7. TM

4 0 0
                                    

“Hidup bagikan perputaran roda sepeda yang tiada henti”
— Gerhana Narendra

Happy Reading




“Besok berangkat sama gue, lo udah tanggung jawab gue sekarang.”

Melihat itu, cewek tersebut tertawa kecil menanggapi respon Narendra.

“Gue bicara serius, kenapa lo ketawa?”  balas cowok tersebut menatap sinis cewek itu.

“Lucu, lo bicaranya.”

“Udah ayo berangkat.  Keburu telat baru rasa lo.” angguk Shena mengekor pada cowok itu, menaiki motor ninja nya.

🍀🍀🍀🍀🍀

Selepas tiba di parkiran motor. Shena dibuat kagum akan pemandangan gedung sekolah yang tak kalah megah dari sekolahnya sebelumnya.

Sekolah ini asri, nampak depan sekolah itu penuh dengan kerindangan taman dan pos keamanan yang terjaga rapi di tempatnya.

“SMA apa namanya?” tanya Shena saat saat cowok itu sudah lebih dulu jalan meninggalkannya di belakang.

Dasar cowok songong, main tinggal saja! Gimana kalau Shena tersesat di sini? Ini awalnya masuk ke SMA disini, jadi Shena belum kenal dengan wilayah SMA ini.

“Narendra! Tungguin gue, woi!” teriak Shena berlari mengejar Narendra yang mulai hilang dari pandangannya.

Namun secara tidak sengaja, Shena menabrak seseorang, menyebabkan buku yang orang bawa tersebut jatuh ke lantai.

“Lo bisa lihat nggak sih?! Jalan itu pakai kaki dan mata lo sebagai pandangannya! Kenapa lo nabrak gue hah!” sentak cowok itu membuat Shena menundukkan kepala tidak berani menatap sosok itu.

“M-maaf gue nggak sengaja.” jawab Shena terbata-bata, berkutik dengan tangannya karena sentakan cowok itu.

“Apa susahnya sih tinggal ambil doang!Kukang!” kata seorang cewek tiba-tiba datang langsung memungut buku tersebut, menyodorkannya kembali pada pemiliknya.

“Lo nggak boleh kasar ataupun menyentak cewek. Ingat, entar gue laporin ke Mama!" Ujar Alam menasehati. Sedangkan cowok itu membuang nafas kasar, memutar bola mata malas mendengar ocehan dari sang kekasih membuatnya ingin sekali menghilang dari bumi.

Pasalnya, Alam selalu melaporkan kegiatan cowok itu jika tidak beres dengan yang dilakukannya.

“Berisik,” umpat Semesta muter balik badan. Niatnya ingin mencari jalan lain, menghindari ocehan tersebut, namun sudah lebih dulu ditahan tangan cewek itu.

“Mau lari ke mana? Kabur?”

Mendapati pertanyaan itu, Semesta berbalik badan menghadap cewek itu dengan senyum paksanya.

“Mau ke kamar mandi, bukan kabur Mak Lampir.” balas Semesta memberitahu.

“Basi omongan lo! Sekarang minta maaf sama dia!" kata Alam penuh penekanan.

Semesta terdiam sejenak, lalu menatap cewek itu yang kini berdiri di samping kekasihnya. Perlahan ujung bibirnya tertarik membentuk senyuman.

Teach Me [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang