Aku mencurigai mereka karena jam pembunuhan tepat saat jam makan siang berlangsung.
Staf A bersaksi kalau Ia sedang buang air besar di toilet belakang sekitar dua puluh menit sebelum jam makan siang berakhir. Sebelum itu Ia bertemu dengan staf B yang baru datang untuk menggantikan tugas jaga gerbang, jadi saat pembunuhan itu berlangsung Ia sedang tidak ada di tempat. Ia terkejut melihat majikannya tergeletak bersimbah darah saat akan kembali berjaga dan segera menghubungi polisi.
Staf B bersaksi kalau saat itu Ia makan siang dan mengobrol bersama staf lain sampai jam makan siang berakhir. Ia juga bersaksi kalau tidak ada staf A di kantin dan hanya bertemu sekali dengannya di depan saat masuk ke kawasan penginapan. Dengan begitu, pernyataan staf A bukanlah kebohongan. Aku bisa memastikan kalau Ia bukan pelakunya.
Untuk memastikan kebenaran pernyataan staf B Aku sudah menghampiri beberapa staf lain dan menanyai mereka secara pribadi. Hal yang mengejutkan bagiku adalah dari lima orang staf yang kutanyai mereka semua menjawab kalau staf B sedang makan siang bersama mereka. Dengan ini staf B mengatakan hal yang sebenarnya, Ia bukan pelakunya.
Dari dua pernyataan tadi Aku harus memutar otak lagi, “kira-kira apa motif pembunuhan ini? Bagaimana pembunuh itu dapat masuk ke sini? Arghhhh pusing sekali kepalaku.” Sebaiknya sekarang Aku memeriksa perkembangan tim pencarian bukti.
Semakin aneh saja kasus ini, tim pencarian sudah menyusuri seluruh penginapan namun tidak ada bukti satupun. Tidak ada jejak perjalanan maupun jejak digital yang mencurigakan dari korban. Aku juga sudah menanyai alasan korban menginap sendirian di penginapan ini.
Kata keluarganya korban butuh waktu sendiri untuk mencari inspirasi yang akan dituangkan ke bukunya yang baru. Sebenarnya Aku mau menanyakan beberapa pertanyaan lagi tapi sepertinya mereka sangat terguncang dengan kejadian ini. Jadi aku mengurungkan niatku.
Lalu beberapa menit kemudian anggota tim pencarian mengabariku kalau ada tukang sampah yang tertangkap cctv di gerbang saat masuk ke penginapan. Hal itu bertepatan ketika tidak ada satu staf pun yang berjaga. Kupikir dia hanyalah tukang sampah langganan yang mengambil sampah setiap hari, namun saat kulihat rekamannya Aku menemukan satu kejanggalan dan langsung menyuruh anak buahku untuk mengejarnya secepat mungkin.
Kejanggalan yang kutemukan adalah sepatunya. Umumnya tukang sampah pakai sepatu boots, tapi kali ini dia pakai sepatu pantofel. Aku juga sudah meninjau di rekaman pada minggu-minggu sebelumnya kalau tukang sampah yang biasa ke sini itu orangnya lebih pendek. Lagian mana mungkin kan tukang sampah memakai sepatu pantofel?
Untungnya tukang sampah tersebut tertangkap saat baru akan keluar dari area pegunungan, kami menggeledah wadah sampahnya untuk mencari bukti yang kemungkinan dimasukkan pelaku ke dalam sini. Sialnya kami tidak menemukan bukti apapun. Kami menahannya sementara waktu sebagai saksi kejadian dan melontarkan sedikit pertanyaan padanya tentang kejadian ini.
-----
Tidak lama kemudian datang seorang anak dengan salah satu tim kami. Ia berkata, “Paman, sepertinya kamu menjatuhkan ini. Ini milikmu kan?”
“Hah?! Apa yang kau katakan bocah!?
Itu bukan milikku.” Tukang sampah itu terkejut karena bukti yang jelas-jelas sudah Ia buang malah ditemukan oleh seorang bocah. Memucatnya wajah dan cucuran keringat yang deras membuat Dia semakin kucurigai.“Loh ini punya paman kok, Aku melihat sendiri saat paman menjatuhkan ini di tepi jalan, karena mau jatuh ke jurang jadi aku segera mengambilnya. Aku ke sini berniat untuk mengembalikannya pada paman, untung saja paman polisi yang baik ini mau mengantarku.” Tidak terduga ada bocah yang menemukan bukti kuat dalam kasus ini. Kepolosan bocah itu membawa keberuntungan bagi pihak kepolisian.
“B-bukan! Itu bukan punyaku! Aku tidak … ” Tukang sampah itu terus beralasan. Banyak alibinya ke sana ke mari sampai sudah tidak masuk di akal.
Aku memotong ucapannya, “Sudahlah kamu tidak usah mengelak lagi, kamu sudah terbukti melakukan kejahatan. Tunggu sampai kita menemukan bukti yang lebih kuat lagi untuk menangkapmu.”
Tiba-tiba tim pencarian menghubungiku, mereka mendapat bukti kuat untuk menangkap pelaku. Mereka segera membawa bukti itu ke gerbang depan untuk kuperiksa.
“Cepat tangkap mereka! Langsung borgol saja, Aku akan langsung meminta surat penangkapan,” kataku sambil menunjuk ke arah penginapan di tempat staf A dan B berada. Ternyata pelakunya adalah mereka bertiga, tidak kusangka mereka bertiga bersekongkol dalam pembunuhan ini.
Bukti kuat yang ditemukan tim pencarian adalah rekaman kamera kamera dasbor mobil yang ada persis di depan TKP. Setelah melihat rekaman kamera dasbor di mobil korban, Aku menemukan kalau pelakunya adalah staf A dan B. Peran tukang sampah di sini hanya sebagai penadah sekaligus pelenyap barang bukti.
Kronologinya seperti ini :
1. Staf B datang tepat sebelum jam makan siang, Ia bertemu dengan staf A di gerbang depan hanya bertukar sapa saja tanpa bicara yang lain, itu berarti mereka sudah mempunyai rencana yang matang. (kejadian ini nampak di cctv gerbang)2. Tugas staf B adalah mengumpulkan semua staf untuk makan siang bersama supaya tidak ada saksi di tempat kejadian. Dengan begitu staf A dapat beraksi dengan tenang (kejadian ini terekam kamera di dasbor mobil, tapi mereka tidak tahu kalau ada kamera di sana)
3. Begitu semua staf berkumpul makan siang, sekitar dua puluh menit sebelum jam makan siang berakhir staf A membunuh majikannya dan beralasan kalau dia sedang ke toilet belakang. Lalu Ia menaruh sarung tangan dan pisau yang diduga bukti pembunuhan itu di bak sampah dan menghubungi tukang sampah untuk segera mengambilnya. (kejadian yang terekam kamera hanya saat staf A menaruh bukti di bak sampah sampai tukang sampah itu mengambilnya)
4. Setelah melenyapkan bukti, staf A mengabari staf B kalau misinya sukses. Setelah itu barulah menelepon polisi. Dari bukti rekaman itulah kita tau kalau staf A, B, dan tukang sampah bersekongkol dalam pembunuhan itu. Motif pembunuhan itu adalah balas dendam, diketahui keluarga staf A sedang sakit keras lalu Ia meminta pertolongan ke majikannya untuk biaya perawatan. Ia merelakan gajinya terpotong karena sudah tidak ada uang lagi, Ia sudah memohon sambil berlutut namun ditolak dengan kejam.
Staf B pernah berseteru dengan majikannya karena masalah sepele. Suatu hari Ia berpapasan dengan majikannya yang sedang membawa tumpukan kertas. Ia tidak sengaja menyenggolnya dan semua tumpukan itu berserakan, majikannya sangat marah akibat kecerobohannya tumpukan cerita yang sudah Ia susun jadi berantakan. Saat mengambil tumpukan kertas itu Ia ditendang dan dicaci-maki oleh majikannya.
Sedangkan tukang sampah itu adalah staf yang baru saja dipecat. Alasan pemecatannya adalah karena Ia istirahat sebelum waktunya jam makan siang, para staf bagian penjaga diharuskan untuk bersiaga setiap saat.
Dari semua alasan yang mereka jelaskan Aku mengerti kenapa mereka sampai melakukan pembunuhan itu.
-----
“Lun! Istirahat dulu yaa, besok lagi mainnya. Udah malem nih,” ucap Bibi Mia yang mengkhawatirkannya karena bermain sangat lama.
“HAHHH! Udah malem ya Bi? Hehehe. Udah cukup kayaknya satu episode tiap main, lumayan capek juga main game seperti ini. Besok coba main catch me if you can deh, jadi penasaran gimana kalau dari sudut pandang pembunuh,” ucapku sambil menyengir pada Bibi Mia.
Tunggu part selanjutnya!
Kalau suka klik votenya yaa!
Terimakasih sudah membaca ceritaku!
KAMU SEDANG MEMBACA
Lun
Mystery / ThrillerCerita ini menceritakan kisah hidup seorang anak yang mengidap suatu sindrom yang belum diketahui pada saat itu. Kenapa aku melakukan ini? Apa yang terjadi denganku? Siapa aku sebenarnya? Ia berusaha mencari jati dirinya dan mengungkap kebenaran yan...