01

17 8 1
                                    

“Yakinlah, Tuhan enggak pernah salah. Semua yang terjadi pasti yang terbaik”
- Gerhana Mahendra

Happy Reading



Hari ini tepat usia Gerhana Mahendra memasuki 17 tahun. Seumur hidupnya ia belum pernah mendengar ucapan “Selamat ulang tahun anak Mama, Papa.” dari kedua orang tuanya. Ya walaupun kedua orang tuanya tidak mengharapkan kehadirannya, Gerhana tetap kuat, tegar menjalani hidupnya.

Entah kenapa ia berbeda sekali dengan adiknya? Adiknya selalu menjadi pusat tersayang kedua orang tuanya.  Sedangkan dirinya sendiri tak pernah mendapat kasih sayang sekali pun.

Gerhana bergegas cepat menuruni anak buah tangga, dia terburu-buru ingin pergi ke sekolah sambil merapikan seragam yang dia pakai.

“Pagi Ma... Pa ..” sapanya ramah dengan buru-buru. Tak disangka sapa paginya itu tak direspon.

“Ma.. Pa.. Gerhana pamit pergi ke sekolah ya,” Gerhana mendekatkan diri ke dua orang tuanya untuk mencium punggung tangan mereka, tapi seperti biasa mereka tak menanggapi respon Gerhana.

Walaupun Gerhana sering kali diperlakukan seperti itu, dia tetap menghormati kedua orang tuanya. Senyum itu muncul di wajah manisnya sebagai tanda responnya akan kedua orang tuanya.

TAP...TAP...TAP

Suara kaki yang mendekati meja makan ini, siapa lagi kalau bukan DIRGA VALENTINO... siapa dia? Ya dia adiknya Gerhana. Dirga menduduki tubuhnya dikursi sambil menyapa Mama Papa-nya.

“Pagi Ma.. Pa.. ” sapanya.

“Pagi juga,” sapa balik kedua orang tuanya.

“Jangan telat ke sekolah, nanti kena hukum lagi.”

Gerhana yang melihat nasehat mamanya ke sang adik, didalam hatinya yang paling dalam ia merasa iri sekali. Mendapat perlakuan seperti itu, ingin sekali dia diposisi seperti adiknya itu.

“Iya Ma. Kak Gerhana mau numpang aku gak?” tawarnya mengajak sang kakak untuk pergi bersama ke sekolah.

Ketika Gerhana ingin menjawab “Iya,” ke adiknya, papanya pasti akan memarahi Dirga karena menawarkan bocengan.

“GAK USAH AJAK DIA DIRGA! PAPA SUDAH BERKATA ULANG KALI KE KAMU!” marahnya VARO kepada sang anak.

“Gak usah Dek, Kakak pergi naik angkutan aja.” tolaknya dengan halus agar Dirga tak semakin kena marah lagi.

“Tapi ini waktunya memepet lho Kak, entar telat kaya minggu yang lalu.” cemas Dirga takut Gerhana telat kembali.

“Biarin dia Dirga. Biarin aja kalau dia telat,” sambung Lia.

“Tapi Ma—”

“Nurut aja kata Mama sama Papa. Apa kamu mau jadi anak durhaka?!!” kecam Varo menatap tajam sang anak.

Pagi-pagi seperti ini aja ribut. Lalu bagaimana dengan kehidupan Gerhana sehari-hari? Apa ada yang seperti Gerhana disini? kehadirannya tak pernah dipandang orang tua.

“Kalau begitu Gerhana pamit dulu Ma.. Pa..” pamitnya kembali dengan tergesa-gesa.

Dirga menatap kepergian kakaknya dengan sedih. Entah kenapa kakaknya itu ketika dihadapan mama papa selalu salah dan terkena marah setiap hari. Dirga memberanikan diri untuk bertanya, alasan kenapa mereka membenci Gerhana, sang kakak.

“Mama sama Papa kenapa selalu memarahi Kak Gerhana setiap hari? Padahal Kak Gerhana nggak salah apa-apa.” Ucap Dirga dengan tatapan penuh tanda tanya.

Teach Me [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang