32. PDKT Memang Harus Ngegas!

3.6K 440 81
                                    

Jericho tersenyum lebar setelah rapat OSIS ditutup oleh Rian. Dia langsung beralih menghadap Maraka yang duduk di sebelahnya. Namun senyum itu luntur karena si kakak kelas malah lebih dulu beranjak pergi. Jeri melirik Rian yang melangkah cepat untuk menahan Mara.

"Bang, ga mau ikut makan dulu?"

Mara menggeleng, "kapan-kapan aja."

Selanjutnya pergi meninggalkan ruang OSIS. Untungnya tidak ada yang memperhatikan, cuman Jeri yang kini mengerutkan dahi.

"Anu, Jer. Kayanya gue ada salah ya?" Rian berjalan mendekat, sempat menggaruk pipinya sebentar.

Jericho tersenyum, dia benarkan posisi kursi bekas Maraka tadi untuk diduduki oleh Rian. Dia punya dugaan dengan sifat Maraka yang beberapa hari ini menjadi dingin pada Rian.

"Lo sendiri sadar, kan? Bang Mara kaya sensi gitu kalau ngeliat gue. Apa jangan-jangan karena anggota yang banyak ngelanggar aturan kemaren, ya?"

"Bisa jadi, sih." Jeri bisa lihat pundak Rian yang merosot lesu.

"Aduh, gimana ya? Apa gue ngundurin diri aja?"

"Nah, nah! Mulaaii." Dahi Jeri yang tadi berkerut semakin berkerut. Dia memutar tubuh untuk menghadap Rian. "Ngapain ngundurin diri? Lo ngejabat juga belum lama. Wajar kali kalau ada salah beberapa kali, jangan langsung mundur gitu."

Beberapa tepukan mendarat di pundak Rian. Sang empu menghela nafas.

"Iya, tahu. Tapi Bang Mara sampe segitunya sama gue." Rian bersandar dengan tubuh yang sengaja dilemaskan. "Gua jadi ngerasa ga enak."

Mereka diam sebentar. Beberapa anggota sibuk dengan urusan masing-masing sambil menunggu delivery makanan yang tadi dipesan.

"Aduh, gimana ya, Jer?" Rian menegakkan tubuh.

Jeri menggeleng sebagai respon, "ga tau."

Rian menghela nafas panjang. Cukup menarik perhatian anggota yang lain.

"Ada apa Bang?" tanya salah satu dari mereka.

Rian tidak menjawab, tapi Jeri langsung memberi isyarat dengan tangannya bahwa tidak ada yang perlu dikhawatirkan.

"Ntar gue ngomong deh sama Bang Mara. Mana tahu dia kesel karena masalah lain." Jeri berucap pelan sambil membereskan barang-barangnya.

Rian melirik saat Jeri berdiri. "Mau kemana?"

"Ke WC."

"Ikut."

"Wah, Bang Mara! Kebetulan banget, nih

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Wah, Bang Mara! Kebetulan banget, nih."

Jeri berucap senang setelah masuk ke dalam salah satu kafe. Tempat ini pernah terkenal di kalangan anak seumuannya, tapi sekarang sudah sepi pengunjung. Dia mengambil tempat duduk di depan Mara, lalu memanggil pelayan untuk membawa buku menu.

BANG RIAN [renhyuck]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang