PART 2

49 11 0
                                    

Ada satu hal yang mengganggu Lun, saat menghajar anak tadi kenapa aku mendengar suara di kepalaku,

“Bunuh! Bunuh!”, untung saja aku dapat menahan diri. Padahal selama aku diejek teman-teman yang lain aku tidak pernah marah, rasanya aneh banget.” Semalaman Lun memikirkan penyebab munculnya suara itu.

Pagi telah tiba tapi Lun belum menemukan jawabannya, jadi Ia melupakannya begitu saja, lagian tidak penting juga memikirkan hal seperti itu.

Hari-hari Lun berlalu seperti biasa, tidak ada yang istimewa yang bahkan bisa diceritakan ke orang lain. Meskipun ada beberapa anak yang masih mengganggunya, tapi Ia mampu mengatasinya. Yaa.. bisa dibilang waktu berlalu  begitu cepat baginya.

--- 5 tahun kemudian ---

Karena liburan kenaikan kelas telah tiba Aku berkeliling hutan untuk bermain-main dengan berbagai hewan.

Lun tidak takut dengan hewan-hewan buas karena karena kemampuannya dalam bertarung sudah terasah sejak kecil, meskipun aneh anak seumurannya telah membunuh anak harimau, buaya, dan ular Ia tidak memikirkan itu, yang dipikirkan hanya bersenang-senang. Hari itu Ia hanya bertemu hewan-hewan jinak saja seperti burung, rakun, rusa, monyet, dll.

Ia berpikir apakah hewan-hewan di hutan menghilang? Rasanya seperti makin sedikit saja hewan yang Ia temui akhir-akhir ini. Meskipun agak kecewa tidak dapat bersenang-senang seperti yang Ia bayangkan, tapi Ia cukup puas dapat bermain kejar-kejaran dengan rusa dan lempar-lemparan dengan monyet. Lun lebih suka berteman dengan hewan daripada manusia karena hewan tidak dapat berpura-pura, jika ingin berteman maka mereka akan menunjukkan sikap ramah, lembut, dll. Tapi saat ingin berburu, mereka tidak dapat menutupi insting membunuhnya.

-----

“Hei!! Jangan larii!!”, teriak Lun pada burung yang Ia bawa dari hutan kemarin. Aku mengejarnya sampai ke hutan hingga aku menemukan suatu kejadian aneh. Terdapat banyak bekas cakaran di pohon-pohon, sarang burung hancur, tempat tinggal rakun yang kubuatkan juga hancur, seperti telah terjadi kekacauan di sini. Teman-temannya sudah tidak ada di tempat jadi Lun pergi mencarinya di sekeliling hutan.

“Apaan tuh? Kayaknya peluru deh”, Lun menemukan jejak orang yang diduga menghancurkan sarang dan menculik teman-temannya.

“Ternyata betul yang kutemukan adalah peluru, berani-beraninya mereka menghancurkan sarang dan menculik teman-temanku!”, teriak Lun.

Kepalanya dipenuhi hasrat untuk membunuh, sempat terlintas di pikirannya,

“Hah!? Kenapa aku ingin membunuhnya? Aku hanya ingin membalaskan dendam teman-temanku”, Lun tidak memedulikan pertanyaan yang sekilas terlintas di pikirannya, Ia langsung mengikuti jejak pemburu itu dengan dipenuhi hasrat untuk membalas dendam yang sebenarnya adalah hasrat untuk membunuh, namun Ia tidak menyadarinya.

Aku mengikuti jejak pemburu itu, tapi anehnya tidak ada tanda-tanda jejak itu mengarah ke suatu tempat semacam tempat persembunyian atau semacamnya, tempat terakhir aku menemukan jejaknya adalah di dekat danau lalu menghilang begitu saja. Setelah kuamati dengan seksama rupanya ada terowongan bawah tanah yang jalan untuk memasukinya harus menyelam dulu ke dalam danau.

Tanpa pikir panjang aku langsung menyelami danau itu. Begitu masuk ke terowongan aku menyadari sesuatu,

”Kenapa aneh ya? Bentuknya seperti memang sengaja dibuat untuk suatu tujuan tertentu”. Lalu aku mencium bau busuk, sepertinya bau ini berasal dari bangkai hewan-hewan yang ia bunuh, akhirnya aku tahu penyebab hilangnya hewan-hewan di hutan. Rupanya benar dugaanku, tempat ini memang sengaja di buat untuk menguliti mereka dan mengambil bagian-bagian tubuh mereka untuk dijual kepada kolektor dan pembeli ilegal lainnya.

Aku menelusuri terowongan lebih jauh sambil terus waspada, hanya beberapa langkah setelah memasuki terowongan aku melihat tengkorak dari anak macan yang berhasil lolos saat bertarung denganku minggu lalu, aku tahu dari kalung yang kupakaikan di lehernya. Saat itulah aku merasakan ada hal yang aneh dalam diriku, aku  mendengar suara di kepalaku “BUNUH! BUNUH! BUNUH!”.

Seketika seluruh tubuhku tidak bisa digerakkan, tapi kesadaranku masih utuh, aku bisa melihat dengan jelas tapi tidak bisa mengendalikan mataku, kulitku merasakan gesekan dan panasnya hawa di bawah tanah tapi tangan dan kakiku tidak bisa digerakkan. Semua inderaku masih berfungsi tapi aku tidak bisa mengontrolnya.

Aku bisa merasakan kalau aku sedang berlari dengan cepat masuk ke dalam terowongan, entah sudah berapa lama aku berlari, tiba-tiba si pemburu sudah ada di depan mataku.

Saat bertatapan dengan pemburu Lun tidak merasa takut sama sekali malahan dipenuhi hasrat membunuhnya yang tinggi, kali ini seluruh badan dan  kesadarannya sudah tidak dalam kendalinya. Lun menjadi orang yang benar-benar menakutkan.

Ia menyembunyikan hasrat membunuhnya sambil mendekati pemburu itu, namun hasrat membunuhnya tiba-tiba menguat hingga membuat pemburu itu terjungkal  dan mengarahkan pisaunya ke arah Lun, “Jangan dekat-dekat bocah! Kubunuh kau!,” kata pemburu ketakutan.

Saking ketakutannya pemburu itu mengayunkan pisau secara membabi buta ke arahnya. Lun dengan santainya menghindari serangan itu, ia tahu kalau orang ketakutan akan panik dan tidak dapat berpikir jernih sehingga serangannya mudah dibaca.

Lun melihat sekeliling mencari sesuautu untuk menutupi tangannya supaya tidak terlacak sidik jarinya, Ia melihat sepasang sarung tangan yang digunakan pemburu itu tergeletak di tanah dan ada tong pembakaran yang dibuat pemburu itu untuk membakar bukti pembunuhannya selama ini, jadi Lun juga memanfaatkannya. Saat melihat kesempatan Lun langsung menjauhkan pisau itu dari pemburu, lalu ia menghajarnya sampai tak bernapas lagi alias mati.

“Nyawa dibalas nyawa! Berani-beraninya kau membunuh teman-temanku!!!”, kata Lun sambil terus memukul wajahnya meskipun orang itu sudah tak bernyawa.

-----

“HAH!! TUNGGU! Apa Aku yang membunuh orang ini?! Tapi.. apa yang kurasakan tadi? Apa aku benar-benar merasakan kenikmatan yang luar biasa saat membunuh orang ini?! AAARGHH!”, saat dirinya kembali semula, ia kebingungan dengan peristiwa yang dialaminya. Ia tidak bisa berpikir jernih lagi saat itu. Orang yg berada di dekat lokasi kejadian lari ketakutan mendengar teriakannya tadi, di telinga mereka teriakan Lun seperti setan yang sedang mengamuk.

Setelah kejadian itu aku tidak tahu apa yang terjadi dengan diriku, rasanya seperti ada jiwa lain dalam diriku yang mengambil alih tubuhku.

Aku membersihkan bekas-bekas noda darah yang ada di pakaianku, namun karena ada beberapa noda yang tidak bisa hilang jadi aku membakar semua bukti termasuk pakaianku sampai tak tersisa. Kubuat pemburu itu seperti bunuh diri, Aku memberikan sedikit jejak darahnya dari bebatuan besar menuju satu batu yang berbentuk seperti gantungan, lalu aku menempelkan wajahnya ke bekas darah yang ada di batu besar tadi dan menggantungnya, bagian utama dari pemalsuan TKP ini adalah tulang, tengkorak, dan bangkai hewan yang telah ia bunuh kusebar di dekat tempatnya tergantung. Seluruh TKP sudah kucek secara menyeluruh, tidak ada bukti apapun yang tertinggal, ini adalah pemalsuan TKP yang sangat sempurna.

Karena kelelahan aku langsung pulang untuk segera istirahat, namun di perjalanan pulang aku mendengar suara-suara seperti ada sesorang yang sedang mengikutiku, saat menolehkan kepala ke kiri aku melihat sosok hitam kecil lewat begitu cepat….

Siapa ya yang mengikuti Lun? Apa ada yang melihat pembunuhan itu?
Kalau suka klik votenya yaa!
Terimakasih sudah membaca ceritaku!


LunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang