Part 3

28 9 0
                                    

Aku pulang bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana pendek saja. Rupanya yang kutemukan adalah Tobe yang kutinggal saat mengikuti jejak pemburu tadi (Tobe adalah nama burung peliharaan Lun yang kabur tadi). Kicauannya berisik sekali. Sepertinya itu cara mengungkapkan rasa terimakasihnya padaku.

Karena hanya Dia yang tersisa Aku membawanya ke rumah agar bisa menemaniku bermain. Ketika di rumah Aku menonton televisi, semua orang heboh karena berita pemburu yang meninggal di terowongan bawah tanah. Entah siapa yang pertama mengetahuinya Aku tidak peduli, yang penting bukti pembunuhan itu sudah tidak ada. Setelah itu Aku membasuh muka, sikat gigi, lalu tidur. Saking capeknya hampir sepuluh sampai sebelas jam aku tertidur, aku terbangun karena mendengar sirene mobil polisi yang sangat kencang.

Banyak mobil polisi dan warga sekitar berada di depan rumahku sedangkan aku tidak tahu apa yang terjadi, yang jelas ada yang tidak beres di sini.

Dua polisi menghampiriku sambil berkata, “Nak, kemarilah. Ikutlah kami sebentar ke kantor polisi, nanti akan kami jelaskan semuanya di sana.”

Tanpa pikir panjang aku ikut saja ke kantor polisi, tapi anehnya kedua polisi itu berusaha menutupi pandanganku. “Apakah mereka tidak ingin aku melihat sesuatu?” gumamku dalam hati.

Di kantor polisi mereka menjelaskan semuanya bahwa keluargaku di bunuh dan aku diduga sebagai tersangka utama. Mereka mengetesku dengan alat pendeteksi kebohongan, sebenarnya itu hanyalah alat pemeriksa detak jantung biasa. Jika seseorang berbohong kemungkinan dia ketakutan dan panik sehingga detak jantungnya meningkat. Karena itu, mereka menggunakan alat pendeteksi detak jantung.

Tanpa basa-basi polisi langsung bertanya, “Apakah kamu yang membunuh kedua orangtuamu?”

“Bukan, aku tidak tahu apa-apa soal pembunuhan itu,”  jawabku dengan penuh ketenangan.

Aku tidak memberitahukan kalau kemarin aku tertidur mulai jam tujuh malam setelah kelelahan habis bermain di hutan, karena jika aku memberitahukannya maka mereka akan curiga dengan anak kecil yang bermain di hutan.

“Apakah kamu tidak tahu apa-apa tentang pembunuhan itu? Kenapa kamu bisa tertidur pulas saat itu? Apa kamu tidak mendengar apa-apa?” tanya polisi dengan nada sedikit menggertak.

Muncullah sedikit ingatan samar-samar tentang kejadian semalam. Ternyata Lun sempat sadar beberapa detik dan melihat samar-samar wajah pembunuh itu, namun Lun bersaksi bahwa Ia tidak mendengar ataupun merasakan apa-apa yang membuat dirinya terbangun. Meskipun saat itu Ia sedang berbohong tapi detak jantungnya normal. Jadi, Lun dianggap tak bersalah.

Saat interogasi Lun terus memikirkan orang yang membunuh orangtuanya. Ia terus menyangkutkan banyak hal yang kemungkinan menjadi penyebab pembunuhan orangtuanya, tapi jalan buntu yang Ia temui.

Di perjalanan pulang Lun dihampiri oleh beberapa anak nakal, mereka menjahili dan memakinya. “Dasar pembunuh! Orangtua sendiri dibunuh, dah gila kau ya! Dasar monster tak berperasaan!” teriak mereka.

“YA! Aku memang gila sudah membunuh mereka, sekarang aku akan membunuh kalian semua!” kata Lun sambil berlari ke arah sekumpulan anak nakal itu. Mereka pun ketakutan dan lari terbirit-birit.

Saat tiba di rumah aku melihat ada dua orang yang menungguku. Mereka mengaku sebagai Bibi dan Pamanku, “Hei Nak! Kamu Lun kan? Maaf ya Bibi terlambat. Barusan Bibi melihatmu di berita, jadi Bibi segera ke rumahmu. Sekarang kamu tinggal sama Bibi saja ya?”. Panjang penjelasan Bibiku mengenai hubungannya dengan orangtuaku. Itu semua sudah cukup buatku menaruh kepercayaan padanya.

“Baik, Bi. Aku akan ikut Bibi,” ucap Lun.

-----

Aku pindah ke rumah Bibi dan Pamanku, tempatnya cukup jauh dari tempat tinggal lamaku.

“Akhirnya aku bisa bebas dari lingkungan yang memuakkan itu,” gumamku dalam hati.

Bibinya menawarkan Lun untuk home schooling. Panjang penjelasan mengenai home schooling akhirnya Lun mau mengikuti saran Bibinya. Namun, satu kekurangan dari lingkungan ini adalah Ia tidak dapat bermain dengan hewan-hewan lagi.

Karena itu Ia mengutarakan keluh kesahnya pada Bibinya. Mendengar ceritanya tadi, Bibinya sudah menemukan solusi yang tepat untuk Lun. Namun, Ia disuruh untuk sabar menunggu karena beberapa hari ke depan Bibinya akan repot mengurus kepindahannya.

--- Seminggu Kemudian---

Hari yang telah kunantikan akhirnya telah tiba, Bibi pulang membawa sebuah kotak yang sangat besar dan beberapa kotak lainnya.

“Bi, apa boleh aku membukanya?,” tanyaku penasaran.

“Boleh dong kan memang ini hadiah buat kamu,” kata Bibi sambil tersenyum melihat ekspresi Lun yang senang mendapat hadiah.

“Wahh ada laptop yang bisa memainkan banyak permainan nih. Yang ini ponsel keluaran tarbaru kan, Bi?! Betul kan Bi?! Wahhh aku senang sekali. Terimakasih ya, Bi!” ujar Lun sambil memeluk Bibinya.

Aku mulai membuka semua hadiah yang diberikan padaku. Karena belum ada permainan yang terunduh dalam laptop jadi aku memilih beberapa permainan yang menarik. Salah satunya adalah who are the killers.

Permainan itu menceritakan tentang sebuah kasus pembunuhan yang  berbeda tiap level dan nanti akan terdapat beberapa orang yang terduga sebagai tersangka. Tujuan dari game ini adalah untuk menemukan siapa yang menjadi pembunuh dalam satu kasus pembunuhan. Tentu tidak semudah itu menemukannya, permainan ini dirancang agar pemainnya berpikir kritis dan melihat kondisi dengan menggunakan berbagai sudut pandang.

Lalu ada satu permainan lagi yang kuunduh di laptop, catch me if you can. Dari judulnya kukira itu adalah permainan kejar-kejaran atau semacam permainan hide and seek. Ternyata itu adalah permainan bertema pembunuhan yang mengharuskan pemain untuk menjadi pembunuh profesional.

Dua permainan tadi sangat berhubungan. Who are the killers yang mengharuskan pemain untuk mempelajari pikiran pembunuh supaya dapat mengungkap pelaku yang sebenarnya dan catch me if you can yang mengharuskan pemain untuk menjadi pembunuh profesional yang mampu beraksi dengan bersih agar tidak terlacak oleh kepolisian atau detektif.

Sepertinya sudah cukup dengan dua permainan itu, nanti kalau bosan baru unduh yang lain. Aku memainkannya bergantian sesuai jadwal yang telah kubuat. Sekarang saatnya bermain who are the killers.

GAME START!

Di level satu aku mendapat kasus pembunuhan di sebuah penginapan pribadi yang berada di pegunungan. Fasilitas tersebut merupakan milik pribadi, hanya yang mendapat izin yang boleh memasuki kawasan tersebut.

Dari penjelasan tadi aku bisa menyimpulkan kalau ada tiga kemungkinan. Bunuh diri, dibunuh oleh orang yang mendapat akses di penginapan itu sendiri, atau ada campur tangan pihak ketiga yang memiliki koneksi dengan orang dalam. Namun, aku mengecualikan pilihan pertama karena dari luka yang didapatkan korban mengindikasikan kalau korban memberi perlawanan, sehingga rencana pembunuh itu tidak terlalu mulus. Karena pembunuhan yang mulus layaknya profesional adalah yang langsung membunuh korban tanpa adanya perlawanan balik.

Pilihan kedua dan ketiga itu bisa diselidiki secara bersamaan dengan cara mencari bukti, memeriksa jejak perjalanan, jejak digital, dan lain-lain. Sembari dilangsungkannnya pencarian bukti Aku menanyai beberapa staf yang sedang bertugas di hari itu.

Dari sekian banyak staf yang bekerja ada dua staf yang mencurigakan, yaitu staf A dan staf B. Staf A bertugas menjaga gerbang mulai pukul dua belas malam sampai dua belas siang, sedangkan staf B pukul dua belas siang sampai dua belas malam. Saat pergantian di siang hari terdapat jam makan siang untuk makan dan istirahat para staf.

Apa yang mencurigakan dari kedua staf itu?
Kira-kira siapa ya pembunuhnya? Yang tahu coba jawab di kolom komentar yaa
Kalau suka klik votenya!
Terimakasih sudah membaca ceritaku!

LunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang