Bagian Dua: Ambyar

2 0 0
                                    

***
ambyar/am·byar
bercerai-berai; berpisah-pisah; tidak terkonsentrasi lagi
-(KBBI)
***

Setelah semalaman lelah menangis dan tertidur, aku terbangun dengan kondisi kesulitan membuka kelopak mataku, rasanya lengket.

Fuck! I just woke up at 9?! Definitely feeling grateful, its Sunday!!
Oke, aku terdiam. Perlahan-lahan mengumpulkan berbagai kepingan nyawa yang masih melayang-layang tak tentu arah didalam kamar. Masih termenung, aku melirik handphone yang tergeletak di nakas samping kasur.

Something is missing here. Aku tau apa itu dan yah, patah hati yang tidak terencana. Tidak pernah terencana tepatnya. Masih sibuk termenung, aku mengambil keputusan impulsif. Aku harus keluar dari zona so called-keambyaran- ini.

Aku mau membayar lunas kecewa beserta patah hati ini. Okey, tindakan impulsif yang benar-benar akan aku lakukan.

Aku mengambil handphone, bersyukur persentase batrai masih di angka 47. Mendial satu nomor penyelamat, yang akan menjadi superhero dadakanku kali ini.
"Hallo.. Mas. Ini urgent gawat darurat. "
"Heh! Apaan sih! Salam dulu, baru ngomong! "
"Mas, aku butuh kabur semingguan nih. Ke tempat Mas ya? Pliss.. " Aku merengek, mengandalkan suara mengemisku, minta dikasihani.
"Heh! Apa-apan lo? Nggak ada ya! Masih kuliah belum liburan kan lo! Bikin masalah apa sih lo?" Nada bersungut-sungut terdengar dari seberang.
Ini nggak akan berhasil, aku harus cari jalan pintas. Kuganti saluran telepon menjadi panggilan video. Tidak lama Masku menerima request video, aku langsung menampakkan muka super memelas dan berkaca-kaca, "Mas, adikmu lagi ambyar. Butuh dihibur. Butuh kabur.. ", aku masih merengek. Ternyata airmataku ikut mengalir.
" Astagfirullah! Anye.. Kamu abis ngapain?? Itu mata apa bola tenis sih?! Kenapa? Cerita sama Mas. "
"Makanya, sediain tempat kabur dong Mas.. A-aku lagi impulsif pingin nempelin Mas kemana-mana.. Bolehin ya, semingguu.. " Aku tau ini sangat impulsif. Tapi aku membutuhkan ke-impulsif-an ini.
Setelah menunggu lawan bicaraku berpikir sejenak, aku mendapatkan apa yang aku inginkan. Kabur selama seminggu. Mas Abi hanya hanya dapat menghela nafas saat aku  berangkat hari ini untuk menyusulnya. Mau bagaimanapun aku yang keras kepala dan dalam kondisi patah hati tidak dapat diabaikan begitu saja olehnya.

Aku mematikan panggilan video lalu segera bergegas, berkemas secara cepat, tidak lupa membawa laptop dan memesan tiket secara online. Aku mendapat penerbangan jam 11.15. Aku segera bergegas mandi dan bersiap memesan transportasi online menuju bandara.

Setelah berada dalam mobil, aku mencerna satu-satu kondisiku saat ini.
1. Aku patah hati, dan sangat ambyar.
2. Aku akan melakukan apapun agar bisa bolos kuliah satu minggu.
3. Aku harus merancang apapun secara mendadak untuk mengembalikan setidaknya mood untuk tidak menghajar bajingan-bajingan itu.
4. Apapun itu, akhirnya aku akan menerima segala konsekuensi dari pelarianku.
5. Oh my God!! Mama dan Papa, wait! Aku lupa. Ya aku lupa jika Rabu depan mereka akan berkunjung melakukan inspeksi 2 bulan sekali mereka. You are in a big big trouble Anye!

***

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 27, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Memoar BayangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang