7: Lembur Kerja

42 6 0
                                    

"Mbak, balik jam berapa?" tanya Denan dari telepon. Dia baru saja selesai mandi dan tengah minum soda kaleng dari kulkas. Sebelum menyalakan televisi, dia membuka tutup kaleng soda itu dan suara desis terdengar.

Dari ujung telepon, Desti bertanya, "Itu kola punya aku ya?"

Denan hanya tertawa. Masuk lagi satu telepon, dari Desal. Denan menekan tombol loudspeaker dan juga mengaktifkan group call dari ponsel. Ditaruhnya ponsel ke meja dan ketiganya mulai mengobrol.

"Hari ini Mas Desal lembur. Kamu di rumah kan, Nan?" Terdengar suara berat Desal dari telepon.

"Di rumah kok. Aku nggak pergi keluar hari ini. Tadi beresin skripsi bab tiga. Jum'at aku ke kampus buat setoran," tambah Denan.

Terdengar suara ramai dari telepon Desti. Beberapa teman kantornya mengajak Desti makan malam dulu. "Ya, ya duluan aja. Gue nyusul," kata Desti pada mereka. Lalu, Desti kembali ke telepon, "Aku juga lembur nih."

Desal lalu menyahut, "Mau dijemput nggak baliknya? Beres jam berapa?"

"Jam setengah sembilan sih, Mas. Nanti aku hubungi. Kalau selesai duluan, paling aku naik ojek aja ke kantor Mas Desal. Ya udah, aku tutup duluan ya, mau mulai brainstorming sama tim kreatif dulu," kata Desti lalu pamit dan menutup telepon duluan.

Denan mengobrol sedikit dengan kakaknya, lalu menutup telepon setelah kakaknya mulai lembur. Dia menonton televisi dalam hening dan menengok sekitar. Rumahnya sepi, padahal penghuninya ada tiga.

***

Di kantor Desal, para karyawan divisi managed service cukup banyak yang lembur. Divisi ini menangani klien-klien yang perlu dukungan teknis berdasarkan kontrak tertentu. Di bawah divisi tersebut, ada tiga tim dan masing-masing dibagi proyek sesuai dengan porsi adil, agar masing-masing tim tidak keteteran. Kalau ternyata proyek yang Data Dimensi pegang semakin banyak, tak menutup kemungkinan akan ada penambahan tim.

Marlina Puspa mengikat rambutnya dan sudah berganti seragam dari kemeja biru muda ke tracksuit. Gadis itu juga menghapus riasannya. Meskipun tak dirias, Desal tak bisa memungkiri kalau wajah Marlin tetap bercahaya. Dia melirik sekilas pada Marlin yang sedang menjelaskan dokumen teknis pada dua anggota tim Raka yang lain dan kembali menunduk saat Raka menangkap basah dirinya.

Raka menggeser kursi, lalu berbisik, "Mulai suka sama perempuan ya?"

"Lo apaan sih, basi banget," balas Desal tak kalah kecil suaranya.

Raka hanya terkikik geli. Selama ini, dia tahu kalau Desal tak pernah menaruh perhatian pada gadis-gadis yang selalu meninggalkan gelas kopi di meja karena tak mau punya hubungan dengan mereka. Namun, bukan berarti Desal tak pernah suka pada perempuan kan?

"Lo masih mikirin mantan lo, Des?" bisik Raka lagi.

Desal hanya diam. Dia malah menyalakan musik dari aplikasi di laptop untuk menemani lembur tim Raka.

"Mas Desal selera lagunya jadul," cetus salah satu anggota tim Raka.

Satu karyawan lain ikut tertawa. Raka yang duduk di meja posisi tengah seberang mereka, ikut menyahut, "Namanya juga bujang lapuk. Beda generasi pula sama kalian, jelas jadul lah."

"Parah, Mas Raka!" seru karyawan itu. Marlin hanya ikut tersenyum dan menutup mulutnya dengan tangan saat tertawa pelan.

"Ya deh, gue ganti nih!" balas Desal ramah. Dia kemudian mengganti lagu yang lebih milenial dan muncul dari rekomendasi terkini aplikasi musik.

"Ini baru cocok buat anak muda," komentar Raka pada lagu selanjutnya.

Setelah yang lain kembali bekerja, Marlin menghampiri mejanya dan duduk. Ia lalu menggeser dokumen yang sedang dipelajarinya. "Mas Desal, aku mau tanya yang ini. Proyek ini kan Mas Desal yang jadi TA-nya. Nah, sejauh ini, biasanya masalah-masalah apa sih yang dulu Mbak Siska sempat alami? Karena takutnya nanti keluhan-keluhan serupa dari klien datang ke kita. Kalau aku sudah pelajari dulu kan, setidaknya aku bisa menjawab secara template sebelum diserahkan ke kalian sebagai tim teknis. Takutnya pertanyaan-pertanyaan dan keluhan klien ini sebenarnya sudah pernah dibahas, tapi mereka tanya ulang."

Desal manggut-manggut mendengarkan permohonan Marlin. Ternyata Marlin sangat logis dan justru membantu pekerjaan tim teknis lebih mudah. Memang benar sih, kalau keluhan yang ditanyakan klien biasanya adalah keluhan lama, sudah ada dokumen dan penjelasan template yang bisa diberikan ke klien sebelum ditindaklanjuti oleh tim teknis level dua.

"Kalau klien yang ini, karena proyeknya seputar sistem back up data mereka di data center, maka biasanya mereka bakal tanya soal kenapa jadwal back up kadang berbeda-beda. Ada yang lama, ada yang back up sebentar saja. Nah, ini sebenarnya tergantung berapa banyak data dalam satu minggu yang ditransaksikan ke server klien. Kalau banyak, otomatis lama waktu back up juga lebih panjang. Kalau sedikit, jelas lebih pendek. Ini sering ditanyakan seolah-olah mereka nggak ngerti. Tapi kamu bisa jawab sesuai jumlah data saja terhadap pertanyaan ini. Nanti, kamu bisa minta tim basis data dan data analytic mereka untuk cek jumlah penyimpanan di server mereka. Itulah jumlah data yang akan dilakukan back up satu minggu sekali," jelas Desal pelan-pelan, supaya Marlin mengerti, sebab Marlin bukan anak teknik yang takutnya sulit memahami kalau pakai bahasa dewa.

Marlin balas mengangguk-angguk dan tersenyum puas. "Aku ngerti banget kalau jelasinnya gini. Oke deh, kalau gitu aku buat dulu rekap catatannya."

Raka melirik lagi pada sahabatnya, lalu memberi isyarat jari-jari dibentuk 'hati' saat Desal melihatnya. "Apaan sih?" bisik Desal lagi.

Marlin yang tengah menunduk karena mencatat penjelasan tadi, tiba-tiba menoleh pada Desal. "Ya? Kenapa, Mas?"

"Eh, nggak. Ini, aduh. Aku lapar sih. Aku sama Raka mau turun dulu cari makan. Ada yang mau titip?"

"Gue titip mi tektek, Mas," kata salah satu tim Raka.

Yang lain menyahut, "Gue mau titip kwetiau aja deh."

Desal lalu menengok ke arah Marlin, "Kamu mau apa?"

"Lho? Nggak apa-apa kalau nitip, Mas?"

"Kamu lagi ngerjain doknis kan? Dikelarin aja dulu, biar sekalian pelajari juga dokumen lainnya," balas Desal.

Marlin manggut-manggut lagi. Lalu ia mengambil selembar uang dari dompet dan menyodorkannya pada Desal. "Kalau ada nasi padang, aku titip itu aja."

Keempat lelaki di sekitar Marlin langsung saling pandang. Biasanya, malam-malam kan banyak perempuan yang anti makan nasi. Ini malah minta nasi padang. Memang Marlin unik sekali.

Untuk menepis pikiran yang tidak-tidak, Desal buru-buru menjawab, "Nggak usah bayar. Kalau lembur gini tuh, kita dapat uang makan dari biaya operasional proyek. Betul nggak, Rak?"

"Iya bener. Jadi, puas-puasin aja. Mau Naspad Sederhana? Okeh! Nanti gue yang jalan sama Desal ke seberang gedung kantor, ada tuh di sana."

"Oke deh, boleh aja Sederhana. Enak banget soalnya. Makasih, Mas Raka, Mas Desal," balas Marlin.

Desal dan Raka langsung pergi mencari makan malam, sementara ketiga anggota tim Raka kembali bekerja. Sebagai dua orang yang paling senior di tim, mereka lebih suka menjadi joki pembawa makanan daripada kerja. Dasar, orang-orang kepala tiga.


*

[Diunggah pada Sabtu, 19 Maret 2022, pukul 17.36  WIB]


Keeping Up with the RadeasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang