaemin merasa kantuk.
 
“Hyeon Ae, ayo kita pulang. Ini sudah larut malam, suamimu pasti sangat cemas menunggumu.” Jaemin.
 
Gadis itu menggeleng sambil terus memeluk foto Haechan.
 
“Jangan seperti ini. Kau harus kuat dan merelakannya pergi. Haechan tidak akan tenang dan bahagia, kalau melihatmu seperti ini.” kata Doyoung.
 
Hyeon Ae melihat Jaemin dan Doyoung. Lalu beranjak berdiri tapi karena terlalu lama duduk. Kakinya terasa lemas dan sedikit susah untuk di gerakan sampai keseimbangannya hilang. Beruntung Doyoung langsung sigap menangkapnya.
 
“Aku tahu kau ada di sini melihatku. Terima kasih untuk semuanya, kau adalah orang yang baik, Lee Haechan. Kau pasti mendapatkan tempat yang indah di sana. Aku menyayangimu sampai kapanpun. Terima kasih.” Ucap Hyeon Ae lalu pergi.
 
Haechan yang ternyata benar ada di situ hanya menatap Hyeon Ae tanpa bisa melakukan apapun.
‘Terima kasih, Hyeon Ae.’
 
Sesampainya di rumah. Hyeon Ae terkejut saat melihat Xiaojun dan Ru Xue sedang bercumbu mesra di kamar.
 
“Xiao Dejun! Ru Xue!” teriak Hyeon Ae membuat kedua sejoli yang sedang melepas kepuasannya langsung terkejut dan gelagapan.
 
“Hyeon-Ae?!”
 
PLAK
PLAK
 
Dua tamparan hebat meluncur di wajah kedua orang tersebut.
 
“Kau benar-benar ba**ngan, Oppa! Kenapa kau lakukan ini padaku?!” Hyeon Ae amat sangat marah.
 
Xiaojun terdiam sambil menunduk. Sedangkan Ru Xue, dia mengendap-endap mencari celah untuk kabur. Tapi sayang, Hyeon Ae menyadarinya.
 
 “Ru Xue!” Hyeon Ae langsung menjambak rambutnya. “Dasar jalang! Wanita macam apa kau menggoda suami orang!”
 
Ru Xue menjerit kesakitan. Xiaojun langsung menghampiri dan mencoba menolong gadis itu.
 
“Lepaskan dia, Sayang. Dia kesakitan, lepaskan, aku mohon.” Pintanya.
 
Hyeon Ae tidak mau mendengar.
“Kau memohon untuk si jalang ini huh?! Dia merasakan sakit di fisiknya, lalu bagaimana denganku? Hatiku sakit!”
 
“A–ampun Hyeon Ae, a–aku mohon lepaskan. Aku minta maaf.” Ucap Ru Xue.
 
“Apa?! Maaf? Sampai kapanpun aku tidak akan memaafkan kalian!”
 
BRUGH!
 
Hyeon Ae menarik rambut Ru Xue lalu menyeretnya keluar. Parahnya lagi, dia belum sempat mengenakan apapun.
 
“Hyeon Ae!” teriak Xiaojun yang sudah memakai pakaiannya mengejarnya.
 
“Pergi kau dari sini! Sebelum aku membunuhmu!” bentar Hyeon Ae sambil menghempaskan Ru Xue ke jalanan.
 
“Hyeon Ae, A–aku mohon maafkan aku.” Ru Xue memohon bersujud di kaki wanita itu.
 
PLAK
PLAK
PLAK
PLAK
 
Hyeon Ae terus menampar wajah Ru Xue sampai memerah.
“Maaf? Aku bukan Tuhan yang yang Maha Pemaaf. Jadi, aku tidak akan pernah memaafkanmu. PERGI!”
 
“Baiklah, aku akan pergi. Tapi harus kau tahu, kalau Xiaojun menikahimu hanya untuk mengincar hartamu saja, setelah itu dia akan menceraikanmu dan menikah denganku. Iya kan Gege?”
 
Hyeon Ae terkejut mendengarnya. Dia menatap tajam penuh kemerahan kearah pria yang sudah menjadi suaminya. Bahkan baru kemarin di resmikan.
 
“A–apa itu bener, Xiaojun?”
 
Xiaojun tidak bisa mengatakan apa-apa. Dia menatap tajam Ru Xue yang sedang tersenyum puas.
 
“Itu tidak benar. Aku menikahimu karena aku mencintaimu, Hyeon Ae.”
 
“BOHONG!” ucap Hyeon Ae dan Ru Xue bersamaan.
 
“Hyeon Ae, Kau lebih percaya ucapan dia yang baru kau kenal daripada aku yang sudah hampir 6 tahun bersamamu, iya?”
 
“Jangan tertipu! Haechan tahu semua tentang ini. Dia mendengar semua percakapan ku dengan Xiaojun. Bahkan dia punya bukti rekaman di ponselnya.” Jelas Ru Xue.
 
“A–apa kau bilang?! Ja–jadi, Hae–haechan tahu semua tentang kebusukan kalian?!” Hyeon Ae amat sangat terkejut.
 
“Iya, tapi sayang, dia sudah tewas karena Xiaojun menabraknya. Iya kan, Gege?”
 
“A–apa?! Ja–jadi_”
 
“Yak! Ru Xue! Aku melakukannya karena idemu! Dasar wanita jalang!” Xiaojun mengayunkan pukulannya ke wajah gadis itu sampai tersungkur dan mengeluarkan darah segar dari hidungnya.
 
“Xiaojun, ke–kenapa kau_”
 
Xiaojun mengisyaratkan Ru Xue untuk pergi. Dia melemparkan pakaiannya. “Pergilah, aku akan menemuimu di rumah, setelah urusanku selesai.” bisiknya.
 
“Baiklah, aku akan pergi!” Ru Xue segera pergi.
 
“Hyeon Ae, maafkan aku.”
 
“Kau benar-benar kejam! Aku kira kau orang yang baik, tapi ternyata kau lebih jahat!”
 
Tidak lama, datang dua mobil menghampiri mereka. Salah satunya mobil polisi.
 
Hyeon Ae dan Xiaojun terkejut melihat kedatangan mereka. Dua polisi menghampiri Xiaojun.
 
“Saudara Xiaojun! Anda kami tangkap karena sudah melakukan pembunuhan berencana.” Tegas salah satu dari polisi itu.
 
Xiaojun terkejut. “Ti–tidak, bu–bukan aku yang melakukannya. Lepaskan! Hyeon Ae, kau yang melaporkanku iya?”
 
“Bukan dia, tapi aku.” Ucap seseorang yang keluar dari mobilnya.
 
“Do–doyoung, Sunbae?!” Hyeon Ae terkejut.
 
“Siapa kau huh?!” Xiaojun ingat sesuatu, dia pernah melihat lelaki itu si Cafe bahkan saat kejadian malam itu.
 
“Kau tidak mengenaliku? Aku teman kerja Haechan di Cafe, sekaligus kakaknya. Aku mobil dan juga kau saat kejadian, bahkan cctv di sekitar rumahku merekammu dan teman wanitamu, itu.” Jelas Doyoung.
 
“Sial!” umpat Xiaojun.
 
“Cepat bawa dia pergi ke penjara, Pak.” Kata Doyoung. 
 
“Saudara Xiaojun, anda di tangkap!” seru polisi bernama Dokhwan.
 
“Yak! Lepaskan aku! Kalian harus menangkap gadis itu juga!” teriak Xiaojun yang berusaha memberontak.
 
“Tunggu!” Hyeon Ae mendekati Xiaojun.
 
“Chagia, aku mohon. Maafkan aku.” Ucapnya memelas.
 
PLAK!
PLAK!
 
Hyeon Ae menampar keras Xiaojun sampai telapak tangannya terasa panas dan sakit. “Tunggulah surat cerai kita.” Ucapnya.
 
“Tidak Hyeon Ae, beri aku kesempatan untuk menjadi orang baik. Hyeon Ae!” Xiaojun langsung di bawa ke kantor polisi.
 
Hyeon Ae menangis di pelukan Doyoung. Dia tidak mengira kalau selama ini pria yang di kira baik ternyata begitu kejam. Bahkan dia mengabaikan Haechan, yang begitu baik dan tulus mencintainya walau tidak sempat mengatakannya.
 
“Kenapa ini semua terjadi padaku?” keluh Hyeon Ae.
 
“Kau harus kuat, Hyeon Ae.” Ucap Doyoung sambil menepuk-nepuk punggung Hyeon Ae.
 
Sementara itu, Ru Xue terus berjalan menelusuri jalanan Kota. Tiba-tiba ada 4 orang yang menghadangnya tepat di jalanan komplek. Karena sudah terlalu malam bahkan menjelang dini hari. Pastilah sudah sangat sepi.
 
Ru Xue terus berlari dan mencoba melawan tapi dia tidak berhasil. Keempat pria itu langsung memperkosanya sampai tidak berdaya, setelah itu menghabisi nyawanya dan meninggalkannya begitu saja di dekat bak sampah.
 
-@@@-
Satu Minggu kemudian. Doyoung menjadi saksi atas kejahatan Xiaojun dan pengadilan memutuskan hukuman selama .... atas pembunuhan berencana.
 
Bukan hanya hukuman yang di dapat Xiaojun tapi dapat surat cerai juga dari Hyeon Ae dan sudah resmi berpisah. Pria itu akhirnya frustasi di penjaran.
 
Bagaimana dengan Ru Xue? Jasadnya sudah di temukan 3 hari setelah kejadian dalam keadaan sudah membusuk. Bahkan para pelaku juga sedang di buru oleh polisi.
 
Hyeon Ae dan Doyoung mengunjungi makam Haechan. Gadis itu memberikan sebuket bunga matahari kesukaan mendiang.
 
“Haechan-ah, aku merindukanmu.” Ucap Hyeon Ae. “Kalau kau masih ada. Aku yakin, kau akan membuatkanku minuman dan kue manis agar aku merasa lebih baik, iya kan?”gadis itu tersenyum dan berusaha untuk tidak menangis.
 
“Tugasku sudah selesai, Haechan-ah. Semoga kau tenang di sana.” Ucap Doyoung.
 
Mereka berdua beranjak pergi meninggalkan pemakaman.
 
Doyoung mengantar Hyeon Ae sampai rumah.
“Hyeon Ae,”
 
Si empunya menoleh. “Iya, ada apa?”
 
“Mulai sekarang, kau harus kuat dan kembalilah semangat. Kalau kau membutuhkan teman atau apapun, kau bisa datang ke Cafe atau menghubungiku. Aku berjanji akan menjadi kakak yang baik untukmu.”
 
Hyeon Ae mengernyitkan dahinya. “Kakak?”
 
“Iya, bolehkan aku menganggapmu sebagai adikku sama seperti Haechan?”
 
Hyeon Ae mengangguk sambil tersenyum. Doyoungpun pergi.
 
Untuk melepas lelah Hyeon Ae mendengarkan lagu yang Haechan nyanyikan dari benda kecil hasil rekamannya sambil duduk bangku taman halaman rumahnya. Matanya terpejam saat mendengarkan lagu berjudul Good Person tersebut. Air matanya terjatuh saat itu juga, lagu yang sangat menyentuh dengan suara yang begitu membuatnya candu.
 
Seketika itu juga, dia merasakan ada seseorang ikut duduk bersamanya di samping membuat Hyeon Ae membuka matanya. Dia terkejut melihat Haechan, dia tersenyum terpancar kebahagiaan di wajahnya.
 
“Mulai sekarang, jangan menangis lagi. Karena aku tidak lagi bisa mengusap air matamu.”
 
“Haechan,” lirih Hyeon Ae.
 
Sosok itu mulai memudar lalu menghilang.
 
 
-Cafe-
 
Jaemin sibuk membuat minuman. Karena seperti biasa pengunjung Cafe selalu ramai. Tidak hanya itu, bahkan musik yang sering di putar agar membuat suasana tidak menjenuhkan ada lagu Good Person yang di nyanyikan Haechan.
 
“Jaemin-ah, cappucino 1 dan americano 1.” Ucap Doyoung.
 
“Siap!”
 
Doyoung sibuk mengantarkan makanan dan minuman bersama yang lain pada para pengunjung. Tiba-tiba perutnya terasa tidak enak.
 
“Jaemin, tolong kau berikan pesanan tadi ke meja nomor 20. Aku ingin ke toilet dulu.” Pinta Doyoung dan bergegas pergi.
 
Setelah selesai dari toilet, Doyoung berniat untuk minum vitamin. Tapi, saat mengambil vitamin dari dalam tasnya, ada secarik kertas di dalamnya.
 
{“Terima kasih, Hyung. Jangan lupa minum vitaminmu dan tetaplah semangat bekerja. Maaf karena aku selalu berbuat jahil padamu tapi sekarang, kau tenang karena tidak ada yang berbuat jahil padamu lagi. Aku menyayangimu, Hyung.”}
 
Doyoung menangis saat itu juga tapi segera menyekanya.

“Dasar bodoh! Justru aku selalu ingin di jahili olehmu, Haechan-ah.” gumamnya.
 
Jaemin sedikit kualahan sampai dia begitu sibuk membuat minuman. Tiba-tiba ada seseorang yang membantunya. Dia terkejut saat melihat orang itu.
“Hae–haechan?!”
 
“Cepat bantu aku! Jangan diam saja. Pembeli sudah menunggu.” Ucap Haechan sambil tersenyum dan maracik minuman.
 
Tapi, seketika bayangan itu menghilang. Raut kesedihan tersirat di wajah Jaemin. Matanya berkaca-kaca tapi segera dia menyekanya. Lalu melihat tulisan di kertas pesanan.
 
{“Buatlah minuman terenakmu dan lakukannya dengan semangat! Maaf, aku tidak bisa lagi membantumu. Terima kasih, sudah menjadi peracik kopi yang hebat bagiku, Na Jaemin. Aku menyayangimu.”}
 
Jaemin yang sedari tadi berusaha untuk tidak menangis. Tiba-tiba terisak sambil menundukan kepalanya.

“Aku merindukanmu, Haechan-ah.” gumamnya.
 
 
 
-END-

Tempat Singgah, 7-13 Maret 2022.

Alhamdulillah, akhirnya selesai juga ceritaku ini di up.

Aku selaku author mengucapkan banyak terima kasih untuk teman-teman readers yang sudah mengikuti ceritaku ini dan memberikan semangatnya dari awal sampai chapter ini. ❤💚

Ingat, ini hanya cerita fiksi, imajinasi dan khayalan saja. Jadi, jangan terlalu di anggap serius ya bestie 🙏
 
 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 03 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

GOOD PERSON  (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang