Harapan setiap orang berbeda setiap harinya. Tapi mimpi dan tujuan hanya satu. Menemukan hal-hal baru untuk dijadikan pembelajaran hidup.
•√•√•√
Hari ini menjadi hari yang baru Untuk Vina, dengan senyum berbunga-bunga. Vina, menatap kaca teras dan Tersenyum dengan pantulan dirinya.
"Cantik." ucap Vina, merapikan kera seragam barunya.
"Hari ini, aku akan bertemu dengan mu Calon jodohku." Ucap Vina, berbunga-bunga dengan senyum semangatnya.
"Bertemu jodoh siapa?" Pertanyaan tiba-tiba itu berhasil membuat Vina kaget. Sang kakak keluar dengan penampilan rapinya.
"Jodoh ku." Jawab Vina. Jujur tanpa malu-malu.
"Punya pacar?"
"Belum, tapi do'akan. Aku berjodoh dengannya" Harapan Vina, itu hanya diberi senyuman dari sang kakak.
"Semoga keinginan kamu terjadi"
"Pasti. langit sudah menyetujuinya"
"Takdir yang telah kita lalui dan akan kita lalui adalah keputusan Tuhan. Sebagai manusia kita harus berusaha." Ucap sang kakak, menjelaskan.
Vina tersenyum dengan kata-kata yang sang kakak ucapkan. "Semoga, kak Mara. Selalu bahagia dan apa yang kakak usahakan bisa tercapai"
"Aamiin..."
"Sudah sana berangkat." Usir sang kakak.
"Kakak, juga berangkat."
"Iya."
"Oke aku pamit," Vina mencium tangan sang kakak.
"Assalamualaikum, aku duluan. Hati-hati di jalan." Pamit Vina, Pergi meninggalkan sang kakak.
"Waallaikumsalam, oke siap."
••••
Vina terhenti sejenak ketika dirinya sudah sampai di luar gerbang sekolah barunya.
"Aku enggak Menyangka, akan jadi murid sekolah ini." Ucapnya, dimana banyak siswa-siswi telah berlalu masuk. Namun tidak dengan Vina. gadis itu masih terdiam sambil tersenyum menatap sekolah barunya.
"Apa kamu akan berdiri disini? Cepat masuk." Ucap laki-laki tinggi, dengan rambut sedikit berwarna coklat kemerahan itu. Berjalan santai masuk kedalam setelah menegur Vina.
"Benar juga, kenapa aku cuma berdiri disini? Dasar norak." Ucap Vina, yang telah masuk, bahkan telah melewati gerbang sekolah.
Melihat kanan-kiri dimana sekolah itu sungguh terlihat luas. Seperti Vina hanya sedang bermimpi.
"Lagi cari laki-laki itu, kemana ya?" Vina memutar-mutar dirinya, melihat samping kiri dan kanan. Untuk menemukan seseorang yang dia harapkan. Namun, tidak ada.
Hingga, bola sepak menggelinding ke arahnya. Dan seseorang sedang berlari kearah Vina. Yang hanya terdiam tak percaya, ketika seseorang yang dia harapkan berlari ke arahnya. Angin berhembus, seperti memberikan kesan luar biasa untuk dirinya.
"Maaf, apa kamu enggak apa-apa?" Tanya laki-laki itu yang langsung meraih bola. Yang tepat ada di depan Vina.
Vina hanya bisa terdiam, seperti sedang terhipnotis, dan tidak tau apa yang telah terjadi.
"Kamu enggak apa-apa, kan?" Lagi, tanya laki-laki bertubuh tinggi yang terlihat begitu keren dan sangat tampan dengan kaos hitam dengan seragam sekolah, yang sedang dilepas kancingnya.
"Hehehehe..." Vina hanya bisa tertawa sambil menampakkan giginya.
Laki-laki itu bingung, dan tidak tau apa yang harus dia katakan lagi.
"Baik-baik aja? Kalo begitu Aku duluan." Pamitnya membawa bola yang dia genggam, agar tidak terlepas lagi.
"Hehehehe...iya." jawab Vina, begitu saja. Laki-laki, itu pergi meninggalkan Vina begitu saja.
Vina, baru sadar setelah beberapa saat kemudian, yang hanya terdiam sambil tersenyum pada sesuatu yang dia tatap. Namun, hanya imajinasi.
"HEI! APA KAMU PATUNG BARU YANG DI BELI KEPALA SEKOLAH? UNTUK BERDIRI DI TANGGA?" Teriak seseorang yang berada di jendela, lantai dua. Vina, Mendongak dan melihatnya.
"Maafkan aku." Ucap Vina meminta maaf.
"CEPAT MASUK, JIKA KAMU TELAT KAMU AKAN DI HUKUM." teriaknya. Lalu menghilang dari pandangan Vina.
"Apa dia hantu?" Vina menanyakan dirinya sendiri.
"Aish, kenapa aku diam aja. Waktu bertemu dengannya. Dasar GOBLOK!" Ucap Vina, masuk ke dalam pintu masuk sekolah.
Berjalan mencari lorong ruang kantor. Karna dirinya harus memberikan beberapa surat kelengkapan yang tertinggal. Terlihat anak-anak berjalan dan berlari cepat menuju kelas masing-masing Karna bel sudah berbunyi.
"Hei, permisi." Vina menghentikan langkah salah satu Murid.
"Iyaa? Ada apa? Aku sedang buru-buru." Tanyanya Dengan suara ngos-ngosan.
"Tau kantor guru dimana?"
"Lihatlah Dena sekolah dengan baik, sebelum bertanya. Lurus aja. Belok dikit." Ucapnya. Berlalu pergi.
"Terima kasih." Ucap Vina.
Dirinya, kembali melanjutkan perjalanan dengan lebih cepat. Menemukan kantor yang sudah cukup sepi. Karna, satu-persatu guru. Keluar dari ruangan. Vina berjalan masuk menemukan tiga laki-laki tinggi terdiam menghadap jendela yang terbuka.
"Permisi. Pak, Bu." Vina, melangkahkan mendekati ketiga orang yang hanya terdiam itu.
"Apa mereka patung?" Vina menatap ruangan lagi, siapa tau masih ada orang.
"Pak, Bu. Permisi, saya mau ngasih surat-surat yang tertinggal."
Namun, tidak ada jawaban. Tiga sosok itu juga hanya terdiam.
"Apa sekolah ini penuh hantu?" Tanya Vina, lebih mendekati tiga sosok itu.
Namun, seseorang datang dengan penggaris kayu panjang. Seorang laki-laki, dengan baju training. Berjalan santai.
"Siapa kamu?"
"Halo Pak, saya Vina. Murid baru sekolah ini."
"Oh, oke." ucap Guru itu singkat, yang meraih kursinya dan duduk di mejanya.
Vina, berlari mendekati sang guru olahraga, untuk memberikan surat-surat yang dia bawa dari rumah.
"Ini pak."
"Kelas berapa kamu?"
"12"
"Masuk ke kelas mana?"
"Kelas 12 A"
"Baiklah, nanti saya berikan guru kamu"
"Terima kasih." Ucap Vina, yang pamit. Namun, terhenti untuk sementara melihat tiga sosok yang masih berdiri di depan jendela.
Sang guru pun menyadari. "Apa ada lagi yang tertinggal? Kenapa kamu menatap Mereka bertiga?" Tanya sang guru.
"Bapak, bisa melihat mereka?" Ucap Vina, mempertanyakan.
"Lihat apa?"
"Tiga sosok hantu?"
"Mereka manusia, murid-murid yang suka bikin masalah" terang sang guru.
"Tapi kenapa Mereka diam aja?"
"Sistem hukuman disini memang seperti itu, jadi mulai sekarang pahami aja."
Vina mengangguk. "Baiklah, pak. Terima kasih." Vina pun pamit, dan berjalan memasuki kelasnya.
••••
"Jika Kamu Terlambat Kamu Akan Di Hukum."
••
"Takdir yang telah kita lalui dan akan kita lalui. Adalah keputusan Tuhan. Sebagai manusia kita harus berusaha."

KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir || Heeseung
Novela Juvenil"Kita dekat tapi takdir tidak mengizinkan kita untuk dekat lebih lama" ucap Vina. Dimana dirinya terisak duduk di pinggir tanaman, dimalam gelap itu. Hari adalah kesempatan untuk memperbaiki diri. Setiap detik adalah kehilangan. BANTU SHARE JIKA KAL...