Marchella Quinn Warren anak tunggal dari pasangan Windira Quinn Andreas dan Maxime Warren itu terlihat bersiap dengan seragamnya.
Gadis yang akrab di panggil Lala itu sekarang sudah duduk di kelas dua sekolah menengah akhir dan juga tumbuh menjadi gadis yang amat cantik dan manis.
"Pagi Mah pagi Pah" sapa Lala lalu memgecup pipi mamah dan papahnya bergantian.
"Pagi sayang,how your sleep?" tanya Max pada putrinya.
"Nyenyak seperti biasa" jawab Lala lalu duduk di samping indi.
"Mau nasi goreng atau sereal La?" tawar sang mamah Indi.
"Sama nasi goreng aja mah,kaya bule aja makan sereal" balas Lala melirik papahnya yang sedang melahap sereal.
"Papah itu bule kalo kamu lupa" sahut Max membuat Lala terkekeh geli.
"Ya bener,makan yang banyak sayang soalnya kita doang yang orang Indonesia kan jadi kurang lengkap kalo gak makan nasi" Max mencebikan bibirnya saat dua perempuan berharga dalam hidupnya itu memojokannya.
"Fine Milk,kamu dan putri nakal kita yang menang" pasrah Max membuat mereka tertawa puas.
"Anyway kamu bareng Riel ya,papah ada meeting hari ini" lanjut Max
Lala tersenyum lebar mendengar nama Riel,Adriel putra Dewangga tetangga sebelah rumahnya yanh sudah ia sukai sejak masih dia masih duduk di bangku SMP.
"Malah bengong sih La,tuh Riel udah nungguin kamu" seru Indi menepuk bahu Lala membuat gadis itu rersadar dari lamunanya.
"Eh?,ah kak Riel udah disini aja" kata Lala dengan cengirannya.
"Gue tunggu di depan,om tan Riel berangkat dulu ya" pamit Riel menyalami.
"Iya hati-hati ya" balas Indi sambil tersenyum manis lalu Riel memilih keluar.
"Udah sana berangkat" bisik Indi yang diangguki Lala lalu ia menyusul Riel ke depan setelah menyalami tangan orang tuanya.
"Waktunya kita Milk" bisik Max membuat Indi tersenyum malu.
"Ayolah gaskeun" pekik Indi semangat.
...
Lala mendekati Riel yang sudah menunggunya di samping motor jadul milik om Dewa yang tentu saja harganya bukan main-main.
"Pake helm" suruh Riel sambil meyerahkan helm bogo berwarna silver.
Lala menerima helm itu dengan semangat,"makasih kak Riel" lalu ia memakai helm itu.
"Makanya belajar naik motor biar gak beban" cetus Riel membuat Lala cemberut.
"Ihhh,jadi kak Riel gak iklas lagian tuh aku belum cukup umur buat naik motor" bela Lala tak terima dikatai beban.
"Udah cepet naik" perintah Riel yang sudah lebih dulu naik ke motor jadulnya.
Lalu Lala naik dan memeluk pinggang Riel saat motor itu mulai melaju,ia sangat senang di bonceng di bonceng Riel setidaknya ia bisa memeluk Riel dengan bebas.
"Kak Riel kapan ujianya?" tanya Lala membuka topik pembicaraan jika tidak ia mulai maka Riel akan diam saja selama perjalanan dan Lala tidak suka itu.
"Bulan depan kenapa mau bantuin gue?" tanya Riel.
Lala menggeleng di punggung Riel,"enggak ah,Lala cuma mau bantu doa aja" jawab Lala
"Gak guna" sarkas Riel,Lala sama sekali tidak sakit hati karena ia sudah terbiasa dengan ucapan pedas Riel sejak kecil.
"Biarin aja yang penting bisa bikin seblak yang enak" kekeh Lala membuat Riel ikut tersenyum tipis saking tipisnya sampai tak terlihat.
Tak terasa mereka sudah sampai di parkiran SMA Garuda Bakti,Lala turun dan memberikan helm yang ia pakai pada Riel.
"Makasih ya kak udah bolehin Lala nebeng,Lala ke kelas dulu ya bye" pamit Lala namun belum sempat melengkah Riel menahan tangannya hingga membuatnya menoleh.
"Teminin gue ngabisin bekel dari nyokap pas istirahat gue tunggu di rooftop" Lala mengangguk semangat mendengar permintaan Riel walau lebih terdengar seperti perintah.
"Okay,bye kak Riel semangat belajarnya" ujar Lala sebelum berlalu.
Tanpa gadis itu sadari Riel tersenyum tipis,lalu cowok itu turun dari motor melepas helm dan menaruh helm-nya dan milik Lala kemudian ia berjalan menuju kelasnya karena bel tanda pelajaran di mulai telah berbunyi.
....
Masih ada yang blm tidur??,semoga kalian suka soalnya ini pertama kalinya aku bikin teenfic..kalian bisa panggil aku Ri aja ya...
Mohon dukungan kalian dengan vote dan komen...
Find me
Rianiani
KAMU SEDANG MEMBACA
Shadow Lover
Teen FictionMarchella Quinn Warren yang akrab di panggil Lala itu sering di kira pacar dari Adriel seorang siswa pintar nan dingin itu namun pada kenyataannya ia hanya menjadi bayangan dari gadis yang Adriel cintai.