“Wih bau apaan nih,” seru Taki melihat Junghwan dan Niki yang sudah kembali dari gedung lama sekolah kemudian mereka sekarang berada di kantin.
“Bau apaan emangnya?” tanya Dahyun melihat ke arah pandangan Taki yang berbinar.
“Bau orang-orangan telat hahaha,” ledek Taki kemudian dicubit pipinya oleh Niki. Kini satu sirkel yang berisi Junghwan, Dahyun, Niki, Danielle, Taki, dan Jiwoo sedang melalukan istirahat pertamanya di kantin langganan mereka.
Sementara Danielle dan Jiwoo masih memesan makanannya sehingga belum ada tanda-tanda seruan dari dua gadis cerewet itu ketika melihat Junghwan dan Niki baru sampai di kantin dan melewatkan pelajaran pertamanya.
“Bersihin kemana tadi?” tanya Dahyun.
“Gedung lama sekolah,” jawab Niki sambil nyomot jus milik Dahyun.
“Nah akhirnya kalian balik juga!!!” seru Danielle dan Jiwoo bersamaan ketika mereka berdua baru saja tiba di meja kantin, lantas Junghwan dan Niki langsung menutup telinga mereka agar tidak semakin budek mendapat omelan dari dua sahabatnya.
“Iya! Kita ngaku salah main game sampe larut malem, udah jangan ngomong mulu,” ujar Junghwan.
“Tuh si Taki nggak pernah telat,” ujar Jiwoo menunjuk Taki.
“Halah dia sama aja, malahan semalem ikutan ngegame kita berdua, terus parahnya lagi dia tidur jam 4 pagi, sedangkan gue sama Junghwan udah tepar jam 3 an,” elak Niki.
Taki hanya terkekeh ketika ketiga teman perempuannya melotot ke arahnya secara bersamaan. “At least gue bisa bangun pagi dan cuma tidur beberapa jam doang ini, liat kantong mata gue,”
Kemudian yang lainnya fokus pada camilan di depan mereka tanpa pembicaraan yang spesifik, kemudian jari Junghwan yang berdarah disadari oleh Dahyun karena memang gadis itu duduk di depan Junghwan.
“Jari lo kenapa Wan? Berdarah ya itu?” tanya Dahyun.
“Iya, kegores buku diary tadi,” jawab Junghwan.
“Oh iya guys! Gue lupa mau cerita, gue sama Junghwan tadi kan dihukum buat bersihin kelas sama loker gitu kan di bangunan lama sekolah kita di sana, nah pas gue sama Junghwan jalan di lorong itu, kita kaya kedengeran suara cewek ngomong makasih ke Junghwan, terus waktu kita lari suara itu berubah jadi ketawa persis kaya miss K, cok asli serem mana di bangunan itu cuma gue sama Junghwan doang lagi yang ada di sana,” jelas Niki.
“Ah yang bener lo, lo sering ngarang cerita sih Nik, nggak percaya gue,” ketus Jiwoo.
“Yeu kalo kagak percaya tanya aja ke dia,” elak Niki sambil menyenggol Junghwan.
“Bener Wan?” tanya Danielle.
Junghwan ngangguk kemudian Jiwoo, Danielle, Dahyun dan Taki serempak melotot kaget, “Seru nggak sih dijadiin konten, kapan-kapan uji nyali yuk ke sana, konten grup kita bakalan viral nih, mayan cok cuan,” ajak Taki semangat.
“NGGAK...” teriak mereka berlima.
********************************************************
Junghwan selesai mandi, pemuda itu mengeluarkan buku pelajaran hari ini untuk diganti dengan hari besok, pemuda itu bertekad untuk tidak akan telat lagi seperti tadi, kejadian yang menimpa dirinya dengan Niki tadi pagi membuat trauma Junghwan kambuh, jujur dia takut tetapi harus ia tutupi karena malu dengan teman perempuannya.
Junghwan melihat buku diary yang ia temukan di loker tadi, ia sempat membersihkan buku tersebut agar enak dipandang, karena ia sangat penasaran dengan buku tersebut ia mencoba untuk membuka lembaran di dalam buku tersebut.
Tidak ada yang istimewa dari buku diary tersebut, hanya tulisan mengenai kejadian apa saja yang menimpa pemilik buku itu tepatnya 17 tahun yang lalu.
Di dalam diary itu bertuliskan tahun 2005. Junghwan berasumsi bahwa pemiliknya ketika menulis di dalam diary masih menempuh sekolah yang sama dengan Junghwan di tahun 2005.
Lembar per lembar ia buka, dirinya sama sekali tidak berminat untuk membaca runtutan kejadian karena tinta yang ada di dalam diary itu sudah hampir tidak terlihat.
Ketika lembar selanjutnya dibuka, Junghwan menemukan sebuah foto seorang gadis remaja cantik seperti seusianya, di bawah foto tersebut bertuliskan nama Kim Garam. “Oh namanya Garam,” cicit Junghwan sembari memandangi foto gadis itu.
“Cantik banget, eh gue muji tante-tante dong haha, kira-kira pemilik diary ini masih hidup nggak ya,” cicit Junghwan sekali lagi.
“Sudah mati!!”
Junghwan sontak melotot kaget, dirinya sedang duduk di pinggiran kasur sembari memandangi foto seorang gadis pemilik diary tersebut dengan bergumam hal random mengenai gadis di foto itu.
Tiba-tiba ada suara seorang wanita lirih sama persis yang ia dengar ketika berada di gedung lama sekolahnya tadi pagi. Junghwan sama sekali tidak berkutik kemudian menutup diary tersebut dengan cepat dan dirinya lari keluar kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
night changes
TerrorMelalui buku diary yang Junghwan temukan di bangunan tua sekolahnya, setiap malam ia selalu memimpikan gadis yang meminta pertolongan padanya untuk mengungkapkan suatu fakta rahasia terlarang.