Tring!
Tring!
Tringg!
Dering alarm berbunyi nyaring membuat Jennie terbangun dari tidurnya.
Gummy smilenya mengembang karena tidurnya dapat nyenyak dan tubuhnya tidak pegal pas bangun.
"Hahhh~ gue berasa tidur di ranjang yang lama~" Gumamnya sambil membayangkan ranjang tidurnya di rumah besar yang ditinggali bersama orangtuanya dulu.
Tak ingin lama bernostalgia, ia segera bangkit dari ranjang sambil menguncir rambutnya asal, ia menuju ke toilet untuk mencuci muka dan gosok gigi.
Selesai semuanya, ia melangkah keluar pergi masuk kedalam kamar Lisa.
Ia melihat Lisa masih tertidur pulas terbungkus selimut. Dengan gerakan sepelan mungkin ia mendudukkan bokongnya diranjang tepat disamping Lisa.
"Lo tidur aja terus sih mending, abisnya kalo bangun jadi nyebelin banget." Bisiknya pelan sambil memandangi wajajah Lisa.
Dengan pelan, Jennie menepuk - nepuk pipi Lisa sambil berkata sehalus mungkin, "Lisa, bangun..."
"......"
"Lisa, hey? Bangunn..."
"Nghh~" Lisa mengerang masih tertidur, ia berbalik memunggungi membuat Jennie memutar bola matanya malas
"Lisaaaa~ banguun~" ia kini menepuk - nepuk lengan Lisa agak kuat.
"Aaaa~ ntar lagi ah! Masih ngantuk~" Rengek Lisa nampak sebal namun tak mau membuka mata.
"Ga ada ya bentar - bentar! Cepet bangun." Protes Jennie penuh penekanan sebisa mungkin untuk tidak meninggikan nada bicaranya.
Jennie menyingkirkan selimut sengaja dijatuhkan ke lantai membuat Lisa akhirnya membuka mata lalu mengusap - ngusap wajahnya sebal.
"Nah gitu dong, bangun."
Dengan cemberut, Lisa berganti posisi menjadi duduk lantas menarik tubuh Jennie masuk kedalam dekapan eratnya.
"YA! LEPAS!" pekik Jennie terkejut akan tindakan Lisa tiba - tiba.
"Ntar tunggu lima menit!" Tolak Lisa makin mengeratka pelukan karena Jennie terus memberontak.
"Hell No! Lisa! Lo jangan kurang ajar ya! Ya! Lepas!"
"Tapi gue pas bangun tidur harus dipeluk Jennie~" Rengek Lisa manja kini mendusel - dusel leher sang asisten.
Mata Jennie makin melotot, dengan kesal ia mengepalkan tangannya lalu dengan kuat memukul - mukul kepala belakang Lisa.
BUGH!
BUGH!
BUGH!
"OUCH!"
Pelukan mereka lansung terlepas karena Lisa meringis sakit lalu tangannya mengusap - ngusap kasar belakang kepalanya.
"SAKIT!"
"Rasain! Lo lancang banget! Sadar ga sih?!" Balas Jennie sambil menatapnya marah membuat Lisa menundukkan kepalanya
Bersamaan dengan itu, Bell penthouse berbunyi. Jennie menghela nafas berat lalu turun dari ranjang meninggalkan kamar, pergi ke ruang utama.
Begitu membuka pintu, ia melihat Seulgi sudah rapi dengan setelan olahraga nya.
"Oh hallo? Jennie ya? Gue Seulgi sahabatnya Lisa. Lisa nya udah si-"
"BEARRRR~"
Menuruni tangga dengan cepat, Lisa lansung berlari berhambur ke pelukan Seulgi.