***
3 hari lalu, sebelum perjodohan diumumkan.
Kediaman Kaizen.
"Ini beberapa foto perempuan yang akan Mama jodohkan dengan kamu," Aghnia menaruh lembaran-lembaran foto yang dipegangnya keatas meja kerja Kaizen, putra tunggalnya. Foto-foto itu Aghnia susun dengan rapi, agar Kaizen bisa langsung melihatnya. "Kamu bebas pilih mereka, yang memang sesuai dengan tipe ideal kamu."
Kaizen menghela nafas sembari memijat batang hidungnya. Namun, dia tetap mengambil foto-foto itu satu persatu meskipun dengan terpaksa. Mata Kaizen menatap wajah-wajah dari para perempuan itu. Tak ada yang bisa menarik perhatiannya bahkan sampai pada foto kelima.
Namun, saat sampai pada foto keenam, mata Kaizen terpaku. Dia mengambil foto yang menarik perhatiannya itu, menatap wajah yang ada disana lamat-lamat. Keningnya mengerut, seperti berusaha mengingat-ingat sesuatu.
"Oh! Kalau dia namanya Fanny, anaknya sahabat Papa. Cantik sekali 'kan dia?" Ujar Aghnia tiba-tiba setelah mengintip disamping putranya. Kaizen sedikit tersentak karena kelakuan Ibunya itu. Dia pun berdecak kesal.
"Kamu mau sama dia, Sayang? Mama sih setuju saja, karena anak ini bukan cuma cantik, tapi karirnya bagus sekali. Dia juga bawahan kamu. Kamu pernah lihat dia dikantor tidak?" Aghnia terlihat antusias sekali saat berbicara tentang Fanny.
Stephannira Elbarack, Kaizen tentu saja mengenalnya. Perempuan dengan kemampuan mumpuni di perusahaannya, hingga diangkat menjadi ketua tim dalam divisi operasional diusia yang terbilang muda.
Meski jarang sekali mereka berinteraksi secara langsung, namun Stephannira memiliki ciri khas yang membuat semua orang akan mengingatnya. Dua diantaranya adalah; wajahnya yang sangat kecil dan cantik, juga wangi dari tubuh wanita itu yang terbilang sangat manis.
Saat awal-awal melihat Fanny, dia merupakan seorang wanita yang gampang sekali tersenyum. Kaizen ingat sekali, saat Fanny pertama kali menyapanya dikantor saat itu; matanya berbinar menatapnya, seperti sedang melihat suatu hal yang menakjubkan, suaranya saat menyapa begitu halus dan lembut, pipinya merona, lalu senyumnya yang begitu manis saat pamit undur diri padanya.
Tapi, tiga bulan belakangan ini, entah kenapa dia merasa Fanny berubah. Tidak ada lagi senyuman manis disertai dengan mata yang berbinar cerah, hanya ... biasa saja. Bahkan, saat melihat Kaizen pun, Fanny selalu menutupi mulutnya dengan tangan, tisu, kain, atau apapun yang wanita itu pegang ditangannya.
Tapi Kaizen tak perduli. Namun, sekarang, karena dia kembali melihat foto Fanny, mau tak mau ia jadi kembali teringat kejadian itu. Dan berakhir kembali, memikirkan alasan apa yang kiranya cocok untuk kelakuan Fanny itu.
'Kenapa ya?' Batin Kaizen bertanya.
"Gimana, Zen? Kamu mau kenalan sama Fanny?"
Pertanyaan Ibunya, membuat Kaizen kembali pada kenyataan. Dia pun menghela nafas. Sudah pasti dia akan lebih memilih dijodohkan dengan Fanny, perempuan yang memang sudah pernah dia lihat wujudnya, daripada wanita yang lainnya. Juga karena, Fanny adalah bawahannya yang pintar, dan mungkin bisa membantu Kaizen mengelola perusahaan jika mereka betulan menikah nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boss Wants Me || NEW VERSION
RomansaTiba-tiba saja Fanny merasa hidupnya hancur dalam sekejap saat sang Ayah mengumumkan bahwa ia akan dijodohkan dengan Bos-nya sendiri, yaitu Kaizen Delovano. Biasanya, orang lain akan merasa sangat senang saat dijodohkan dengan Kaizen yang memiliki r...