Chapter 2

11 3 14
                                        

Waktu sudah menunjukan jam 22:05. Cafe sudah sepi dengan pengunjung dan para pelayan sedang merapihkan dan membersihkan ruangan serta isinya.
 
“Chan, aku pulang duluan ya!” pamit Jaemin.
 
“Iya, hati-hati.” Haechan terus berbenah setelah selesai dia segera pulang untuk melepas lelahnya.
 
“Haechan,”
 
“Ada apa Hyung?” tanyanya saat Doyoung memanggilnya.
 
“Aku ikut denganmu ya. Karena motorku sedang di bengkel. Nanti antarkan aku dulu ke mini market, aku ingin membeli bahan makanan.”
 
“Eh, Ta–tapi Hyung_”
 
“Ayolah, aku mohon ....” Doyoung memasang agyeo yang bikin Haechan ingin sekali muntah di wajahnya.
 
“ck!” Haechan hanya bisa berdecak kesal sambil mendengkus kasar. Niatnya untuk segera sampai rumahnya terhambat.   
 
Sesampainya di depan rumah. Dia melihat Hyeon Ae  sedang duduk sambil menenggelamkan wajahnya ke tumpuan lengannya.
 
“Hyeon Ae? Apa yang_”  belum juga ucapannya selesai. Gadis itu langsung berhambur memeluknya.  Dia merasakan firasat yang tidak enak saat itu juga.
 
Setelah masuk, Haechan kedapur sebentar untuk membuatkan minuman dan cemilan.
 
“Apa yang terjadi hari ini? Wajahmu terlihat seperti baru saja menangis?”
 
Hyeon Ae masih diam.
 
“Apakah dia menghancurkan hatimu, lagi?” pertanyaan -pertanyaan itu langsung meluncur dari mulut Haechan.
 
Hyeon Ae sedikit terkejut dengan pertanyaan terakhir yang terlontar tadi. Manik kecoklatannya menatap intens pemuda  yang duduk di sampingnya.
 
Melihat tatapan Hyeon Ae yang seolah bingung. Haechan kembali bersuara.
 
“Jangan berbohong lagi! Aku sudah tahu apa yang terjadi denganmu dan Xiaojun. Dia se_”
 
“Jadi, kau sudah tahu kalau Xiaojun mengakhiri hubungan denganku?”
 
“Eh?” sekarang Haechan yang bingung dengan ucapan Hyeon Ae. “Apa alasan dia mengakhiri hubungan kalian?”
 
Hyeon Ae diam sejenak menarik napas dalam untuk menguatkan hatinya.
“Dia bilang, Ayahnya sakit-sakitan, dia ingin fokus merawat sang ayah dan takut tidak punya waktu bersamaku. Jadi_”
 
“Brengsek!” umpat Haechan.
 
“Kenapa? Siapa yang kau sebut brengsek? Xiaojun pria yang baik, alasannya cukup masuk akal dan dia ingin berbakti pada ayahnya. Karena hanya ayahnya keluarga satu-satunya sekarang.”
 
Haechan semakin kesal mendengar ucapan Hyeon Ae. Dia merasa sakit, karena sahabatnya itu tidak tahu dengan apa yang terjadi sebenarnya. Ingin sekali rasanya dia menceritakan apa yang di simpannya selama ini. Tapi, selalu saja tidak bisa.
 
“Lalu, apa yang dia lakukan padamu, tadi? Apa dia melukai hatimu lagi?”
 
Hyeon Ae menggeleng. “Tadi Xiaojun mengajakku bertemu. Aku terkejut saat melihatnya bersama wanita lain. Aku pikir, wanita itu adalah kekasihnya tapi ternyata, dia sepupunya.”
 
Haechan tersenyum sinis, dia tidak percaya dengan apa yang di katakan Xiaojun tentang sepupunya.
“Lalu, kenapa kau menangis?”
 
“Aku pikira, Xiaojun memintaku untuk kembali bersama. Tapi, dia hanya ingin pamit untuk kembali ke China.” Mata Hyeon Ae mulai berkaca-kaca dan buliran beningpun langsung melesat dari pelupuk matanya.
 
Haechan tidak bisa mengatakan apapun saat ini tentang isi hatinya. Dia merengkuh tubuh gadis itu, membiarkannya menangis lepas di pelukannya.
 
-“””-
 
Haechan yang merasa kesal pada Xiaojun karena terus menyakiti sahabatnya, langsung pergi menghampiri pria berdarah China itu.
 
“Xiao Dejun!”
 
BUGH!
BUGH!
 
Dua bogeman langsung menjurus sempurna di kedua pipi pria berdarah China itu. Tidak hanya sekali atau dua kali tapi berkali-kali sampai tersungkur.
 
“A–apa yang kau lakukan?!” kata Xiaojun terbata-bata sambil mengusap darah segar di sudut bibir dan hidungnya.
 
Di atasnya ada Haechan yang napasnya memburu, tatapannya tajam dan urat leher serta raut wajahnya terlihat marah.
 
“Dasar brengsek! Berani sekali kau menyakiti Hyeon Ae. Bahkan kau membohonginya, kan?”
 
Xiaojun sedikit bingung. “Membohonginya? A–apa maksudmu?”
 
“Jangan berlagak bodoh!” pukulan kembali di layangkan ke wajah tampan Xiaojun sampai membuatnya terkulai lemas.
 
“Kau bilang ingin fokus merawat ayahmu, kan? Tapi ternyata, kau malah selingkuh dengan wanita itu!” bentak Haechan sambil menunjuk gadis yang sedang terduduk shock melihat apa yang di lakukannya.
 
Xiaojun menggeleng. “Ka–kau salah paham, Haechan. Aku tidak membohongi Hyeon Ae, aku benar-benar ingin fokus merawat ayahku. Dan gadis itu, dia adalah sepupuku. Xiao Ru Xue.”
 
Haechan diam sejenak. Matanya melirik pada gadis yang sedang menghubungi seseorang di ponselnya.
 
Ru Xue melonjak kaget saat Haechan merebut ponselnya.
 
“Kau ingin menghubungi polisi, iya?” suara dan tatapan tajam Haechan membuat gadis itu semakin ketakutan.
 
“Haechan-ah, kau salah paham. Aku tahu kau sangat marah karena aku mengakhiri hubungan dengan Hyeon Ae. Tapi_”
 
“Cih! Aku tidak percaya kalau gadis jalang itu, adalah sepupumu. Berapa uang yang kau berikan pada dia sampai harus mengaku sebagai sepupumu, hmm?”
 
“Yak! Lee Haechan!”
 
BUGH
 
Kini giliran Xiaojun yang memberikan bogeman pada Haechan.
 
“Hentikan! Aku mohon berhenti!” teriak gadis bernama Ru Xue itu.
 
Xiaojun berhenti lalu mencengkram kuat kerah kemeja Haechan.

“Rasa kesalmu terlalu berlebihan untuk sekedar seorang sahabat, Lee Haechan!” ucapnya lalu meninggalkannya.
 
Kejadian semalam membuat badannya terasa remuk dan wajahnya membengkak. Tapi, dia tetap pergi untuk bekerja. Teman-teman di Cafenya terkejut melihat kondisi Haechan.

-“””-
 
Walau badan terasa remuk dan sakit karena berkelahi dengan Xiaojun semalam, Haechan tetap bekerja seperti biasa, tapi ... beberapa kali dia melakukan kesalahan bahkan mengacaukan tempatnya. Mulai dari salah membuat pesanan, menuangkan air kopi sampai tumpah-tumpah.
 
“Lee Haechan!” bentak Jaemin membuyarkan lamunannya.
 
“Jangan berteriak, aku tidak tuli!” ketusnya.
 
“Ya ampun, kau ini bagaimana sih? Kenapa dari tadi kau terus saja membuat kesalahan? Bahkan kau terus saja melamun. Sebenarnya, kau punya masalah apa sih?”
 
Haechan membuang napasnya dan terdengar begitu berat. “Aku baik-baik saja.”
 
Karena kerjanya hari ini tidak konsentrasi dan kondisinya juga sedang kurang baik. Haechan di suruh pulang untuk istirahat oleh Paman Yesung, pemilik Cafe tersebut.
 
Ponselnya terus berbunyi. Tapi Haechan tidak menanggapinya. Dia memilih untuk tetap berbaring di balik selimut. Sampai akhirnya, suara bel rumahnya berbunyi.
 
Ting
Tong
Ting
Tong
 
“Ya sebentar!” serunya sambil bergegas membuka pintu.
 
“Hyeon Ae? A–ada ap_”
 
“Kenapa kau marah dan memukuli Xiaojun huh?!”
 
“Itu_”
 
“Tidak seharusnya kau melakukan itu! Apa Xiaojun melakukan kesalahan padamu?”
 
“Dia tidak melakukan kesalahan padaku. Tapi, dia sudah berbohong padamu. Kau percaya kalau wanita yang bersamanya itu adalah sepupunya tapi, aku melihatnya beberapa kali mereka sedang bermesaraan!” jelas Haechan.
 
“Bermesraan?! Apa tidak boleh bersikap mesra dengan sepupu sendiri? Heran, kenapa kau cepat sekali mengambil kesimpulan. Aku benar-benar tidak habis pikir. Pikiranmu bisa senegatif itu pada Xiaojun.”
 
Haechan terkejut mendengar respon Hyeon Ae.
“Aku tidak ingin kalau kau di sakiti. Itu saja, apa salah?”
 
Hyeon Ae diam, tatapannya menajam. “Tidak salah. Tapi, kau itu hanya sahabatku, harusnya kau bisa mengendalikan kadar kemarahanmu.”
 
Haechan memilih diam.
 
“Mulai sekarang, jangan lagi ikut campur dengan urusan pribadiku. Aku lebih mengenal bagaimana Xiaojun dari pada kau. Bahkan sebelum bertemu denganmu, aku sudah bersamanya.”
 
“Baiklah kalau itu maumu. Maaf, karena sudah membuat Xiaojunmu terluka.” Tutur Haechan.
 
Setelah berdebatan itu. Hubungan pertemanan Haechan dan Hyeon Ae sedikit renggang. Tidak ada percakapan panjang bahkan saat berpapasan pun, tidak saling menyapa.
 
“Selamat da---tang,” Haechan terkejut melihat Ru Xue datang sendirian.
 
“Bisa kita bicara sebentar?” ucap Ru Xue.
 
“Maaf, aku sedang sibuk. Lagian, aku tidak punya urusan lagi denganmu dan Xiaojun.” Ucap Haechan dengan sikap dingin.
 
“Aku mohon, beri aku waktu 10 menit saja. Ini sangat penting.”
 
Haechan tidak menanggapi. Dia membiarkan gadis itu berdiri terus sampai akhirnya duduk sambil terus mengamati Haechan dari kejauhan.
 
Jaemin yang tahu dari gadis itu datang dan bercakap-cakap dengan Haechan, mencoba menegurnya.
 
“Chan, lebih baik kau selesaikan dulu urusanmu dengan gadis itu. Kasihan dia, sudah menunggu dari tadi.”
 
Haechan tidak mau merespon apapun. Dia malah menyebukan diri mencoba-coba racikan baru.
 
“ Dia pacarmu ya?” kali ini ucapan Jaemin berhasil menarik perhatiannya.
 
“Tsk! Bisa diam tidak? Aku tidak punya urusan dengan gadis itu. Jadi, biarkan saja. Kenal saja tidak!” ketus Haechan lalu memilih untuk masuk ke dalam.

-"""-
 
Hyeon Ae segera memghampiri saat melihat mantan kekasihnya sudah duduk manis di kursi panjang tepian sungai Han.
 
“Ada apa memintaku bertemu di sini?”
 
“Ayo kita kembali bersama.”
 
Angin segar langsung berhembus menyisir rambut panjangnya dan juga tubuhnya. Jantung Hyeon Ae kembali berdegup kencang seperti pertama kali bertemu dengan Xiaojun.
 
“Mungkin kau merasa aneh dengan alasanku waktu itu. Tapi, aku tidak bisa membohongi perasaanku yang tidak bisa melupaknmu. Kau mau kan menjadi kekasihku lagi?” Xiaojun menggenggam tangan Hyeon Ae seraya memohon.
 
Hyeon Ae mengangguk. Senyuman terukir di wajah kedua insan yang sedang di mabuk cinta itu. Xiaojun langsung mencium bibir gadisnya dengan lembut tapi cukup agresif.




Gimana bestie? Penasaran lagi kah sama kelanjutannya? Siap-siap ya, scrool terus 😊. Jangan lupa vote komen dan menyemangatnya.

Terima kasih ❤💚

GOOD PERSON  (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang