3. Ingatan Masa Lalu

88 10 0
                                    

Sesuai janjiku dengan diriku sendiri, hari ini aku mentraktir Kak Zio sebagai ucapan terima kasih. Setidaknya di saat aku sedang tidak baik-baik saja, ia tidak merepotkan dan justru membantuku. 

"Kakak mau rasa apa?" tanyaku saat kami berada di minimarket. 

"Vanila," jawabnya tanpa menoleh. Matanya fokus pada satu es krim di hadapannya. 

"Oke, ayo kita bayar."

"Yok!" 

Ia mengangkat kedua tangannya lucu. Aku tersenyum tipis melihat tingkahnya. Tetapi sesaat kemudian ingatanku melayang pada beberapa tahun lalu ketika aku masih belum paham keadaan Kakak. 

.

.

.

"Aaaaaa! Aku mau yang itu!" seru Kak Zio ketika kami sedang membongkar belanjaan bersama.

Saat itu aku masih duduk di kelas 5 dan Kak Zio kelas 6. Ayah dan Mama membelikan kami peralatan sekolah yang baru. Dan ketika kami membongkar plastik belanjaan, Kak Zio tiba-tiba menginginkan tempat pensil milikku. 

"Kakak, Kakak kan tadi udah milih. Kakak tadi pilih yang mana?" ujar Mama lembut. 

"Kakak maunya yang ituuu!" rengeknya sembari menunjuk tempat pensil berbentuk mobil yang kupegang. 

Mama kemudian menatapku seolah menyuruhku untuk memberikan tempat pensil milikku pada Kak Zio. Aku tentu saja menolak. 

"Nggak mau, kan Kakak udah punya yang robot," tolakku. 

"Ayolah No, sama aja kok. Punya Kakak juga bagus, ayo kasih. Ngalah lah sama kakak sendiri."

"Nggak mau! Aku udah ngalah terus! Harusnya Kakak yang ngalah sama adiknya!" 

Kupikir menjadi anak bungsu itu enak, tapi mungkin hanya aku anak bungsu yang tidak suka menjadi si bungsu. 









Plak! 









Mama menamparku.  










Sangat kencang sampai aku terbatuk. 







"APA SUSAHNYA NGALAH SIH?! MAMA UDAH CAPEK, KAMU NGGAK USAH BIKIN MAMA TAMBAH MARAH MINO!" 




Sungguh, inikah Mama yang kukenal?




-

-

-

@SpringgFairyyy

❝K A K A K❞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang