"Adik, Adik bisa jawab soal yang ini ndak?"
Ia tiba-tiba datang dengan buku tulis dan pensil di tangannya.
"Coba aku liat."
Aku membacanya sekilas. Soal matematika kelas dua belas yang tak akan pernah kumengerti.
"Kayaknya aku nggak bisa jawab deh Kak. Coba Kakak cari rumusnya dulu," jawabku.
Ia menggaruk tengkuknya yang tampak tidak gatal. "Sudah Kakak cari tapi ndak ada."
Ah, sial. Ia mulai merengek.
"Kakak tanya Mama aja ya. Aku juga lagi kerjain PR."
"Aaaa! Kakak maunya sama Adik!"
Ck.
"Ya udah tunggu!"
Ia cemberut. Tapi tetap menuruti perkataanku. Terkadang aku ingin tertawa melihatnya seperti itu. Tapi aku sedang marah, jadi tawaku tertahan di tenggorokan.
.
.
.
.
.
"Uwaaahhhh!" Ia meregangkan tubuh mungilnya setelah menyelesaikan lima soal bersamaku.
"Aku udah bilang, kan? Cari dulu rumusnya. Jangan bilang nggak ada dulu."
"Hehe."
"Kalau udah dibantu bilang apa?"
"Sama-sama, Adik."
"Eh, yang bener."
"Uh, makasih, Adik."
"Sama-sama, Kak."
Mama tiba-tiba mengetuk pintu kamarku. "Kak Zio, Mino, ayo makan malam! Ayah udah nunggu tuh."
Kak Zio bangkit dengan buku dan alat tulisnya. "Yeay! Kakak mau mam nugget!"
Aku tersenyum melihatnya. Sebelum pergi bergabung di meja makan, aku membereskan sisa kegiatanku.
-
-
-
@SpringgFairyyy
KAMU SEDANG MEMBACA
❝K A K A K❞
FanfictionAku lelah. Terbesit dalam benakku untuk menjadi seperti dirimu yang hidup tanpa beban. Tapi aku sadar, jauh di dalam sana, kau juga merasakan hal yang sama denganku, 'kan, kak? Seventeen Fanfiction ©Fay